“Simsalabim Jokowi Apa Bisa?” Edisi 13 – 27 September 2013
jantung Ibukota terjadi persis 17 hari setelah di tempat yang sama digelar pesta gila. Ya, pada malam tahun baru 2013, Jokowi
menyelenggarakan Jakarta Free Night. Pemerintahan mendirikan 16
panggung di 16 titk sepanjang Jalan Thamrin-Sudirman untuk mementaskan musik gambus, gambang kromong, keroncong, campursari,
dangdut, hingga band pop. Satu-dua penampilan bernafas religius, tapi
yang lainnya full hura-hura belaka.
” Paragraf selanjutnya penulis mengkolerasikan maksiat dengan bencana banjir yang terjadi. “Maka,
atas tenggelamnya Jakarta itu, Ketua Umum Front Pembela Islam FPI Habib Mu
hammad Rizieq Shihab berkata, „Setelah Sudirman-Thamrin dinodai dengan festival maksiat oleh Jokowi pada malam Tahun Baru,
kini saatnya Allah SWT menyapu kotoran maksiatnya dengan air bah yang mengotori Jakarta. Ayo, Jokowi mau beli musibah dengan maksiat
apa lagi‟.” Berikutnya, pada bagian tengah skema story dalam berita ini,
menjelaskan bahwa kehebatan Jokowi bukan dari keberhasilannya ia memerintah, tapi dari kepintarannya memanfaatkan media media
darling yang membuatnya menjadi seorang yang baik dan tak pernah salah. Dipaparkan
“Hamdi menjelaskan, popularitas Jokowi tersebut karena peran media. Kekuatan media ini disadari betul oleh Jokowi dan
orang-orang dekatnya. Menurut ilmu komunikasi massa, kebanyakan orang menetapkan apa yang baik dan tidak baik berdasarkan informasi
dari media massa alias pencitraan ”. Paragraf selanjutnya, dipaparkan
“Celakanya, menjadi sosok media darling membuat sosok Jokowi
dianggap selalu benar dan pantang dikritik. Hatta oleh kebanyakan insan pers sendiri yang mestinya berdaya kritis tinggi.
” Sedangkan bagian penutup dalam berita ini menjelaskan
seharusnya pemimpin yang memimpin Jakarta, apalagi Indonesia, harus menerapkan syariah Islam secara paripurna karena Islam terbukti sebagai
rahmatan lil „alamin. Dipaparkan “Walhasil, memang harus ada perubahaan ideologi agar permasalahan negeri termasuk banjir
terselesaikan. Fahmi
menyatakan, tidak
layak Indonesia
mempertahankan ideologi kapitalisme saat ini yang terbukti destruktif ”.
Skema yang digunakan diurutkan sesuai dengan peristiwa, antara lain pesta hura-hura Jokowi menyebakan banjir parah di Bunderan HI,
lalu hasil pencitraan yang membuat Jokowi tidak pernah salah di mata masyarakat, masalah yang ada di Jakarta ataupun di Indonesia bisa
terselesaikan jika pemerintahan memakai syariat Islam. c.
Latar Latar dalam berita “Simsalabim Jokowi Apa Bisa?” adalah
terjadinya banjir di kawasan Jalan Sudirman-Thamrin yang belum pernah terkena banjir parah.
Yang membuat aktifitas lumpuh total. “Latar belakang berita ini adalah Kamis, 17 Januari 2013, kawasan Bunderan
HI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat “tenggelam” yang seumur-umur belum pernah terkena banjir
”. Latar yang ingin ditampilkan wartawan pada pemberitaan ini
adalah mengajak pembaca terlebih dahulu tahu banjir yang terjadi di
Bunderan HI itu baru pertama kali dan ini terjadi pada saat Jokowi yang memimpin.
d. Detil
Beberapa teks yang ditemukan sesuai dengan elemen detil ini adalah penjelasan secara panjang lebar mengenai kekurangan Jokowi
dalam memimpin . “Padahal, jejak Jokowi tidak selalu menjadi tinta
emas catatan sejarah. Hikayat pedagang kaki lima di Solo misalnya, kini tak seindah dalam pemberitaan tentang prestasi jokowi. Mobil Esemka
yang digadang-gadang jadi proyek kemandirian nasional di bidang otomotif, sampai paripurna tetap jadi purwarupa. Monorel yang akan
mulai digarap, juga baru sejengkal asa untuk mengatasi lalu lintas Jakarta yang diperkirakan, bakal macet total pada 2015
”. Pada bagian tersebut wartawan menguraikan pernyataan secara
panjang dan lebar. Tidak diketahui secara jelas makna apa yang hendak disampaikan kepada pembaca jika tidak membacanya secara
keseluruhan. Tetapi, jika dibaca secara utuh, maka akan tersampaikan bahwa Jokowi itu tak sehebat apa yang ada dibenak masyarakat.
e. Maksud
Elemen maksud dalam berita ini dapat ditemukan. Wartawan mencoba menyampaikan mengenai pemimpin harus menerapkan Syariat
Islam secara benar. “Kalau memang harus ada perubahan di level
ideologis, bagi negeri yang mayoritas Muslim ini ya tidak ada pilihan lain kecuali perubahan ideologi Islam,
” tandasnya. “Solusi bagi Indonesia, lanjut sekjen FUI, adalah memilih pemimpin yang
berkomitmen untuk membentuk rezim yang menerapkan syariah Islam secara paripurna sehingga Islam terbukti sebagai rahmatan lil „alamin.”
