Kristenisasi Jokowi-Ahok: Pedagang Mebel Menyihir Jakarta Edisi

beragama Islam. Dipaparkan “Sekarang Jokowi dan Ahok kian menjadi- jadi. Dengan dalih lelang jabatan, Jokowi mengangkat Susan Jasmine Zulkifli, seorang murtad, menjadi lurah Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Padahal Lenteng Agung berpenduduk mayoritas Islam karenanya selama ini Lurah di sana selalu Muslim. ” Berikutnya, pada bagian tengah skema story dalam berita ini, memaparkan tentang penolakan warga Lenteng Agung terhadap pengangkatan Susan yang Kristen menjadi Lurah Lenteng Agung yang mayoritas beragama Islam. Dipaparkan “Mereka melakukan aksi demo menolak Lurah Susan. Mereka membentuk Forum Penolak Penempatan Lurah Lenteng Agung dan Rabu, 28 Augustus lalu, forum itu mengkoordinasikan demo di kantor Lurah. Mereka berdemo dengan tertib tanpa huru-hara atau kerusuhan ”. Pada paragraf selanjutnya menjelaskan bahwa penolakan Lurah Susan didukung banyak warga Lenteng Agung . Dipaparkan “Sejumlah warga Lenteng Agung keberatan dengan pengangkatan tersebut karena keyakinan Susan tak sama dengan kenyakinan sebagian besar penduduk yang muslim. Warga kemudian membuat petisi menuntut Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencopot atau memindahkan Susan ke tempat yang lebih heterogen. Mereka juga mengklaim telah mendapatkan 2.300 nama dan 1.500 fotocopy KTP warga yang mendukung petisi mereka ”. Pada paragraf selanjutnya dijelaskan fakta bahwa suatu daerah mayoritas yang beragama non Muslim tidak bisa dipimpin oleh seorang Muslim. Begitu juga sebaliknya . Dipaparkan “Bisakah seorang Islam menjadi Walikota Manado, Papua, atau Kupang? Atau pernahkah seorang Islam jadi Gubernur Manila yang mayoritas Katolik atau Wakil Gubernur Bangkok yang mayoritas Budha? Jawabanya pasti tidak. Dan itu wajar saja. Karena Filipina yang mayoritas penduduknya Katolik tak mungkin Gubernur atau Wakil Gubernurnya seorang Muslim. Tak mungkin pula seorang Muslim menjadi Walikota New York, London, Amsterdam .” Sedangkan bagian penutup dalam berita ini menjelaskan terpilihnya Jokowi sebagai Gubernur Jakarta merupakan hasil dari pencitraannya dengan menampilkan Mobil Esemka sebagai bukti kehebatan Jokowi memimpin Solo. Dipaparkan “Mobil ini muncul sebagai bukti kehebatan Jokowi memimpin Solo sehingga bermunculan kreativitas warganya, termasuk memproduksi mobil dalam negeri. Media pun heboh dan memuja-muja Jokowi sebagai calon Gubernur Jakarta. Jokowi betul- betul tanpa cacat. Klimaksnya ketika FX Hadi Rudyatmo yang berhari- hari mengendarai mobil itu dari Solo sampai di Jakarta, disambut Jokowi dengan para pendukungnya, dan terutama para wartawan ”. Sedangkan pada paragraf selanjutnya dipaparkan “Mobil itu tampaknya hanya dimanfaatkan Jokowi sebagai akal-akalan belaka agar namanya dikenal publik Jakarta. Ini bukan pernyataan untuk memfitnah Jokowi. Tapi bacalah Situs berita Okezone 28 Mei 2013, yang menurunkan sebuah berita berjudul “Mobil Esemka Jokowi Kini Tak Terurus”. Skema ini disusun sedemikian rupa sesuai dengan gaya penuturan Tabloid Suara Islam berupa feature reporting. Skema yang digunakan diurutkan sesuai dengan peristiwa, antara lain ketidakmampuan Jokowi mengayomi warga Jakarta, lalu penolakan warga terhadap kebijakan Jokowi, dan di bagian akhir yang memaparkan terpilihnya Jokowi itu hanyalah hasil dari pencitraan. c. Latar Latar termasuk ke dalam bagian analisis struktur mikro yakni semantik. Latar merupakan bagian berita yang dapat memengaruhi semantik arti yang ingin ditampilkan. Latar biasanya ditulis sebagai latar belakang suatu berita atau peristiwa. Latar yang ditulis tersebut menentukan ke arah mana pandangan khalayak dibawa oleh wartawan tersebut. 