Penerapan Retorika KH. Habib Ali Alwi bin Thohir dalam Pelaksanaan

Ust. Suryadi Yahya, mengatakan bahwa retorika Habib Ali itu sekelas dengan dai Aa Gym ataupun KH. Zainudin MZ. Beliau berbicara dengan kata- kata yang sederhana namun mudah dipahami, dicerna dan mudah cepat beradaptasi dengan jamaahnya. Dalam berceramah beliau sangat menyesuaikan dengan para jamaahnya, kalau berceramah dengan pejabat gaya bahasa menyesuaikan dengan bahasa birokrasi pemerintahaan, dengan kaum intelek beliaupun berucap dengan gaya bahasa intelektual dan jika bicara dihadapan jamaah yang biasa saja, gaya bahasanya pun sederhana, enak didengar dan mudah dimengerti. 59 Dalam uraian di atas, definisi retorika yang diutarakan Habib Ali Alwi bin Thohir tidak jauh berbeda dengan tokoh-tokoh retorika seperti Jalaluddin Rakhmat, Gusti Ngurah Oka dan yang lainnya. Hal ini terlihat dalam mampraktekan retorika saat berdakwah yang tergolong sukses. Beliau mampu menyajikan materi-materi dakwah dengan baik dan aktual sehingga sehingga memiliki daya tarik dan ciri khas tersendiri.

B. Penerapan Retorika KH. Habib Ali Alwi bin Thohir dalam Pelaksanaan

Dakwah Bil-Lisan Sebagaimana kita ketahui bahwa, keberadaan retorika itu sangat penting untuk mencapai suatu keberhasilan dalam dakwah. Dakwah yang dilakukan dengan asal-asalan saja sudah barang tentu tidak akan mendapatkan hasil yang diinginkan. Dakwah yang dilakukan tanpa adanya persiapan dan segala macam 59 Ust. Suryadi Yahya, Wawancara Pribadi, Tanggal 20 Juli 2007. yang berhubungan dengan retorika, isi dakwah itu tidak akan dapat tersampaikan dengan baik kepada madunya. Peranan retorika dalam pelaksanaan dakwah bil-lisan sangatlah penting dan erat, karena sangat menentukan dalam keberhasilan dakwah itu sendiri, sedangkan korelasi antara retorika dan dakwah bil-lisan hubungannya sangat erat, bahwa dakwah bil-lisan itu adalah dakwah yang dilakukan dengan lisan dalam hal ini dakwah langsung yang ditunjukan untuk membawa manusia ke jalan Allah. 60 Penerapan retorika dalam pelaksanaan dakwah itu pun harus tepat kepada sasaran, mengingat bervariasinya tingkat kesadaran dan kemampuan daya nalar masyarakat. Tepat sasaran disini dimaksudkan adalah dapat mengetahui dan memahami dengan jelas siapa yang dihadapi, apakah kaum intelek, menengah, atau orang awam. 61 Di dalam berdakwah habib memiliki retorika yang sangat bagus. Kemampuan retorika habib yang memukau dengan pembendaharaan kata yang kaya tak heran membuat beliau menjadi Singa Podium dakwah adalah misi hidupnya, seluruh potensinya sepertinya beliau kerahkan untuk berdakwah. Menurut Drs. Syaripudin dalam dakwah yang Habib lakukan selalu menggunakan retorika, sehingga dakwah yang disampaikan mudah dimengerti, mudah dipahami dan dicerna oleh nalar yang mendengarnya. 62 Habib mengungkapkan bahwa dengan menggunakan retorika dalam berdakwah pembicaraan terfokus. 63 60 KH. Habib Ali Alwi bin Thohir, Wawancara Pribadi, Tanggal 18 Juli 2007. 61 KH. Habib Ali Alwi bin Thohir, Wawancara Pribadi, Tanggal 18 Juli 2007. 62 Drs. Syaripudin, Wawancara Pribadi, Tanggal 20 Juli 2007. 63 KH. Habib Ali Alwi bin Thohir, Wawancara Pribadi, Tanggal 18 Juli 2007. Jika kita kembalikan pendapat Habib di atas sesuai dengan al-Quran surat Ibrahim ayat 4 dan kami tidak mengutus seorang Rasul pun melainkan dengan bahasa kaumnya agar supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana, dan Hadist yang artinya berbicaralah dengan manusia sesuai dengan tingkat akal pikiran atau kecerdasannya. Jadi seorang dai harus pandai-pandai menganalisa dan mengenali madunya dengan baik, agar dakwah yang disampaikan tepat sasaran. Dalam berdakwah Habib mengemas retorikanya dengan mengunakan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami madunya. Hal ini sesuai dengan apa yang diuraikan oleh Barnawi Umari, dalam bukunya yang berjudul Azas-Azas Ilmu Dakwah bahwa ilmu itu terbagi kepada tiga golongan, dan masing-masing golongan memiliki cara penyampaian yang berbeda. 