Kesuksesan  para  dai  atau  mubaligh  dalam  khutbahnya  lebih  banyak  di tunjang dan di tentukan oleh kemampuan retorika yang dimiliki oleh dai tersebut.
Apabila dakwah belum berhasil menurut yang dicita-citakan mungkin karena cara persuasi  retorika  tidak  menjadi  perhatian  para  dai,  dalam  hal  ini  juga
diungkapkan  oleh T.  A  Lathief  Rousydiy  kurangnya  keberhasilan  kita,  baik dalam  menanamkan  pengertian  dan  keyakinan,  apalagi  dalam  mengerakan  massa
rakyat untuk berbuat, berjuang dan berkorban sesuai dengan ajaran Islam, salah satu  dari  penyebabnya  adalah  karena  kelemahan  kita  dalam  memanfaat  retorika
dakwah dalam penyampaian.
44
Dapat  diambil  pengertian  bahwa  dakwah  bil-lisan  itu  banyak  dipengaruhi oleh  ciri  karakteristik  bicara  oleh  seorang  dai.  Seorang  penceramah  haruslah
pandai  dalam  mengatur  cara  berbicara  untuk  mempengaruhi  madunya  dengan cara  menyakinkan  mereka  bahwa  apa-apa  yang  dikatakannya  bisa  masuk  akal
logis,  memberi  pemahaman  kepada  mereka  serta  mampu  menyakinkan madunya  bahwa  isi  pesannya  pantas  dipercaya.  Kesuksesan  para  dai  di  atas
podium  adalah  karena  mereka  menguasai  seni  bicara  fannul  khitabah  dengan baik, mereka mampu menguasai medan dakwah, mengetahui dengan siapa dai itu
berdakwah dan mampu menyesuaikan isi materi dakwah dengan baik. Berdasarkan  uraian  di  atas  maka  jelaslah  bahwa  retorika  dan  dakwah  bil-
lisan amatlah erat hubungannya dan dengan kata lain tidak ada dakwah yang tidak menggunakan retorika karena retorika adalah alat penyampaian yang baik.
C. Konsep Dakwah Bil-Lisan
1. Pengertian Dakwah Bil-Lisan
Dakwah bil-lisan adalah cara yang digunakan dalam menyampaikan ajaran Islam melalui lisan. Dakwah bil-lisan dapat dilakukan dengan cara antara lain:
a. Qaulun marufun: dengan berbicara dalan pergaulannya sehari-hari yang
disertai dengan misi agama, yaitu agama Allah, agama Islam.
44
Ibid., h. 46.
b. Mudzakarah:  mengingatkan  orang  lain  jika  berbuat  salah,  baik  dalam
ibadah maupun perbuatan. c.
Nasehatuddin: memberi nasihat orang lain yang tengah dilanda masalah kehidupan agar mampu melaksanakan agamanya dengan baik.
d. Majelis  talim:  penjelasan  terhadap  bab-bab  ajaran  agama  dengan
menggunakan kitab dan diakhiri dengan dialog. e.
Pengajian  umum:  menyajikan  materi  dakwah  di  depan  umum.  Isi  dari materi  dakwah  tidak  terlalu  banyak  menggunakan  argumentasi  serta
alasan  dan  diakhiri  dengan  kesepakatan  bersama  dengan  menarik  suatu kesimpulan.
f. Mujadalah: berdebat dengan menggunakan argumentasi serta alasan dan
diakhiri dengan kesepakatan bersama dengan menarik kesimpulan.
45
Dakwah  bil-lisan,  bentuknya  dapat berupa ceramah keagamaan, pengajian dalam  segala  bentuknya. Dalam ceramah tersebut dai dapat melucu baik melalui
kata-kata  maupun  gerakan  badan  anggota  tubuh  dan  mimik  wajah.  Dakwah  bil- lisan mempunyai beberapa metode yaitu:
1. Metode bil Lisanil Maqal
Dengan  menggunakan  tutur  kata  secara  lisan  dalam  menyampaikan  pesan dakwahnya. Yang paling penting dicatat dari metode ini adalah Nabi tidak pernah
menampilkan  lelucuan  yang  berlebihan.  Metode  ini  merupakan  dasar  acuan  dari metode  lisan  seperti  diungkapkan  di  atas,  namun  tidak  menampilkan  aspek
humornya. 2.