3 Latar dalam pemberitaan “Kristenisasi Jokowi-Ahok: Pedagang Mebel Menyihir Jakarta ” adalah keresahan masyarakat Muslim di Jakarta terhadap kebijakan Jokowi- Ahok. “Telah setahun Jokowi-Ahok memimpin Jakarta, Masyarakat Muslim yang merupakan mayoritas penduduk kota megapolitan itu mulai resah. Betapa tidak? Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta sedikit pun tak menunjukan kesan bahwa keduanya adalah pemimpin yang bisa menganyomi seluruh rakyatnya ” Latar yang ingin ditampilkan wartawan pada pemberitaan ini adalah mengajak pembaca terlebih dahulu tahu masyarakat Jakarta mayoritas beragam Islam yang kecewa terhadap kepemimpinan Jokowi- Ahok. 3 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS, 2001, h. 235 d. Detil Elemen detil termasuk dalam semantik. Detil merupakan elemen wacana yang berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Elemen detil merupakan strategi bagaimana wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit. 4 Beberapa teks yang ditemukan sesuai dengan elemen detil ini adalah penjelasan secara panjang lebar mengenai beberapa negara dan kota yang penduduknya mayoritas non muslim juga tidak akan memilih pemimpin yang beragama Islam. “Ahok alias Basuki tak tahu atau pura- pura tak tahu bahwa agama, suku, ras, bukan masalah sepele. Jangankan di negeri berkembang semacam Indonesia, di Eropa sana yang sudah begitu maju dan sekuler, soal agama tak bisa disepelekan. Sampai sekarang, walau lebih 2 penduduk Perancis beragama Islam tapi sulit bagi mereka untuk bisa menjadi walikota atau anggota parlemen di negeri itu. Hal serupa terjadi di Inggris, Belanda, Belgia, Jerman atau negara Eropa lainnya. Malah belakangan yang terjadi adalah dimunculkannya semangat anti-muslim seperti pelarangan pemakaian jilbab di tempat umum dan sebagainya ”. “Bisakah seorang Islam menjadi Walikota Manado, Papua, atau Kupang? Atau pernahkah seorang Islam jadi Gubernur Manila yang mayoritas Katolik atau Wakil Gubernur Bangkok yang mayoritas Budha? Jawabanya pasti tidak. Dan itu wajar saja. Karena Filipina yang mayoritas penduduknya Katolik tak 4 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS, 2001, h. 238 mungkin Gubernur atau Wakil Gubernur seorang Muslim. Tak mungkin pula seorang Muslim menjadi Walikota New York, London, Amsterdam .” Pada bagian tersebut wartawan menguraikan pernyataan secara panjang dan lebar. Tidak diketahui secara jelas makna apa yang hendak disampaikan kepada pembaca jika tidak membacanya secara keseluruhan. Tetapi, jika dibaca secara utuh, maka akan tersampaikan maksud wartawan adalah bahwa mayoritas masyarakat Jakarta adalah Muslim. Seharusnya Ahok dan Lurah Susan tidak bisa menjadi pemimpin. e. Maksud Elemen maksud hampir sama dengan elemen detil. Bedanya, dalam elemen detil informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan dengan panjang, sedangkan dalam elemen maksud informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara esplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi. 5 Elemen maksud dalam berita ini dapat kita temukan. Wartawan mencoba menyampaikan mengenai keputusan Jokowi dan Ahok menempatkan Susan sebagai Lurah adalah hal yang salah. “Sebenarnya dari segi manajemen saja keputusan Jokowi dan Ahok menempatkan seorang wanita dan Kristen menjadi Lurah Lenteng Agung, sudah konyol. Apalagi kalau dipandang dari sisi pengalaman dasar negara Pancasila. Sangat jelas, Jokowi dan Ahok tak menghargai agama yang 5 