Dalam teks tersebut, wartawan menggambarkan secara jelas bahwa sistem Syariat Islam adalah solusi bagi Indonesia untuk menyejahterakan
rakyatnya. Bukan pemimimpin yang mengandalkan pencitraan dan tidak mementingkan Al Qur’an dan Al Hadist sebagai pedoman dalam
memimpin bangsa. f.
Praanggapan Bagian praanggapan yang ada dalam teks berita tersebut yakni
bagian berita yang memaparkan “Memang menurut para pakar komunikasi dan psikologi, Jokowi adalah media darling
”. “Menurut hasil Survei yang dilakukan Soegeng Sarjadi School of Goverment SSSG itu,
Gubernur Joko Widodo bertengger dipuncak, jauh di atas Prabowo dan empat belas tokoh nasional lainnya
.” Bagian praanggapan di dalam teks dibuat oleh penulis untuk
mendukung pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tak perlu lagi dipertanyakan. Artinya bahwa terpilihnya Jokowi menjadi Gubernur
dan popularitasnya merupakan hasil pencitraan media. Pernyataan tersebut merupakan fakta yang belum terbukti kebenaran keseluruhan
tetapi dipercaya oleh semua orang. g.
Kohersi Beberapa koherensi ditemukan dalam penulisan berita ini.
“Wilayah jalan Protokol yang seumur-umur belum pernah terkena banjir parah itu, lumpuh total terkenal air bah berwarna kecoklatan
”. Kalimat di
atas menggunakan kata hubung yang menyatakan penjelas yaitu “yang”.
Proposisi “Wilayah Jalan Protokol” dan “seumur-umur belum pernah
terkena banjir parah itu, lumpuh total terkenal air bah berwarna kecoklatan
” adalah dua hal yang berlainan. Tetapi, dengan mengunakan Jokowi
kata hubung “yang” dua hal tersebut menjadi koheren. Penulis berita ingin memperjelas bahwa sebelumnya jalan Sudirman-Thamrin
dari pertama dibuat sekali pun tak pernah terkena banjir. “Jokowi menjadi luar biasa, karena standar kualitas hidup bangsa
Indonesia memang rendah ”. Kalimat di atas menggunakan kata hubung
yang menyatakan sebab yaitu “karena”. Proposisi “Jokowi menjadi luar
biasa ” dan “standar kualitas hidup bangsa Indonesia memang rendah
standar kualitas hidup bangsa Indonesia memang rendah ” adalah dua
hal yang berlainan. Tetapi, dengan mengunakan kata hubung “karena” dua hal tersebut menjadi koheren. Penulis menyatakan Jokowi pemimpin
hebat itu cuma buat orang yang mempunyai standar hidup yang rendah. h.
Kata Ganti Kata Ganti, merupakan kata yang digunakan sebagai alat untuk
memosisikan komunikator dalam sebuah wacana.
13
Kata ganti yang terdapat di berita ini, yaitu:
”Tenggelamnya jantung Ibukota terjadi persis 17 hari setelah di tempat yang sama digelar pesta gila.
” Jantung Ibukota untuk menggantikan Kawasan Bunderan HI. Kata
jantung dipakai untuk mengesankan dengan tenggelamnya Bunderan
13
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan analisis Framing, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, cet ke-5, h. 80.
HI membuat lumpuh seluruh kota. Karena kata jantung adalah pusat dari inti suatu hal.
Pemikiran sekuler Jokowi juga ditunjukan dengan kesediaanya menjadi pemimpin berpasangan dengan orang kafir.
Orang kafir buat kata ganti dari Ahok dan FX Rudy. Penulis menggunakan kata kafir untuk memberi tahu bahwa pasangan Jokowi
itu tidak menyembah Allah dan nantinya akan dilaknat. Dengan begitu mengesankan kepada pembaca apa orang ini pantas menjadi
pemimpin kita. Jokowi juga membiarkan istrinya direkrut organisasi mantel yahudi.
Mantel yahudi buat kata ganti dari Rotary Club Solo. Penulis ingin menyatakan bahwa istri Jokowi merupakan bagian dari anggota kaum
yahudi. Jokowi juga takut menyetop proyek renovasi dan pelebaran kantor
kedutaan besar Amerika serikat di jantung Republik Indonesia. Jantung Republik Indonesia sebagai kata ganti dari DKI Jakarta. Kata
jantung dipakai untuk mengesankan Amerika mampu menguasai Jakarta. Karena kata jantung adalah pusat dari inti suatu hal.
i. Leksikon
Pemilihan kata pada berita ini dapat dilihat sebagai berikut. Kamis, 17 Januari 2013, kawasan Bundaran HI, Jalan MH
Thamrin, Jakarta Pusat, “tenggelam”. Penggunaan kata tenggelam membuat makna jalan kawasan
Bunderan HI tertutup sama sekali oleh air.
