Riwayat Hidup dan Pendidikan

BAB III PROFIL KH. HABIB ALI ALWI BIN THOHIR

A. Riwayat Hidup dan Pendidikan

KH. Habib Ali Alwi bin Thohir lahir di desa Hitu kabupaten Maluku Tengah kecamatan Leihitu pada tanggal 2 September 1966. Beliau merupakan putra ke 6 dari 7 bersaudara pasangan dari Habib Alwi bin Husein bin Thohir dan Anawiyah binti Utsman, ayahnya seorang pengusaha swasta yang sukses saat itu, dan yang lebih istimewa adalah KH. Habib Ali Alwi bin Thohir adalah keturunan ke-6 dari seorang ulama besar di Hadramaut Yaman, al-Imam al-Qutubul Irsyad Al-Habib Abdullah Bin Husein bin Thohir, yang bergelar Dua Pemilik Lautan Ilmu Lahir maupun Batin dan juga pengarang kitab salaf, Sulam at-Taufik yang menjadi rujukan di Pondok-pondok Pesantren di Indonesia termasuk di Pondok Pesantren Modern al-Husainy yang dipimpinnya saat ini. Bib, begitulah panggilan kecilnya. Ia tumbuh sebagai anak yang hyper active dan periang. Metode yang ditanamkan orang tuanya dalam keluarga sebenarnya sama seperti keluarga pada umumya. Akan tetapi disiplin ketat dalam menjalankan kewajiban kepada Allah dan lingkungan yang demokratis telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pola hidupnya sejak kecil. Terutama semua ini berkenaan dengan kedisiplinan, sejak kecil beliau dan saudara-saudaranya diajarkan untuk mencintai ilmu dan mengamalkan ilmu yang di dapat. Sebagai keturunan dari seorang ulama besar dan dai di Maluku, Habib Husen bin Ali bin Thohir, sejak kecil beliau memiliki cita-cita tinggi untuk mengembangkan dan memajukan Islam. Pendidikan yang diterima dari orang tuanya, menjadikan beliau seorang yang selalu perihatin pada keadaan di sekelilingnya. Sejak kecil beliau terkenal dengan jiwa sosialnya dan inilah yang membuat beliau kokoh untuk mengembangkan dakwah Islam. 49 Genap berusia empat tahun, beliaupun merantau ke Jakarta dan tinggal bersama pamannya Habib Yahya bin Husein bin Thohir di Angke Jakarta Barat 49 KH. Habib Ali Alwi bin Thohir, Wawancara Pribadi, Tanggal 9 Juli 2007. selama satu tahun, setelah itu beliapun pindah ke rumah kakak perempuannya, tepatnya di Kebun Jahe Jakarta. Pertama kali beliau bersekolah di Madrasah Diniyah al-Mansyuriah Jembatan Lima Jakarta Barat, milik seorang ulama besar Betawi, Guru Mansur kakek dari dai kondang Yusuf Mansur. Setelah satu tahun di Madrasah Diniyah al-Mansyuriah, beliaupun melanjutkan pendidikan dasarnya di MI al-Ittihad Jakarta Pusat, pendidikan dasarnya di MI al-Ittihad hanya ditempuh tidak kurang dari 4 tahun saja, ketika masuk di sekolah tersebut beliau langsung masuk ke kelas 2, kemudian ke kelas 4, 5 dan 6 hal itu karna kecerdasan beliau yang luar biasa. Empat tahun mengenyam pendidikan dasar di MI al-Ittihad, Pondok Pesantren Tebu Ireng adalah pilihan beliau untuk melanjutkan pendidikannya menengah pertama dan menengah atas, tekad beliau untuk menjadi orang sukses terbukti dengan prestasi-prestasi yang beliau raih serta aktif dalam berbagai organisasi kepesantrenan dan kesiswaan, juara kelas sudah menjadi langganan beliau setiap kali pembagian raport, ketua OSIS, wakil ketua OPI Organisasi Pelajar Islam Tebu Ireng, beliau pernah menjabatnya. Di pondok ini keahlian pidatonya semakin mahir dan banyak dikenal orang. Beberapa kali beliau meraih juara pidato baik di Tebu Ireng maupun di luar pesantren. Pada tahun 1981, tepatnya waktu kelas dua aliyah beliau menjadi jurkam PPP Partai Persatuan Pembangunan di Tebu Ireng, Jombang-Jawa Timur . Kesungguhan dan kearifan KH. Habib Ali Alwi bin Thohir dalam mempelajari ilmu-ilmu agama membuat pemahaman beliau tentang wawasan keislaman semakin terbuka. Sehingga pada tahun 1982-1983 beliau mulai aktif ceramah di mesjid-mesjid dan khutbah Jumat di Jakarta. Setamatnya dari Aliyah, beliau melanjutkan studinya ke Perguruan Tinggi Institut Agama Islam Negeri IAIN Jakarta pada tahun 1985, dan beliau mengambil Fakultas Ushuluddin, Jurusan Perbandingan Agama. Semasa di kampus pun beliau aktif membina lembaga-lembaga dakwah kampus di Universitas Indonesia UI kedokteran, Universitas Nasional UNAS, Universitas Borobudur, instansi pemerintahan dan swasta, beliau juga sering mengikuti perlombaan-perlombaan ceramah. Pada tahun 1987, beliau juara pertama lomba Khutbah Jumat se-DKI. Tahun 1988, beliau juara dua perlombaan pidato se-Jabotabek di Pondok Pesantren al-Kamal Jakarta Barat. Tahun 1989, beliau juara satu lomba pidato tingkat Nasional di lembaga dakwah Ibnu Sina. Di tahun yang sama juga beliau menjadi pembina remaja mesjid se-DKI. Pada tahun 1990, beliau mulai membawa rombongan haji sampai dengan sekarang. Gelar S1 pun di peroleh pada tahun 1991. 50 Pada tahun 1994, pengagum tokoh Hadrotus Syekh, Hasyim Ashari dan Syekh Nawawi Tanara ini, menyunting seorang gadis Purwakarta yang bernama Dra. Laila Nurlaila Bajri. Gadis cantik berperawakan Arab ini merupakan teman dari adik perempuan beliau. Dari pernikahan tersebut, beliau dikaruniai tiga putra. Putra pertama beliau bernama Muhammad Husein bin Ali bin Thohir yang berusia dua belas tahun putra kedua bernama Ali Zainal Abidi bin Ali bin Thohir berusia delapan tahun, dan terakhir adalah Muhammad Al-Baqir bin Ali bin Thohir yang merupakan putra bungsu beliau. 50 KH. Habib Ali Alwi bin Thohir, Wawancara Pribadi, tanggal 9 Juli 2007. Di dalam berkeluarga beliau memiliki seni keluarga yang romantis dan humoris. Cara beliau bertutur sapa terhadap anak istri sangatlah halus dan lembut. Di tengah-tengah kesibukan beliau dalam melaksanakan dakwah islamiyah beliaupun membagi waktunya untuk keluarga. Kepada putra-putranya beliau sang at menekankan pendidikan agama sejak kecil. 51

B. Keterkaitan Pendirian Pondok Pesantren dengan Dakwah Bil Lisan KH.