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS, 2001, h. 240 dianut mayoritas penduduk Lenteng Agung. Wajar sekali kalau mereka keberatan dan berdemo memprotes keputusan Pemda DKI yang salah kaprah ”. Dalam teks tersebut, wartawan menggambarkan secara jelas bahwa Jokowi dan Ahok salah dalam mengangkat Lurah Susan di Lenteng Agung karena warga lenteng Agung merasa keberatan dipimpin oleh orang Kristen, karena mayoritas warga Lenteng Agung beragama Islam. f. Praanggapan Elemen wacana lainnya, praanggapan merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Hampir serupa dengan latar yang berupaya mendukung pendapat dengan jalan memberi latar belakang. Namun, praanggapan adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercayai kebenarannya. 6 Meskipun berupa anggapan, praanggapan umumnya didasarkan pada ide common sense, praanggapan yang masuk akal atau logis sehingga meskipun kenyataannya tidak ada, tidak dipertanyakan kebenarannya. Bagian praanggapan yang ada dalam teks berita tersebut yakni terdapat pada “Maka ketika Ahok yang Kristen bisa terpilih menjadi Wakil Gubernur Jakarta yang berpenduduk mayoritas Islam, itu adalah peristiwa yang langka luar biasa. Peristiwa ini tak mungkin terjadi di Amerika Serikat atau Eropa yang negara maju. Maka itu merupakan bukti bahwa umat Islam Jakarta mencoba menunjukkan sikap yang toleran. Sekali lagi itu peristiwa yang luar biasa. Tanyalah Ahok atau 6 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS, 2001, h. 256 Jokowi, atau orang-orang yang berteriak-teriak sebagai pendukung fanatiknya, bisakah seorang Islam menjadi Walikota Manado, Papua, atau Kupang? Atau pernahkah seorang Islam menjadi Bupati Kabupaten Tapanuli Utara atau Minahasa? Atau pernahkah seorang Islam menjadi wakil Gubernur Manila yang mayoritas katolik atau wakil Gubernur Bangkok yang mayoritas Budha? Jawabannya pasti tidak. Dan itu wajar saja. Karena di Filipina yang penduduknya Katolik tak mungkin Gubernur atau Wakil Gubernur Manila seorang muslim. Tak mungkin pula seorang muslim menjadi Walikota New York, London, atau Amsterdam .” Bagian praanggapan di dalam teks dibuat oleh penulis dengan menyertakan peristiwa umum yang terjadi di berbagai negara, untuk mendukung pernyataan penulis bahwa tidak seharusnya Jokowi mengangkat orang-orang non Muslim sebagai pemimpin bagi rakyat Indonesia yang mayoritas Muslim. g. Kohersi Koherensi merupakan pertalian atau jalinan antar kata atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga, fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. 7 Koherensi merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana seseorang secara strategis menggunakan wacana untuk menjalaskan suatu 7 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS, 2001, h. 242 fakta atau peristiwa. Apakah peristiwa itu dipandang saling terpisah , berhubungan, atau malah sebab akibat. Koherensi ini secara mudah dapat diamati di antaranya dari kata hubung yang dipakai untuk menghubungkan fakta. Kata hubung dan, akibat, tetapi, lalu, karena, meskipun, dan lain-lain, menyebabkan makna yang berlainan. Beberapa koherensi ditemukan dalam penulisan berita ini. “Silahkan Jokowi dan Ahok merayakan Natal atau Tahun Baru bersama rakyatnya sekalipun mereka minoritas. Tapi yang menjadi masalah ketika menjelang hari lebaran buru-buru Jokowi melarang takbir berkeliling dengan berbagai alasan. Yang pasti dengan pelarangan itu syiar Islam menghadapi lebaran jadi sepi ”. Kalimat di atas menggunakan kata hubung yang menyatakan pertentangan, yaitu “tapi”. Proposisi “Silahkan Jokowi dan Ahok merayakan