Latar Belakang Murtadha Muthahhari

mengenai tujuan penciptaan, landasan etika personal dan etika sosial, agama, mazhab pemikiran, dan pandangan dunia Islam, dan proses penyempurnaan manusia serta tauhid Islam. Bis Guft ỏr, buku ini berisi kumpulan dari 20 ceramah Muthahhari yang disampaikan dihadapan masyarakat umum sekitar tahun 1378-1382 H, di dalamnya dijelaskan mengenai keadilan. Perspektif al- Qur’an tentang Manusia dan Agama, buku ini membahas mengenai tiga persoalan pokok yaitu manusia dan keimanan, manusia menurut al- qur’an, manusia dan takdirnya.Kesemuanya berbicara bagaimana mengangkat posisi kemanusiaan untuk tetap menjadikan manusia pada posisi kemanusiaannya sehingga beliau sangat mendasar dalam menjelaskannya mulai dari kepribadiannya sampai kepada kebebasan dan juga ketidakbebasannya. 19 Man and Univers, buku ini merupakan akumulasi poin-poin penting tentang manusia dan alam semesta, pembahasannya mengenai berbagai problematika tentang manusia dan binatang, ilmu pengetahuan dan agama, mazhab pemikiran dan sumber-sumber pemikiran, kearifan, keadilan serta argumentasinya yang ilmiah, filosofis, logis serta merujuk kepada al- qur’an. 20 Fundamentalsof Islamic Though God, Man and Univers, di dalamnya juga merupakan persoalan Tuhan, manusia dan alam semesta, lebih rinci dia juga membahas berbagai dasar keyakinan manusia seperti pandangan dengan dunia tauhid, filsafat, baik iluminasi maupun paripatetik tetapi tidak terlepas bahasannya dengan kehidupan didalam al- qur’an. Introduction to Kalam, ilmu kalam adalah ilmu yang mengkaji mengenai dasar-dasar pokok akidah seseorang terhadap teologi, buku ini membahas doktrin-doktrin dasar utama kalam beserta modifikasinya, meskipun merujuk dari pemahamn teologi mu’tazilah, asy’ariyah, tetapi teologi yang ditawarkan 19 Muhsin Labib, Para Filosof; Sebelum dan Sesudah Mulla Sadra, h. 281 20 Muhsin Labib, Para Filosof; Sebelum dan Sesudah Mulla Sadra, h. 281 Muthahhari telah menampilkan wajah menengah yang mencoba mengambil posisi ditengah. Hak wa al-B ảthỉl, buku ini menjelaskan nilai-nilai pandangan dunia ideology Islam dihadapan pandangan dunia dan ideology lain sosialisme- marxisme, dan barat pada umumnya, buku ini mencoba memberikan tawaran pemikiran alternative tentang kebenaran dan kebathilan, plus berbagai kritik yang jitu terhadap berbagai penyelewengan pemikiran yang sedang berkembang. Inna al- Din ‘Inda Ilảh al-Islảm, di dalam buku ini ada dua akumulasi yang ingin dicapai.Pertama, bagaimana umat Islam mengetahui secara benar ajaran Islam yang murni sebagai bentuk filsafat sosial dan keyakinan ke-Tuhanan, pola pikir dan kepercayaan yang konstruktif dan konfrehensif.Kedua, bagaimana mengenal kondisi atau tuntutan zaman, umat Islam harus senantiasa cermat melihat orientasi perkembangan sains dan pengetahuan, mana fenomena yang menyimpang, iman yang sebenarnya secara substansi harus dikembangkan. 21

