Pengertian Dakwah Ada golongan cerdik-cendikiawan yang cinta kebenaran berfikir kritis dan

3. Mengemukakan gambaran terperinci tentang masalah tutur misalnya dikemukakan gambaran tentang hakikatnya, strukturnya, bagian- bagiannya dan sebagainya. 4. Bersama-sama dengan penampilan gambaran ketiga hal tersebut di atas disiapkan pula bimbingan tentang: a. Cara-cara memilih topik. b. Cara-cara memandang dan menganalisa topik tutur untuk menentukan saran ulasan yang persuasive objective. c. Pemilihan jenis tutur yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. d. Pemilihan materi bahasan serta penyusunan menjadi kalimat- kalimat yang padu, utuh, mantap dan bervariasi. e. Pemilihan gaya bahasa dan gaya tutur dalam penampilan tuturnya. 21

B. Ruang Lingkup Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Dakwah ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab, yang berarti panggilan, ajakan, atau seruan. 22 Dakwah menurut istilah mengandung beberapa arti yang beraneka ragam. Banyak ahli ilmu dakwah dalam memberikan pengertian atau definisi terhadap istilah dakwah terdapat beraneka ragam pendapat. Untuk lebih jelasnya di bawah akan disajikan beberapa definisi dakwah: 21 I Gusti Ngurah Oka, Op. Cit., h. 65 22 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam Surabaya: PT. Al-Ikhlas, 1983, h. 17. a. Pendapat K.H. M. Isa Anshari, dakwah yaitu menyampaikan seruan Islam, mengajak dan memanggil umat manusia, agar menerima dan mempercayai keyakinan dan hidup Islam. 23 b. Pendapat Wardi Bachtiar, dakwah yaitu suatu proses upaya mengubah sesuatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam, atau proses mengajak manusia ke jalan Allah yaitu al- Islam. 24 c. Pendapat Asmuni Syukir, bahwa istilah dakwah itu dapat diartikan dari dua segi atau dua sudut pandang, yaitu pengertian dakwah yang bersifat pembinaan dan pengertian dakwah yang bersifat pengembangan. Pembinaan artinya suatu usaha untuk mempertahankan, melestarikan dan menyempurnakan umat manusia agar mereka tetap beriman kepada Allah SWT, dengan menjalankan syariat-Nya sehingga mereka menjadi manusia yang hidup bahagia di dunia maupun di akhirat. Sedangkan pengembangan artinya suatu usaha mengajak umat manusia yang belum beriman kepada Allah SWT. agar mentaati syariat Islam memeluk agama Islam supaya nantinya dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat. 25 Jadi, dakwah menurut penulis adalah menyampaikan memanggil serta mengajak manusia ke jalan Allah SWT, untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dalam mencapai kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat, sesuai dengan tuntutan al-Quran dan Hadist.

2. Unsur-unsur Dakwah

23 H. Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek dalam Berdakwah di Indonesia Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996, h. 26. 24 Wardi Bachtiar, Metodelogi Penelitian Ilmu Dakwah Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1997, h. 31. 25 Asmuni Syukir, Op.Cit., h. 18.

a. Subjek dakwah atau dai

Subjek dakwah adalah orang yang melakukan dakwah, yaitu orang yang berusaha mengubah situasi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT, baik secara individu atau kelompok organisasi sekaligus sebagai pemberi informasi dan pembawa misi, atau lebih jelas disebut dengan dai. 26 Subjek dakwah ulama, dai, muballigh yaitu orang yang melakukan tugas dakwah. M. Ghazali juga menegaskan dua syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang juru dakwah yaitu pengetahuan mendalam tentang Islam dan juru dakwah harus memiliki jiwa kebenaran ruh yang penuh dengan kebenaran, kegiatan, kesadaran dan kemajuan. 27

b. Objek dakwah atau madu

Objek dakwah ini disebut juga madu atau sasaran dakwah, yaitu orang- orang yang diseru, dipanggil, atau diundang maksudnya ialah orang yang diajak kedalam islam sebagai penerima dakwah. 28 sudah jelas bahwa obyek dakwah adalah manusia mulai dari individu, keluarga, kelompok, golongan, massa dan umat seluruhnya. Masyarakat yang beraneka ragam latar belakangnya merupakan sasaran objek dakwah. selain itu juga sasaran dakwah harus mampu mencangkup segala aspek kehidupan secara utuh, baik sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. 26 M. Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah Surabaya: Al-Ikhlas, 1993, h. 179. 27 A. Hasyim, Dasar Dakwah Menurut Al-QuranJakarta: Bulan Bintang, 1994, h. 167. 28 A.H. Hasanuddin, Op. Cit., h. 34. Sasaran dakwah berawal dari diri pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, bahkan dunia. Sasaran dakwah secara sistematis di bagi menjadi beberapa bagian:

a. individu, sasaran dakwah terhadap diri sendiri individu merupakan

suatu yang esensial sekali. Sebab, jika seorang dai menanamkan kebaikan dalam dirinya maka akan mempengaruhi segala tingkah lakunya. Dengan begitu, untuk dapat diterima oleh sasaran dakwah atas apa yang disampaikan dai dan untuk mengharapkan respon sasaran dakwah mengikuti ajarannya, maka dai harus memberikan teladan yang baik.

b. Keluarga, didalam keluarga, orang tua merupakan orang yang pertama

kali memperkenalkan ajaran agama kepada anak-anaknya dan orang tualah yang dapat memberikan pengaruh kedalam diri anak dalam pergaulannya sehari-hari.

c. Masyarakat, masyarakat umat manusia sebagai sasaran dakwah

merupakan kumpulan individu yang beraneka ragam. Oleh karena itu, hendaknya seorang dai mengadakan penelitian untuk memperoleh gambaran mengenai sasaran dakwah. M. Natsir dalam bukunya Fiqhud dakwah mengatakan bahwa sasaran dakwah yaitu:

1. Ada golongan cerdik-cendikiawan yang cinta kebenaran berfikir kritis dan

cepat tanggap. Mereka ini harus dihadapi dengan hikmah, yakni dengan alasan-alasan dan dalil yang dapat diterima oleh kekuatan akal mereka.

2. Ada golongan awam, orang yang belum dapat berfikir kritis dan