Natal atau Tahun Baru bersama rakyatnya sekalipun mereka minoritas ” dan “yang menjadi masalah ketika menjelang hari lebaran buru-buru Jokowi melarang takbir berkeliling dengan berbagai alasan. Yang pasti dengan pelarangan itu syiar Islam menghadapi lebaran jadi sepi ” adalah dua hal yang berlainan. Tetapi, dengan mengunakan kata hubu ng “tapi” dua hal tersebut menjadi koheren. Kata hubung “tapi” digunakan untuk menunjukkan pertentangan dari kalimat sebelumnya. Penulis berita ingin menyatakan bahwa tidak akan menjadi terlalu masalah jika Jokowi merayakan Natal bersama pegawainya. Namun ketika ia melarang kegiatan takbir keliling, hal itu mengusik umat muslim dan memperlihatkan bahwa Jokowi merupakan orang yang tidak memihak pada umat muslim, yang notabene adalah penduduk mayoritas di Indonesia. “Sekarang Jokowi dan Ahok kian menjadi-jadi. Dengan dalih lelang jabatan, Jokowi mengangkat Susan Jasmine Zulkifli, seorang murtad, menjadi Lurah Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Padahal Lenteng Agung berpenduduk mayoritas Islam karenanya selama ini lurah disana selalu Muslim. Tak aneh kalau sekarang ada yang menuduh Jokowi-Ahok mulai mengkristenkan aparat Pemda DKI ”. Kalimat di atas menggunakan kata hubung yang menyatakan penentangan penolakan yaitu “padahal”. Penulis bermaksud menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pengangkatan Susan menjadi Lurah Lenteng Agung. Penulis menyatakan secara implisit bahwa dikarenakan Lenteng Agung merupakan daerah berpenduduk mayoritas muslim, maka sudah seharusnya lah pemimpin yang diangkat juga seorang muslim. h. Kata Ganti Kata Ganti, merupakan kata yang digunakan sebagai alat untuk memosisikan komunikator dalam sebuah wacana. 8 Kata ganti yang terdapat di berita ini, yaitu: ”Mungkin Jokowi yang sarjana kehutanan UGM itu tak mengerti manajemen. Karena pengalamannya setelah selesai kuliah adalah jadi pedagang mebel. Lalu dia berkenalan dengan FX Hadi Rudyatmo, ketua DPC PDI Solo. Peristiwa ini kemudian mengubah nasib sang pedagang mebel. ” 8 Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan analisis Framing, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, cet ke-5, h. 80. “Bayangkan bekas pedagang mebel itu berhasil memecundangi Gubernur Pertahanan Fauzi Bowo alias Foke, seorang Doktor S3 tamatan Jerman dengan thesis masalah perkotaan .” “Kalau diikuti pikiran-pikiran di “dunia maya”, masyarakat sudah mulai kritis kepada Jokowi, bekas pedagang mebel itu .” Kata ganti dalam berita ini terdapat pada kata pedagang mebel sebagai kata ganti dari Jokowi. Penulis memposisikan Jokowi hanya sebagai pedagang mebel, bukan seorang Gubernur DKI. i. Leksikon Leksikon ini merupakan elemen bagaimana seorang wartawan atau penulis melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pemilihan kata tersebut tidak semata hanya kebetulan saja, tetapi bisa jadi mengandung unsur ideologis yang menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap suatu fakta. 9 Pemilihan kata pada berita ini dapat dilihat sebagai berikut: - “Jokowi yang Islam abangan itu memperlihatkan ketidakpekaannya atau ketidak-peduliannya bahwa Islam adalah agama yang dianut mayoritas rakyatnya, karena itu di dalam negara Pancasila ini dia harus menghargainya. ” - Kata Islam abangan memiliki kata lain orang yang lebih cenderung mengikuti sistem kepercayaan lokal dari ajaran Islam sepenuhnya. Penulis menggambarkan bahwa Jokowi adalah sosok yang tidak memahami ajaran Islam secara mendalam. 