1. Golongan cerdik cendikiawan, adalah golongan yang a. Dapat berpikir secara kritis dan selektif b. Cepat menangkap arti dari inti problem 2. Golongan menengah, adalah golongan yang a. Gemar membahas problema tapi hanya terbatas b. Belum sanggup menganalisa secara mendalam 3. Golongan awam, adalah golongan yang a. Belum dapat berpikir secara kritis dan selektif b. Belum cepat menangkap inti problem 64 Dalam uraian di atas maka penulis membagi lima tahap penyusunan pidato yang dikenal dengan The Five Connons of Rethoric yang sering diterjemahkan dengan Lima hukum retorika, yaitu : a. Menemukan Bahan Inventio Setiap dakwah ataupun setiap menjalankan sesuatu harus ada persiapan yang matang terlebih dahulu supaya berjalan dengan baik dan lancar, apabila terdapat sedikit saja kesalahan maka hal itu akan mempengaruhi kredibilitas seorang dai. Walaupun cukup sibuk beliau juga melakukan persiapan-persiapan bathiniyah dengan meluruskan niat karena Allah SWT serta mengamalkan apa- apa yang didakwahkannya adapun persiapan seperti bahan-bahan atau materi sudah banyak sehingga untuk persiapan materi itu tidak membutuhkan waktu yang panjang karena materi-materi itu sudah tersiapkan sejak lama 65 . Di dalam dakwahnya Habib memiliki konsisten yang sangat tinggi, beliau selalu mementingkan jamaahnya, demi terciptanya amar maruf dan nahi mungkar. Sesuai dengan firman Allah : 89 :34 ;89 =? A B C D E C3F A E GH C I EK.GL M A N C 5 6E 9 34 O PQ- 4H ;KR ST 3U 34 5VW7 Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar Merekalah orang-orang yang beruntung. Ali-Imran : 104 b. Penyusunan bahanmateri yang akan disampaikan 64 Barnawi Umari. Azas-Azas Ilmu Dakwah Solo: Ramadhani, 1995, h. 61-62. 65 KH. Habib Ali Alwi bin Thohir, Wawancara Pribadi, Tanggal 18 Juli 2007. Menurut Habib topik yang diangkat harus sesuai dengan kondisi masyarakat. Beliau mampu meramu tema-tema Islam dengan diaktualisasikan pada kebutuhan masyarakat saat itu. Adapun materi dakwah yang disajikan bersumber dari al-Quran, hadist, tafsir, qaul sahabat, fatwa-fatwa ulama, kisah-kisah hikmah dan juga materi yang up to date yang sedang di hadapi umat beliau sajikan secara mendalam serta dengan bahasa yang lugas dan sistematis sehingga menjadi ceramah yang enak di dengar dan menarik. Hal ini mengindikasikan bahwa Habib memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, keluasan wawasan beliau juga ditunjang dengan keaktifan beliau mengikuti isu yang sedang berkembang melalui media massa baik elektronik maupun cetak. c. Memilih bahasa yang indah Dalam menyampaikan dakwahnya Habib mengelola kata-kata dengan baik, gaya bahasanya disesuaikan dengan madu yang dihadapi, rangkaian kata yang tidak berbelit-belit dan sistematis membuat ceramahnya enak didengar dan dipahami oleh madunya. Selain itu Habib mengatakan penerapan retorika atau gaya bahasa yang baik itu dari segi suara yang tidak monoton dan harus ada penekanan pada kalimat tertentu. 66 Dalam olah vokal KH. Habib Ali Alwi bin Thohir, dalam berbicara dihadapan jamaahnya betul-betul menampilkan seluruh kepribadiaannya. Beliau berbicara dengan tangan, raut wajah, bahasa tubuh, sehingga gaya penyampaian 66 KH. Habib Ali Alwi bin Thohir, Wawancara Pribadi, Tanggal 18 Juli 2007. beliau yang seperti itu semakin menambah keyakinan jamaah untuk lebih serius lagi dalam mendengarkan dakwah beliau. 67 d. Mengingat materi yang akan disampaikan Di dalam berdakwah, penguasaan terhadap materi dakwah yang akan disampaikan sudah merupakan keharusan bagi dai, sebab tanpa penguasaan materi yang mendalam maka sulit untuk membangun kepercayaan madu. Seandainya seorang dai atau juru dakwah menggunakan sistem penyampaian berupa metode khutbah atau pidato, maka hendaknya benar-benar disesuaikan dengan keadaan tingkat kecerdasan madu. Namun jika dai itu mampu menguasai materi dengan baik, maka gaya penyampaiannya pun akan baik pula, kontak dengan madu lebih tenang, membangun kredibilitas di hadapan madu akan semakin mudah dan vokal suara pun lancar. Demikian juga dengan penguasaan materi dan metode penyampaian yang Habib terapkan mampu membuat jamaahnya merespon dan larut dalam ceramahnya. e. Menyampaikan dakwah lisan Dalam menyampaikan dakwah tujuan utamanya adalah bagaimana dakwah yang disampaikannya itu dapat diterima dengan baik dan dipahami oleh madu. Pada dasarnya banyak cara ataupun strategi dalam menyampaikan dakwah salah satunya dengan dakwah lisan. Dalam dakwah lisan, bahasa memegang peranan yang penting, seorang dai tidak hanya memiliki kemampuan dan kepandaian dalam pengetahuan, tapi seorang dai juga harus memiliki kemampuan dan kepandaian dalam 67 KH. Habib Ali Alwi bin Thohir, Pengamatan Pribadi , Tanggal 13 Juli 2007 menggunakan bahasa sehingga apa-apa yang disampaikan oleh seorang dai itu dapat dipahami, dimengerti dan diterima dengan baik oleh madu, sehingga madu dapat tergerak hatinya untuk melakukan apa yang disampaikan oleh dai tersebut. Dalam berdakwah Habib menggunakan metode dakwah bil-lisan. Karena dengan metode ini merupakan metode yang mudah dan tidak membutuhkan modal yang besar. Dalam menyampaikan secara lisan itu, akan lebih mudah dan langsung. 