Fungsi Pendidikan Islam KAJIAN TEORI
kaki, dan pandai bicara, lebih dari itu, menurut Al- Qur‟an, manusia lebih
luhur dan gaib dari apa yang dapat didefinisikan oleh kata-kata tersebut. Dalam Al-
Qur‟an, manusia berulang kali diangkat derajatnya, berulang-kali pula direndahkan. Mereka dinobatkan jauh mengungguli
alam surga, bumi, dan bahkan para malaikat, tetapi pada saat yang sama, mereka bisa tak lebih berarti dibandingkan dengan setan terkutuk
dan binatang jahanam sekalipun. Manusia dihargai sebagai makhluk yang mampu menaklukan alam, namun bisa juga merosot menjadi “yang
paling rendah dari segala yang rendah”. Oleh karena itu, makhluk
manusia sendirilah yang harus menetapkan sikap dan menentukan nasib akhir mereka sendiri.
43
Penghormatan dan penghargaan Islam terhadap orang-orang yang berilmu itu terbuktii dalam Al-
qur‟an surat Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:
44
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat….Q.S. Al-Mujadalah 11. Menurut Quraish Shihab dalam kitab
Tafsir Al-Mishbah mengatakan,
“Ilmu yang dimaksud oleh ayat di atas bukan saja ilmu agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat
”. Ini menunjukan bahwa ilmu dalam pandangan al-
Qur‟an bukan hanya ilmu agama. Disisi lain itu juga menunjukan bahwa ilmu haruslah menghasilkan rasa takut dan
kagum kepada Allah,yang pada gilirannya mendorong yang berilmu untukmengamalkan ilmunya serta memanfaatkannya untuk kepentingan
makhluk.
45
43
Murthadha muthahhari, Perspektif Al-
Qur‟an Tentang Manusia Dan Agama, Bandung: Mizan, 1992, h. 117
44
Zuhairini,dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, h. 167
45
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta : Lentera Hati, 2002, h. 80
Jadi, apapun ilmu yang kita cari jika itu bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain dan dengan ilmu itu kita kagum kepada sang khalik serta
taqwa kepadaNya maka Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu tersebut. Tidak hanya derajat disisi Allah melainkan disisi
manusia pula derajat manusia di angkat oleh Allah, sepertihalnya, Ulama, Profesor, doctor, dan lain sebagainya.
Manusia adalah khalifah Tuhan dimuka bumi
Dan ingantlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat : “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seseorang khalifah di bumi.”
Q.S 2:30.
Menurut Quraish Shihab dalam kitab Tafsir al-Mishbah, Adalah
“Logis bila melanggar ketentuan atau syarat yang disepakati dikenai sanksi, baik sanksi didunia maupun diakhirat
”. Ayat ini menegaskan bahwa perniagaan yang didasari kebatilan atau membunuh yang sangat
besar serta aniaya maka kami kelak akan memasukannya kedalam neraka, walu usianya di dunia ini masih panjang, itu adalah ketentuan
Allah yaitu memasukannya kedalam neraka itu mudah bagi Allah.
46
Sebesar-besar atau sekecil-kecilnya kebaikan pasti akan mendapatkan balasan yang baik pula dari Allah, begitu pula dengan keburukan maka
akan mendapatkan balasan keburukan dari Allah. Dan setiap perbuatan akan mendapatkan resiko yang dapat ditanggung oleh diri sendiri.
Menurut Hamka di dalam bukunya Tafsir Al-Azhar 10:755, pada diri
setiap manusia, terdapat tiga unsur utama yang dapat menopang tugasnya sebagai
khalifah fi al-ard maupun abd Allah. Ketiga unsure utama tersebut adalah akal, hati, kalbu roh, dan pancaindra
penglihatan dan pendengaran yang tedapat pada jasadnya. Perpaduan ketiga unsur tersebut membantu manusia untuk memperoleh ilmu
pengetahuan dan membangun peradabannya, memahami fungsi
46
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta : Lentera Hati, 2002, h. 500
kekhalifahannya, serta menangkap tanda-tanda kebesaran Allah. Dalam hal ini, ia mengutip firman Allah SWT.