9 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS, 2001, h. 255 - Unsur leksikon lainnya yang peneliti temukan: “Dia lebih tertarik bikin upacara peribadatan agamanya di kantor Pemda DKI bersama para pegawainya yang Kristen yang jumlahnya segelintir. ” Kata segelintir memiliki kata lain sedikit. Penulis ingin menyampaikan bahwa Jokowi lebih mementingkan sesuatu yang sedikit dari pada yang banyak. - “Tentu yang bertanggung jawab atas “kekacauan” ini bukan Lurah atau Camat tapi Gubernur dan Wakilnya yaitu Jokowi dan Ahok. ” Kata kekacaun memiliki kata lain kegaduhan dan anarki. Penulis ingin menggambarkan bahwa pemilihan Susan sebagai Lurah Lenteng Agung membuat keadaan berjalan tak semestinya. - “Gilanya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengatakan, perbedaan suku, agama, dan ras tak bisa dijadikan alasan untuk menolak seseorang. ” Kata gila bisa juga sesuatu perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan. - “Sebagai gimmick guna menarik perhatian warga Jakarta, Jokowi menampilkan mobil dari SMK Rajawali sebuah Sekolah Menengah Kejuruan di Solo. ” Kata gimmick digunakan untuk penulis untuk menyatakan cara istimewa yang dilakukan oleh Jokowi. - “Dikabarkan mobil itu dibikin sendiri oleh murid-murid SMK tersebut. Pada waktunya mobil itu pun dipacu dari solo menuju Jakarta, dengan Wakil Walikota FX Hadi Rudyatmo sendiri sebagai supirnya. ” Kata dipacu bisa juga diartikan mengendarai dengan cepat. - “Klimaksnya ketika FX Hadi Rudyatmo yang berhari-hari mengendarai mobil itu dari Solo sampai di Jakarta, disambut Jokowi dengan pendukungnya dan terutama para wartawan. ” Kata lain klimaksnya adalah puncak. Menandakan perbuatan yang paling tinggi yang dilakukan. ” - “Media pun heboh dan memuja-muja Jokowi sebagai calon Gubernur Jakarta. ” Kata memuja-muja menyamakan Jokowi pada Tuhan. - “Jokowi betul-betul tanpa cacat.” Kata cacat pada Jokowi membuat makna kesempurnaan seseorang. Ini dimaksudkan penulis bahwa masyarakat Indonesia menganggap Jokowi sebagai sosok yang sangat sempurna. - “Bayangkan bekas pedagang mebel itu berhasil mempecundangi Gubernur pertahanan Fauzi Bowo alias Foke, seorang Doktor S3 tamatan Jerman dengan thesis masalah perkotaan. ” Kata mempecundangi dinyatakan penulis sebagai maksud bahwa Jokowi dapat mengalahkan Fauzi Bowo dengan mudah. - “Tapi dengan hiruk-pikuk mobil SMK itu sekarang Jokowi telah melambung namanya dan menjadi Gubernur Jakarta. ” Kata hiruk-pikuk membuat makna mobil SMK membuat gaduh, sesuatu yang harusnya tak terjadi. j. Grafis Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan yang berarti dianggap penting oleh seseorang, yang dapat diamati dari teks. Grafis dalam wacana berita, biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat besar. Termasuk di dalamnya adalah pemakaian caption, raster, grafik, gambar, tebal, dan pemakaian angka untuk mendukung arti penting sebuah pesan. 10 Unsur grafis yang muncul dalam pembeitaan “Kristenisasi Jokowi- Ahok: Pedagang Mebel Menyihir Jakarta ” ini di antaranya muncul foto Jokowi-Ahok diikuti pendukungnya yang banyak. Gambar ini dimaksudkan sebagai suatu dukungan yang banyak kepada pasangan Jokowi-Ahok sehingga ia bisa terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Di tengah isi pada halaman pertama, ada foto mobil Esemka yang dinaiki Jokowi, dan di sebelahnya ada seorang yang sedang memegang kepalanya. Dimaksudkan penulis untuk menggambarkan mobil Esemka yang dulu digadang-gadang Jokowi kini membuat orang pusing dan kebingungan tentang nasib mobil Esemka yang tak jelas. Pada halaman kedua, muncul gambar lain di tengah berita. Terdapat foto aksi demo yang dilakukan masyarakat di