Wilayah jalan protokol yang seumur-umur belum pernah terkena banjir parah itu, lumpuh total tergenangi air bah berwarna
kecoklatan. Lumpuh total bermakna sudah tidak bisa lagi melakukan aktifitas
sama sekali, sedangkan air bah mempunyai makna banjir yang dasyat.
Padahal, kebijakan Jokowi turut berperan penting dalam mengundang banjir bandang menyerbu Ibukota.
Makna mengundang berarti banjir itu datang karena Jokowi yang mendatangkannya.
Tenggelamnya jantung Ibukota terjadi persis 17 hari setelah di tempat yang sama digelar pesta gila.
Kata pesta gila mengandung makna perayaan yang di luar kebiasaan atau bertentang dengan suatu yang normal.
j. Grafis
Unsur grafis yang muncul dalam pembeitaan “Simsalabim Jokowi Apa Bisa?
” ini diantaranya muncul foto Jokowi-Ahok diikuti pendukungnya yang banyak. Gambar ini dimaksudkan sebagai suatu
dukungan yang banyak kepada pasangan Jokowi-Ahok sehingga ia bisa terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Unsur grafis yang kedua muncul di tengah berita halaman pertama, yaitu foto Bunderan HI yang terkena banjir dari angle atas. Gambar ini
ingin menunjukan dampak banjir yang terjadi di Jakarta begitu luas dan parah. Foto terakhir muncul di dalam berita di halaman kedua, yaitu foto
Jokowi yang sedang dikerumuni para wartawan. Gambar ini dimaksudkan bahwa Jokowi adalah sosok pusat perhatian bagi wartawan.
Sedangkan unsur grafis yang muncul dalam teks, yakni data yang menunjukan pembangunan bendungan yang dilakukan oleh pemimpin
Islam. Ini bermaksud untuk menenkankan kepemimpinan Islam sanggup membuat bendungan dan mengatasi banjir yang terjadi. Unsur yang lain
yang terdapat adalah penebalan huruf pada periwayat hadist dan surat Al- Qur’an yang dicantumkan oleh penulis. Penulis ingin menekankan hadist
dan Al- Qur’an itu sebagai koreksi terhadap kepemimpinan Jokowi.
k. Metafora
Metafora dalam berita ini ada pada tulisan. “Padahal, kebijakan
Jokowi turut berperan penting dalam mengundang banjir bandang menyerbu Ibukota
.” Dan “Jokowi juga membiarkan istrinya direkrut organisasi mantel yahudi.
”
Tabel 6 kerangka Analisis Data “Simsalabim Jokowi Apa Bisa?”
Struktur Wacana
Elemen Keterangan
Stuktur Makro TopikTema Lead
Super Struktur Skematik
Skema -
Diawali dengan judul berita
-
Lead berita
-
Story:
1. Pesta hura-hura Jokowi menyebakan banjir
parah di Bunderan HI. 2.
Hasil pencitraan yang membuat Jokowi tidak pernah salah di mata masyarakat.
3. Masalah yang ada di Jakarta ataupun di
Indonesia bisa
terselesaikan jika
pemerintahan memakai syariat Islam. Struktur
Mikro Semantik
Latar Paragraf 1
Detil Paragraf 29
Maksud Paragraf 38 47
Praanggapan Paragraf 17 18
Struktur Mikro
Sintaksis Kohersi
- Wilayah jalan Protokol yang seumur-umur
belum pernah terkena banjir parah itu, lumpuh total terkenal air bah berwarna
kecoklatan.1
- Jokowi menjadi luar biasa, karena standar
kualitas hidup bangsa Indonesia memang rendah. 27
Kata ganti -
Jantung Ibukota 4 -
Orang kafir 11 -
Mantel Yahudi 12 -
Jantung Republik Indonesia 30 Struktur
Mikro Stilistik
Leksikon -
Tenggelam 1 -
Lumpuh Total 1 -
Air bah 1 -
Mengundang 3 -
Pesta gila 4 -
Dinodai 8 -
Menggelontori 8 -
Loncat 11 -
Bertengger 18
S truktur
Mikro Retoris
Grafis -
Foto spanduk „Jokowi Capres Banjir’ dan foto aktifitas anak muda di dalam ruangan.
- Foto Bunderan HI yang terkena banjir dari
angle atas. -
Foto Jokowi yang sedang dikerumuni para wartawan.
- Data yang menunjukan pembangunan
bendungan yang dilakukan oleh pemimpin Islam.
- Penebalan huruf pada periwayat hadist dan
surat Al- Qur’an yang dicantumkan oleh
penulis Metafora
- Padahal, kebijakan Jokowi turut berperan
penting dalam mengundang banjir bandang menyerbu Ibukota.
- Jokowi juga membiarkan istrinya direkrut
organisasi mantel yahudi.