D. Implementasi Konsep Manusia dalam Pendidikan Islam

Dikatakan oleh Fuad Hasan sebagaimana dikutip oleh Suharsono, Bahwa: “Tujuan pendidikan bukanlah sekedar membuat seseorang mampu dan mahir dalam ilmu pengetahuan dan teknologi atau terampil dan tangkas dalam suatu kejuruan dan keahlian. Lebih dari sekedar penguasaan ilmu science yang bias menunjang prestasi manusia, pendidikan seharusnyapun meliputi usaha demi terbentuknya fungsi nurani conscience sebagai pengatur akhlak dan adab ”. 22 21 Izkar Sobah, Kejahatan dan Keadilan Tuhan Dalam Perspektif Teologi Murtadha Muthahhari, Aqidah Filsafat: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, 2006, h. 20-24 22 Suharsono, melejitkan IQ, IE, dan IS, Jakarta: Inisiasi Press, 2002, h. 54 Tugas membangun manusia yang beramal dan berakhlak serta beradab itu diliput oleh ikhtar pendidikan. Pendidikan yang bertujuan membangun seutuhnya, sebagai pribadi yang mandiri dan sekaligus sebagai anggota masyarakat yang bermartabat. Pada hakekatnya pendidikan Islam mementingkan seluruh aspek tersebut dan ingin mewujudkan segala macam pendidikan secara utuh, karena pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya. Yaitu akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya serta akhlak dan keterampilannya. Pendidikan itu merupakan pembentukan prilaku tasyri al-sajiyyah, karena sesungguhnya jiwa manusia sebagai makhluk yang berasal diciptakan dari materi yang kenyal dan dapat dibentuk. Karena itu manusia sewaktu kecilnya ibarat tanah kenyal yang lunak sehingga dapat dibentuk hingga akhirnya bersifat permanen. Ketika sudah permanen, tanah yang sudah keras dan mengering menjadi sukar untuk dibentuk, begitu pula manusia jika sudah dewasa. 23 Pendidikan dalam wujudnya selalu bertujuan membina kepribadian manusia, baik berupa ultimate-goal maupun bagi tujuan-tujuan dekat. Tujuan akhir pendidikan ialah kesempurnaan pribadi. Prinsip ini berpangkal pada asa self-realisasi, yakni merealisasi potensi-potensi yang sudah ada didalam martabat kemanusiaannya. Potensi-potensi yang sudah ada di dalam martabat kemanuisaannya. potensi-potensi itu baik berupa potensi-potensi intelektual, mental, rasa, karsa, maupun kesadaran moral, bahkan juga aspek-aspek keterampilan pisik dan perkembangan jasmania. Pendidikan yang terutama dianggap sebagai proses pengoperan kebudayaan, pengembangan ilmu pengetahuan berarti membina pribadi manusia untuk mengerti, berpengetahuan atau tahu adalah asa utama untuk kebaikan, menuju kesempurnaan. Pandangan demikian telah ditanamkan oleh Socrates, dimana beliau berpendapat bahwa pengetahuan adalah kebijakan: 23 Ibid, h. 52-53 “in Socrates we find a noble attempt to fuse epistemology and axiology in the principle that knowledge is the master key to virtue”. 2:94-95. “padaSocrates kita menemukan suatu usaha mulia yakni mensinthesakan ilmu dan nilai dalam prinsip bahwa ilmu adalah kunci kebajikan”, sedangkan ilmu hanya , mungkin kita miliki melalui pendidikan, baik belajar melaluisekolah formal maupun informal dalam masyarakat, made-self. 24 Essensi kepribadian manusia, yang tersimpul dalam aspek-aspek: individualitas sosialitas dan moralitas hanya mungkin menjadi realita tingkah laku, sikap melalui pendidikan yang diarahkan diri sendiri self-respect, self- realince, self-confidence rasa tanggung jawab, dan sebagainya juga akan tumbuh dalam kepribadian manusia melalui proses pendidikan. 25 Jika pendidikan itu tidak lain dari yang telah diterangkan maka setiap pendidik atau yang ingin mendidik haruslah menentukan falsafah dan tujuan, membuat rencana yang menyusun kurikulum cara pelaksanaan dan alat-alat yang digunakan haruslah demikian, malah setiap yang terlibat dalam usaha ini mestilah mengetahui walaupun sekedar yang perlu tentang perwatakan insan. Ia harus menggariska prinsip serta dasar yang perlu serapkan kepada manusia didiknya mengikuti dasar yang telah diyakini dan diimani sehingga selaras dengan watak manusia itu. 26 Hubungan manusia dengan pendidikan sangat erat karena mempunyai ikatan yang tidak dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidupnya. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat didekati dan di analisis 24 Muhammad Noor Syam, filsafat kependidikan dan dasar filsafat kependidikan pancasila, Surabaya:Usaha Nasional, 1986, h. 178 25 Ibid, h. 179 26 Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafa Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, h. 102