depan Kantor 10 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS, 2001, h. 257 Lurah Lenteng Agung. Ini menggambarkan bentuk penolakan terhadap Lurah Susan yang diangkat oleh Jokowi sebagai Lurah Lenteng Agung. Sedangkan unsur grafis yang muncul dalam teks, yakni data yang menunjukan angka fotocopy KTP warga Lenteng agung yang banyak dalam menolak pengangkatan Lurah Susan. Penulis ingin menunjukkan bahwa mayoritas warga Lenteng Agung tidak setuju bila dipimpin oleh Lurah Susan yang Kristen. Unsur grafis selanjutnya terdapat angka populasi warga Solo yang lebih sedikit sepuluh kali lipat dari Jakarta. Penulis ingin menyampaikan bahwa kota Solo hanya kota kecil dibandingkan kota Jakarta dan membuat maksud apakah Jokowi mampu memimpin Jakarta yang penduduknya 10 kali lipat dari penduduk Solo yang sebelumnya ia pimpin. Unsur yang lain yang terdapat adalah penebalan huruf dan kapital pada tulis an “Mengapa Kristen bisa jadi Lurah Lenteng Agung?”. Penulis ingin memberi penekanan terhadap peristiwa itu kenapa harus terjadi. k. Metafora Metafora adalah bentuk pengungkapan pesan melalui kiasan atau ungkapan. Metafora ini dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari suatu berita. 11 Metafora merupakan pemakaian kata bukan dengan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. 12 11 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS, 2001, h. 259 12 Yandianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bandung: M2s, 2000, h. 359 Metafora dalam berita ini pada tulisa n, “Tapi dengan hiruk-pikuk mobil SMK itu sekarang Jokowi telah melambung namanya dan menjadi Gubernur Jakarta ”. Tabel 5 kerangka Analisis Data “Kristenisasi Jokowi-Ahok: Pedagang Mebel Menyihir Jakarta” Struktur Wacana Elemen Keterangan Stuktur Makro TopikTema Pemerintahan Jokowi-Ahok yang banyak Menyisipkan Kristenisasi kepada warga Jakarta. Super Struktur Skematik Skema - Diawali dengan judul berita - Lead berita - Story: 1. Ketidakmampuan Jokowi mengayomi warga Jakarta. 2. Penolakan warga terhadap kebijakan Jokowi. 3. Terpilihnya Jokowi itu cuma hasil dari pencitraan. Struktur Mikro Semantik Latar Paragraf 1 Detil Paragraf 16 Maksud Paragraf 25 Praanggapan Paragraf 20,21 22 Struktur Mikro Sintaksis Kohersi - Silahkan Jokowi dan Ahok merayakan Natal atau Tahun Baru bersama rakyatnya sekalipun mereka minoritas. Tapi yang menjadi masalah ketika menjelang hari lebaran buru-buru Jokowi melarang takbir berkeliling dengan berbagai alasan. 4 - Sekarang Jokowi dan Ahok kian menjadi- jadi. Dengan dalih lelang jabatan, Jokowi memgangkat Susan Jasmine Zulkifli, seorang murtad, menjadi Lurah Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Padahal Lenteng Agung berpenduduk mayoritas Islam karenanya selama ini lurah disana selalu Muslim. Tak aneh kalau sekarang ada yang menuduh Jokowi-Ahok mulai mengkristenkan aparat 5 Kata ganti - Sang pedagang mebel 26 - Bekas pedagang mebel 31 40 Struktur Mikro Stilistik Leksikon - Islam abangan 1 - Segelintir 2 - Kekacauan 11 - Gilanya 13 - Gimmick 28 - Dipacu 28 - Memuja-muja 29 - Klimaksnya 29 - Tanpa cacat 29 - Mempecundangi 31 - Hiruk-pikuk 30 S truktur Mikro Retoris Grafis - Foto Jokowi-Ahok diikuti pendukungnya yang banyak. - Foto mobil Esemka yang dinaiki Jokowi dan di sebelahnya ada seorang yang sedang memegang kepalanya. - Foto aksi demo yang dilakukan masyarakat di depan Kantor Lurah Lenteng Agung. - Data yang menunjukan angka fotocopy KTP warga Lenteng Agung yang banyak dalam menolak pengangkatan Lurah Susan. - Angka populasi warga Solo yang lebih sedikit 10 kali lipat dari Jakarta. - Penebalan huruf dan kapital pada tulisan “Mengapa Kristen bisa jadi Lurah Lenteng Agung? Metafora - Lembaga Survei Cyrus Network bahkan menyebutnya sebagai Capres setengah dewa. - Tapi dengan hiruk-pikuk mobil SMK itu sekarang Jokowi telah melambung namanya dan menjadi Gubernur Jakarta. 