68 Dengan melakukan poin-poin di atas dengan tepat, maka akan membuat seorang terpikat dan terpesona serta tidak jemu untuk mendengarkan dakwah sang dai. Demikian pula dengan KH. Habib Ali Alwi bin Thohir, yang sudah memiliki ribuan jamaah berkat metode dakwah bil-lisannya beliau sangat disukai oleh para jamaahnya. Banyak faktor yang menyebabkan dakwah itu tidak berhasil atau gagal, Pertama, kurangnya keikhlasannya juru-juru dakwah sendiri. Kedua, menyimpang dari tujuan dan bila dilihat dari dakwah bil-lisan, penunjang dakwah atau peralatan seperti sound sistem, situasi dan kondisinya harus dipersiapkan secara matang dan komunikasi bahasa. Pola dakwah yang dilakukan Habib selama ini adalah mengikuti konsep al-Quran surat An-Nahl ayat125 8X O 7Y Z [ P M \ 9 3F M 34 3F _ ` N34 B , Wab4 M c\ R O ?A PdM \ KR e` M ? V 68 KH. Habib Ali Alwi bin Thohir, Wawancara Pribadi, Tanggal 18 Juli 2007. f Y Z [ _ KR e` 0g B h N 34 M 5Vi 7 Serulah manusia pada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. QS. An-Nahl : 125 Yaitu tiga pola itu yang pertama Bil-Hikmah, hikmah merupakan pokok awal yang harus dimiliki oleh seorang dai dalam berdakwah. Karena dari hikmah ini akan lahir kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam menerapkan langkah-langkah dakwah yang baik secara metodelogis maupun praktis. Setiap dai harus dapat memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi madunya. Di samping itu al-hikmah merupakan kemampuan dai dalam menjelaskan dokrin- dokrin agama Islam serta realitas yang ada dengan argumen yang logis dan bahasa yang komunikatif. Dalam dunia dakwah, hikmah adalah penentu sukses tidaknya dakwah dalam menghadapi madu yang beragam tingkat pendidikannya, strata sosial dan latar belakang budaya. Jadi seorang dai pun memerlukan hikmah, sehingga ajaran Islam dapat diterima dan mampu memasuki ruang hati madu dengan tepat. Kedua al-Mauidzatil Hasanah, kata al-Mauidzatil Hasanah secara bahasa terdiri dari dua kata, mauizhah dan hasanah. Mauizhah yang berarti nasehat, pendidikan dan peringatan. Sementara hasanah artinya kebaikan. Jadi, mauidzatul hasanah mengandung arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih sayang ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan sebab kelemah-lembutan dalam menasihati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar sehingga lebih mudah melahirkan kebaikan daripada larangan dan ancaman. Ketiga al-Mujadalah bi-al-Lati Hiya Ahsan, al-Mujadalah adalah upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak dengan jalan sebaik-baiknya, dengan perkataan yang lemah lembut, tidak dengan ucapan yang kasar dan tidak melahirkan permusuhan di antara keduannya dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. 69 Dari keseluruhan uraian di atas tentang penerapan retorika KH. Habib Ali Alwi bin Thohir dalam pelaksanaan dakwahnya, memiliki penampilan yang sempurna dari cara berpakaian, berakhlak, baik kepada Allah maupun kepada manusia, gaya penampilan dakwah yang baik, raut wajah, mimik, penjiwaan, kata- kata yang terucap pun tersusun rapi, dan enak didengar. Retorika KH. Habib Ali Alwi bin Thohir dalam pelaksanaan dakwahnya sangatlah bagus. KH. Habib Ali Alwi bin Thohir mampu memaparkan gaya bahasa yang menarik, kata-kata yang tersusun rapi, mudah dimengerti, vokal yang lantang, gaya pemaparan yang mudah dipahami, body language yang hidup, tidak kaku dan tegang. Hal ini bisa dibuktikan dengan pengamatan langsung penulis saat mengikuti salah satu kegiatan ceramah beliau sebelum wawancara. 69 KH. Habib Ali Alwi bin Thohir, Wawancara Pribadi, Tanggal 18 Juli 2007.

BAB V PENUTUP