2. Ada golongan awam, orang yang belum dapat berfikir kritis dan
mendalam. Belum dapat menangkap pengertiaan tinggi-tinggi. Mereka ini panggil dengan sebutan mauidzotul hasanah, dengan ajaran dan didikan yang
baik-baik. Dengan ajaran-ajaran yang mudah dipahami.
3. Ada golongan yang tingkat kecerdasannya diantara kedua golongan
tersebut. Mereka ini yang dipanggil dengan mujadalah billati hiya ahsan, yakni dengan bertukar pikiran, guna mendorong agar berpikir secara sehat.
29
Kegiatan dakwah sangat ditentukan oleh sasaran dakwah, karena tanpa adanya sasaran dakwah maka dapat dikatakan dakwah itu pada hakekatnya tidak
ada. Dengan demikian, masyarakat sebagai sarana dakwah mencakup berbagai aspek kehidupan yang memiliki strata sosial yang berbeda-beda, yang semuanya
harus dihadapi secara proporsional dari para dai.
c. Materi dakwah
Materi dakwah, tidak lain adalah al-Islam yang bersumber dari al-Quran dan al-Hadist sebagai sumber utama yang meliputi: aqidah, syariah, dan akhlak
dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya.
30
Menurut Hamzah Yakub, tekanan utama materi dakwah tidak boleh lepas dari aqidah Islam, tauhid dan keimanan, pembentukan pribadi yang sempurna,
pembangunan masyarakat adil dan makmur, serta kemakmuran dan kesejahteraan di dunia maupun di akhirat.
Al-Quran dan Hadist Nabi adalah ajaran-ajaran yang sarat dengan ketetuan dan ajaran untuk meraih kebahagiaan, keseimbangan, kemajuan,
keberhasilan, serta ketentraman hidup di dunia dan akhirat. Dengan kata lain al-
29
M. Natsir, Fiqhud dakwah, Solo: Ramadhani, 1987, h. 7
30
Wardi Bachtiar, Op. Cit., hh. 33-34.
Quran dan Hadist mengingatkan umat untuk meninggalkan serta menjauhkan diri dari kemungkaran, kenistaan, kebathilan, kesewenang-wenangan, kebodohan dan
keterbelakangan. Umat Islam memang harus menjadi umat yang berpikir maju, pandai,
dinamis dan kreatif, dan peka terhadap segala aspek perkembangan kehidupan yang ada. Dalam pengertian, umat Islam harus mampu memandang dan
mengantisipasi perkembangan serta gejolak kehidupan disekitarnya dengan cermat, hati-hati dan mawas diri.
31
d. Metode Dakwah
Metode berasal dari bahasa Jerman, methodica artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani, metode berasal dari kata methodos artinya jalan
yang dalam bahasa arab disebut Thariq.
32
Metode adalah cara-cara yang dipergunakan oleh seorang dai untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan untuk
mencapai tujuan tertentu.
33
Dalam realitas sekarang, pengertian tentang metode dakwah banyak disalahpahami oleh masyarakat dewasa ini. Dakwah biasanya dikesankan sebagai
suatu keahlian yang dikuasai oleh seseorang dalam berpidato, ceramah atau khutbah saja. Pemahaman masyarakat seperti itu tentunya belum tepat, karena
ceramah, pidato dan sejenisnya adalah merupakan salah satu bagian dari metode
31
Sutirman Eka Ardhana, Jurnalistik Dakwah Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offet, 1995, hh. 10-11.
32
H. Hasanuddin, Op. Cit., h. 35.
33
Wardi Bachtiar, Op. Cit., h. 34.
dakwah. Oleh karena itu, pemahaman yang keliru tersebut harus dirubah pada jalur yang sebenarnya.
Berdasarkan bentuk-bentuknya penyampaiannya metode dakwah dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yakni:
1. Bil-Lisan
2. Bil-Hal
3. Bil-Qalam
Pedoman dasar yang dijadikan sandaran dalam penggunaan metode dakwah salah satunya adalah hadist Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh
Muslim:
ی ﻝ ﻥ
ی ﻝ ﻝ
+ ,
- .
ی 1
Siapa diantara kamu melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya kekuasaanya, jika tidak mampu ubahlah dengan lisannya nasehat, jika tidak
mampu ubahlah dengan hatinya dan yang terakhir inilah selemah-lemahnya iman.
H.R. Muslim
34
1. Bil-Lisan
Dakwah bil-lisan adalah suatu bentuk dakwah yang dilaksanakan melalui lisannya, metode ini sangat umum digunakan oleh para dai di dalam ceramah,
pidato, khutbah, diskusi, nasihat dan lain-lain. 2.
Bil-Hal Dakwah bil-hal adalah dakwah yang dilakukan dengan perbuatan nyata
yang meliputi keteladanan. Metode dakwah ini dapat dilakukan oleh setiap individu tanpa harus memiliki keahlian khusus dalam bidang dakwah. Dakwah bi
al-hal dapat dilakukan misalnya dengan tindakan nyata yang dari karya nyata
34
Musthofa Bugho dan Muhyiddin, al-Wafi, fi Syarhi Arbaiina Nawawi Bairut: Daarul Fikri, 1994 h. 252.
tersebut hasilnya dapat dirasakan secara konkret oleh masyarakat, seperti pembangunan Rumah Sakit atau fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk
kemaslahatan umat. 3.
Bil-Qalam Dakwah bil-Qalam adalah dakwah yang dilakukan melalui tulisan, dakwah
ini memerlukan keahlian khusus dalam hal menulis dan merangkai kata-kata sehingga penerima dakwah tersebut akan tertarik untuk membacanya tanpa
mengurangi maksud yang terkandung di dalamnya, dakwah tersebut dapat dilakukan melalui media massa seperti surat kabar, majalah, buku, buletin maupun
lewat internet. Menurut Slamet Muhaemin Abda, metode dakwah dapat dilihat dari segi
cara, jumlah audien dan cara penyampaian. Metode dakwah dari segi cara, ada dua macam:
1. Cara tradisional, termasuk di dalamnya adalah sistim ceramah umum.
Dalam cara ini dai aktif berbicara, sedangkan komunikan pasif. Komunikasi hanya berlangsung satu arah one way communication.
2. Cara modern, termasuk di dalamnya adalah diskusi, seminar dan
sejenisnya dimana
terjadi komunikasi
dua arah
two way
communication .
Metode dakwah dari segi jumlah audien, ada dua macam: 1.
Dakwah perorangan, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap orang secara langsung.
2. Dakwah kelompok, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap kelompok
tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya.
Metode dari segi cara, dapat dilihat dari berbagai segi yaitu: 1.
Cara langsung dan tidak langsung. Cara langsung yaitu dakwah yang dilakukan
dengan cara
tatap muka
antara komunikan
dan komunikatornya. Cara tidak langsung yaitu dakwah yang dilakukan
tanpa tatap muka antara dai dan audiennya. 2.
Cara penyampaian isi secara serentak dan bertahap. Cara serentak dilakukan untuk pokok-pokok bahasan yang praktis dan tidak terlalu
banyak kaitannya dengan masalah lain. Cara bertahap dilakukan terhadap pokok-pokok bahasan yang banyak kaitannya dengan masalah
lain. 3.
Sedangkan cara penyampaian persiapan materi dapat dilakukan dengan tiga cara:
a. Teks book, yaitu dengan membaca materi secara keseluruhan.
b. Tanpa teks book, yaitu materi dihafal seluruhnya dan tanpa
membaca. c.
Dengan catatan kecil secara garis besar, disiapkan pokok-pokok materinya saja.
35
e. Media Dakwah