2. “Simsalabim Jokowi Apa Bisa?” Edisi 13 – 27 September 2013 a. Tematik Tema yang terkandung dalam judul “Simsalabim Jokowi Apa Bisa? ” yakni “Menjadi antitesa SBY dan menaikkan sedikit kualitas hidup masyarakat, membuat Jokowi jadi media darling. Publik pun seperti tesihir untuk menggangapnya sebagai the Mesiah atau Sang Ratu Adil. ” Tema yang diangkat penulis pada pemberitaan ini didasarkan pada pembentukan sosok Jokowi pada media massa yang membuatnya di puja- puja masyarakat dengan gaya kepemimpinannya yang bertolak belakang dengan SBY, ia dianggap peduli dengan masyarakat dan membuat Jokowi dianggap sebagai The Mesiah. Penulis ingin menyampaikan kepada pembaca upaya pembentukan karakter yang dilakukan Jokowi sehingga media memberitakan sosok Jokowi yang baik dibandingkan SBY. b. Skematik Skema pertama dalam berita ini dimulai dengan judul berita yakni “Simsalabim Jokowi Apa Bisa?”. Kemudian dilanjutkan dengan lead “Menjadi antitesa SBY dan menaikkan sedikit kualitas hidup masyarakat, membuat Jokowi jadi media-darling. Publik pun seperti tersihir untuk menganggapnya sebagai The Mesiah atau Sang Ratu Adil ”. Pada skema kedua story yang menguraikan situasi atau jalannya peristiwa ini muncul setelah lead. Pada bagian pertama berita ini menceritakan tenggelamnya jantung ibu kota kawasan Bunderan HI yang seumur-umur belum mengalami banjir parah yang sampai melumpuhkan aktifitas masyarakat akibat pesta hura-hura Jokowi. Dipaparkan “Kamis, 17 Januari 2013, kawasan Bunderan HI, Jalan MH. Thamrin, Jakarta Pusat, „tenggelam‟. Wilayah jalan protokol yang seumur-umur belum pernah terkena banjir parah itu, lumpuh total tergenangi air bah berwarna kecoklatan. ” Pada paragraf selanjutnya juga dikemukakan sebab terjadinya banjir. Dipapaarkan “Tenggelamnya jantung Ibukota terjadi persis 17 hari setelah di tempat yang sama digelar pesta gila. Ya, pada malam tahun baru 2013, Jokowi menyelenggarakan Jakarta Free Night. Pemerintahan mendirikan 16 panggung di 16 titk sepanjang Jalan Thamrin-Sudirman untuk mementaskan musik gambus, gambang kromong, keroncong, campursari, dangdut, hingga band pop. Satu-dua penampilan bernafas religius, tapi yang lainnya full hura-hura belaka. ” Paragraf selanjutnya penulis mengkolerasikan maksiat dengan bencana banjir yang terjadi. “Maka, atas tenggelamnya Jakarta itu, Ketua Umum Front Pembela Islam FPI Habib Mu hammad Rizieq Shihab berkata, „Setelah Sudirman-Thamrin dinodai dengan festival maksiat oleh Jokowi pada malam Tahun Baru, kini saatnya Allah SWT menyapu kotoran maksiatnya dengan air bah yang mengotori Jakarta. Ayo, Jokowi mau beli musibah dengan maksiat apa lagi‟.” Berikutnya, pada bagian tengah skema story dalam berita ini, menjelaskan bahwa kehebatan Jokowi bukan dari keberhasilannya ia memerintah, tapi dari kepintarannya memanfaatkan media media darling yang membuatnya menjadi seorang yang baik dan tak pernah salah. Dipaparkan “Hamdi menjelaskan, popularitas Jokowi tersebut karena peran media. Kekuatan media ini disadari betul oleh Jokowi dan orang-orang dekatnya. Menurut ilmu komunikasi massa, kebanyakan orang menetapkan apa yang baik dan tidak baik berdasarkan informasi dari media massa alias pencitraan ”. Paragraf selanjutnya, dipaparkan “Celakanya, menjadi sosok media darling membuat sosok Jokowi