Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Media seperti tersihir oleh keberadaan sosok Jokowi. Dari sekian banyak pemberitaan mengenai Jokowi tersebut, pemberitaan didominasi
oleh berbagai berita positif mengenai Jokowi, baik dari segi sosoknya, maupun dari kinerja yang dilakukannya. Oleh Majalah Tempo, Joko Widodo
terpilih menjadi salah satu dari 10 Tokoh 2008”. Hebatnya lagi, berita
positif mengenai Jokowi tidak hanya terbatas pada ranah domestik. Dalam situs merdeka.com, Jokowi diberitakan masuk ke dalam tokoh populer versi
majalah Foreign Policy di Amerika yang menggambarkan Jokowi sebagai pemimpin global paling berpengaruh, sejajar dengan Vladimir Putin,
Kanselir Jerman Angela Merkel, mantan kontraktor Badan Keamanan Amerika Serikat NSA Edward Snowden, Presiden Iran Hassan Rouhani,
bahkan Paus Fransiskus.
5
Pantaslah jika Ia disebut-sebut sebagai media darling. Media darling sendiri menurut pakar publisitas Amerika Julissa Fernandez merupakan
“Someone who is media savvy. A person who can make good use of all media platform to benefit them in someway”. Atau dapat diartikan seseorang
yang mempunyai pengetahuan tentang media dan mampu memanfaatkan semua bentuk media sehingga menguntungkan mereka dalam suatu hal.
6
Atas perhatian besar dari pihak media massa terhadap segala keberhasilan Jokowi, akhirnya Jokowi menjadi seorang sosok yang sangat populer di
kalangan rakyat Indonesia dan mengantarkannya menjadi Gubernur DKI Jakarta.
5
Merdeka.com yang ditulis oleh Saugy Riyandi dan diposting pada Kamis, 12 Desember 2013.
6
Tablid Suara Islam Edisi 164 tanggal 13-27 September, Rubrik Suara Utama 2013, h. 7
Memang, disadari atau tidak disadari, disengaja ataupun tidak disengaja, Jokowi memperoleh hasil yang menguntungkan dari pemberitaan
positifnya di berbagai media. Citra baik Jokowi dalam media massa membentuk citra baik juga di mata publik. Menurut Mc Luhan, media
menjadikan dirinya sebagai pesan. Karena keampuhannya, apa yang dianggap penting bagi media akan dianggap penting pula bagi publik.
7
Dengan kekuatannya itu, media massa cetak maupun elektronik dapat dimanfaatkan sebagai penyalur aspirasi rakyat, pembentuk opini publik,
juga alat penekan yang dapat ikut memengaruhi dan mewarnai kebijakan politik suatu negara.
8
Dengan penggambaran sosok Jokowi sebagai pemimpin yang sederhana, rendah hati dan senang bergaul dengan rakyat dengan sering
mengadakan blusukan ke permukiman warga, nama Jokowi semakin dielu- elukan masyarakat. Sosoknya yang begitu dikagumi bahkan membuat
masyarakat sensitif terhadap pihak-pihak yang melayangkan kritikan pada dirinya, seperti mantan ketua MPR Amin Rais yang mengkritisi rencana
pencapresan Jokowi sebagai Capres pada pemilu mendatang dan Ketua FPD DPR Nurhayati Ali Assegaf yang mengkritisi mengenai banyaknya
kebakaran yang terjadi di Jakarta. Setelah kritikan yang mereka alamatkan pada Gubernur DKI Jakarta
tersebut, banyak masyarakat yang mencibir dan mengecam. Begitu pula dengan beberapa pengamat politik dan media massa. Kompas.com
7
Mc Luhan yang disunting dari buku Asep Saeful Muhtad, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik, Jakarta: Logos, 1999, h.3
8
Zaenudin HM, The Journalist, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007 . 5-6
memberitakan dengan mengusung tagline “Serangan untuk Jokowi,
Bumerang untuk Amien Rais”.
9
Sementara itu, detiknews.com mengangkat pemberitaan tersebut dengan judul “Jokowi Diusik. Serangan Amien Rais
dan Nurhayati ke Jokowi Mental”. Dilihat dari hal-hal di atas, bisa kita katakan bahwa banyak media
massa yang cenderung pro terhadap Jokowi. Karena, sebagaimana yang dikatakan Eriyanto bahwa wartawan bukanlah robot yang meliput
pemberitaan sebagaimana adanya. Apa yang dia lihat, etika dan moral yang dalam banyak hal berarti keberpihakan terhadap suatu kelompok atau nilai
tertentu, yang umumnya dilandasi keyakinan tertentu, merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi
realitas.
10
Mengacu dari pendapat Eriyanto di atas, jelas bahwa posisi wartawan bukan hanya sebagai pelapor peristiwa sebagaimana hal-nya. Berita
merupakan hasil konstruksi realitas sosial dimana selalu melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan media. Realitas yang
sama bisa saja menghasilkan suatu pemberitaan yang sama sekali berbeda. Bagaimana realitas itu dijadikan berita sangat bergantung pada bagaimana
fakta itu dipahami dan dimaknai. Ini berarti, wartawan juga turut menjadi partisipan dari keberagaman nilai subjektifitas di dalam publik. Hal ini
tentunya juga berlaku terhadap pemberitaan mengenai Jokowi. Di tengah maraknya berbagai pemberitaan positif mengenai sosok dan kinerja Jokowi,
9
Kompas.com, ditulis oleh Indra Akuntono, diposting pada Jumat, 27 September 2013 pukul 11:14 WIB
10
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks, Yogyakarta: LKiS, 2001, h. 91.
ternyata nampaknya ada segelintir media yang melihat realitas tersebut dari sisi lain. Salah satu dari segelintir media tersebut adalah media yang
bernafaskan agama, yakni Tabloid Suara Islam. Tabloid Suara Islam merupakan salah satu media massa yang menulis
pemberitaan dan memberikan aspirasi serta pemikirannya dengan berlandaskan ayat-ayat Al-Quran. Berbeda dengan media massa lain yang
memaparkan keberhasilan kepemimpinan Jokowi ketika memimpin kota Surakarta dan juga ketika memimpin Jakarta, Suara Islam melihat sisi lain
dari citra Jokowi dan kepemimpinannya selama ini. Suara Islam menilai banyak kegagalan yang dihasilkan Jokowi sampai saat ini. Melalui kata-kata
dan bahasanya, Suara Islam ini memberikan pemaparan dimensi lain akan sosok dan kinerja kepemimpinan Jokowi di tengah pemberitaan media yang
terkesan monoton. Pada akhirnya, berdasarkan hal-hal di atas, penulis merasa tertarik
untuk mengangkat pemberitaan Suara Islam mengenai Jokowi, tokoh yang sangat populer akhir-akhir ini, dengan harapan memberikan pengetahuan
terhadap pembaca akan keragaman dimensi pemberitaan yang terdapat di media massa dan mengajak pembaca memahami pemberitaan Suara Islam
terhadap kepemimpinan Jokowi dari segi agama Islam dan segi lainnya melalui wacana dan penggunaan bahasa Tabloid Suara Islam. Terhadap
penelitian ini, peneliti mengambil judul
“Analisis Wacana Pemberitaan Pemerintahan Joko Widodo
dalam Tabloid Suara Islam.”