Metode bil Lisanil Maktub
45
Rafiudin,  Maman,  Abdul  Djaliel.  Prinsip  dan  Strategi  Dakwah.  Bandung,  Pustaka Setia, 1997 h. 11.
Dilaksanakan  Nabi  Muhammad  melalui  korespondensi  atau  penyampaian surat ke berbagai pihak.
3. Metode bil Lisanil Hal
Sebuah  metode  berdakwah  melalui  perbuatan  dan  perilaku  konkret  yang dilakukan  secara  langsung  oleh  Rasullulah.  Metode  ini  sebenarnya  dapat
mencangkup  metode  amal-uswah  dan  kupon  atau  penyatunan  sebagaimana dilakukan dai di Indonesia
46
Dalam  penyampaian dakwah bil-lisan pemakaian kata-kata merupakan hal yang  harus  diperhatikan,  ini  berarti  bahwa  kata-kata  yang  dipakai  tidak  boleh
menimbukkan arti ganda ambigues, tetapi harus mengungkapkan gagasan secara cermat.  Untuk  mencapai  kejelasan  seperti  itu,  hal-hal  yang  harus  diperhatikan
antara lain: a.
Gunakan istilah yang spesifik tertentu Ada  kata-kata  yang  terlalu  umum  artinya  sehingga  mengundang  tafsir
bermacam-macam.  Ada pula  kata-kata  yang  artinya sudah  tertentu.  Misalnya,  ia mengajar saya bahasa inggris lebih spesifik dari pada  ia mendidik saya.
b. Gunakan kata-kata yang sederhana
Berpidato  adalah  berkomunikasi  dan  bukan  unjuk  gigi.  Karena  nilai komunikasinya, kata-kata yang diucapkan harus dapat dipahami dengan cepat.
c. Hindari istilah-istilah teknik
Ciri  dunia  modern  ialah  berkembangnya  spesialisasi  yang  mempertinggi kemampauan,  tetapi  juga  mengkotak-kotakan  manusia  dalam  dunia  sendiri.
Masing-masing  mengembangkan  kata-kata  yang  dipahami  oleh  mereka  sendiri.
46
Moesa A.  Machfoeld, Filsafat Dakwah ilmu  dakwah dan  Penerapannya Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004, cet ke 2, h. 108-109.
Bila  seseorang  ahli  jiwa  berkata  katharsis  digunakan  dalam  usaha  terapi  dan bukan untuk diagnosa, maka publisis dapat pula berceloteh tentang, komunikasi
yang  tidak  setara,  karena  adanya  perbedaan  kerangka  acuan  dan  medan pengalaman.  Untuk  khalayak  yang  sama,  pertanyaan-pertanyaan  di  atas  tidak
menjadi persoalan untuk orang lain, ini membingungkan. d.
Berhemat dalam menggunakan kata-kata Sering  kali  kalimat  yang  panjang  menjadi  jelas  setelah  kata-kata  yang
berlebihan  dibuang.  adalah  suatu  keharusan  bagi  seorang  guru  untuk  menaruh perhatian  yang  tinggi  kepada  siswanya.  Kalimat  ini  menjadi  jelas  setelah  diganti
seperti  ini.  guru  harus  memperhatikan  sekali  siswa-siswanya.  Termasuk penghematan kata adalah menghindari gejala kerancuan kontaminasi.
e. Gunakan  perulangan  atau  pernyataan  kembali  gagasan  yang  sama
dengan kata yang berbeda Dalam  komunikasi  tulisan,  orang  dapat  melihat  pokok  pembicaraan  dari
judul atau sub judul. Dalam komunikasi lisan, gagasan utamanya dapat diketahui dari  perulangan  yang  berikut  ini  adalah  contoh  perulangan,  kemalasan  saudara
menjengkelkan  dosen,  mendongkolkan  orang  tua,  dan  mengecewakan  pimpinan saudara.
47
2. Penyusunan Dakwah Bil-Lisan