3.9. Noise Mapping
Noise mapping adalah pemetaan kebisingan yang menggambarkan distribusi tingkat kebisingan pada suatu lingkungan kerja. Cara pembuatan noise
mapping adalah dengan melakukan pengukuran tingkat kebisingan pada beberapa titik pengukuran di sekitar sumber bising dimana terdapat pekerja yang terpapar
bising. Titik-titik yang mempunyai tingkat kebisingan yang sama tersebut dihubungkan sehingga terbentuk suatu garis pada peta yang menunjukkan tempat
dengan tingkat tekanan bunyi yang sama. Tujuan dari dilakukannya noise mapping adalah:
1. Sebagai pedoman dalam mengambil langkah-langkah SMK3 sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan peta yang dibuat. Contohnya adalah membuat peraturan mengenai keharusan menggunakan alat
pelindung diri berupa earplug maupun earmuff pada daerah tertentu, membuat batas berupa pengumuman dilarang masuk ke area kerja atau jika masuk ke
area kerja yang tingkat kebisingannya tinggi wajib menggunakan alat pelindung diri, serta memberikan sanksi kepada operator yang melanggar
ketentuan tersebut. 2.
Untuk mengetahui dimana lokasi yang tepat dalam pemakaian alat pelindung diri berdasarkan sound intensity.
3. Mengetahui jumlah tenaga kerja yang terpapar kebisingan di area kerja
sehingga manajemen dapat mengetahui operator yang berisiko tinggi menderita gangguan pendengaran, untuk keperluan treatment berupa
pengadaan program konservasi pendengaran, asuransi kesehatan, maupun
Universitas Sumatera Utara
pemberian santunan kepada operator yang mengalami penyakit pendengaran akibat kerja.
4. Kepentingan terhadap uji audiometri untuk mengetahui gangguan
pendengaran yang dialami operator.
3.10. Dampak Kebisingan terhadap Kesehatan
Bising di tempat kerja menyebabkan berbagai gangguan pada tenaga kerja, seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi,
gangguan keseimbangan, dan ketulian. 1.
Gangguan Fisiologis Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila
terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah ±10 mmHg, peningkatan denyut nadi, serta dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. 2.
Gangguan Psikologis Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,
susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu yang lama dapat menyebabkan stres, kelelahan, dan lain-lain.
3. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi
pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini dapat menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya
Universitas Sumatera Utara
kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi secara tidak langsung membahayakan keselamatan tenaga kerja.
4. Gangguan Keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala
pusing vertigo atau mual-mual. 5.
Efek pada Pendengaran Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat
menyebabkan ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya bersifat sementara dan akan segera pulih kembali bila menghindar dari sumber bising.
Namun bila terus menerus bekerja di tempat bising, daya dengar akan hilang secara menetap dan tidak akan pulih kembali.
3.11. Program PencegahanProgram Konservasi Pendengaran