47
Katakanlah: “Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, pengelihatan dan hati.” tetapi amat sedikit kamu
bersyukur. QS. Al-Mulk:23.
Menurut Tafsir At-Thabari, dan menjadikan kamu pendengaran
yakni yang dengannya kalian dapat mendengar, lalu pengelihatan yang dengannya kalian dapat melihat, dan hati yang dengannya kalian dapat
berfikir, namun amat sedik it kamu bersyukur, Ia berkata “sedikit sekali
sesuatu yang kalian syukuri dari banyaknya kenikmatan yang Allah anugrahkan kepada kalian.
48
Padahal untuk mendapatkan kenikmatan dunia yang banyak adalah dengan cara bersyukur kadang kita lalai
mencaci sesuatu yang kecil padahal itu pemberian Allah dan Allah tidak menciptakan sesuatu kecuali didalamnya terdapat manfaat untuk
makhluk diseluruh alam, hendaknya kita bersyukur atas nikmat terkecil yang Allah berikan kepada kita seperti bernafas,melihat, mendengar dan
lain-lin hingga nikmat terbesar seperti mempunya rumah mewah, mobil mewah dan lain-lain.
Menurut Harun Nasution sebagaimana dikutip oleh Al-Rasyidin dan Samsul Nizar,
“Unsur materi manusia mempunyai daya fisik, seperti mendengar, melihat, merasa, meraba, mencium, dan gaya gerak.
Sementara itu unsur imateri mempunyai dua daya, yaitu daya berfikir yang disebut akal dan daya rasa yang berpusat dikalbu
”. Untuk membangun daya fisik perlu dibina melalui latihan-latihan keterampilan
dan panca indra. Sedangkan untuk mengembangkan daya akal dapat dipertajam melalui proses penalaran dan berfikir. Sedangkan
47
Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran HAMKA
Tentang Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008, h. 121
48
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir At-Thabari, Jakarta : PustakaAzzam, 2009, h. 297
mengembangkan daya rasa dapat dipertajam melalui ibadah, karena intisari ibadah dalam Islam ialah mendekatkan diri kepada Tuhan Yang
Maha Suci, Allah SWT. Yang maha suci hanya dapat didekati oleh ruh yang suci dan ibadah adalah sarana latihan strategis untuk mensucikan
ruh atau jiwa. Konsep ini membawa konsekuensi bahwa secara filosof pendidikan Islam seyogyanya merupakan kesatuan pendidikan
Qalbiyah dan
„Aqliyah agar tercipta manusia-manusia yang memiliki kepribadian yang utuh sesuai dengan fisafat pendidikan.
49
Menurut para filosof, bahwa manusia lahir dengan potesi kodratnya berupa cipta, rasa, dan karsa. Cipta adalah kemampuan spiritual yang
secara khusus mempersoalkan nilai kebenaran. Rasa adalah kemampuan spiritual, yang secara khusus mempersoalkan nilai keindahan.
Sedangkan karsa adalah kemampuan spiritual, yang secara khusus mempersoalkan nilai kebaikan. Ketiga jenis nilai tersebut dibingkai
dalam satu ikatan system, selanjutnya dijadikan landasan dasar untuk merumuskan filsafat hidup, menentukan pedoman hiduup, dan mengatur
sikap dan prilaku hidup agar senantiasa terarah ke pencapaian tujuan hidup.
50
Banyak sekali definisi dan penjelasan yang diberikan kalangan ilmuan tentang esensi dan hakikat manusia.manusia adalah binatang
yang kesempurnaan belum melewati batas-batas telah memperoleh kebinatangannya, sehingga seluruh perbuatan, prilaku,karakter, dan
bahkan ilmu dan pemikirannya tidak lebir bersumber dari pengaruh- pengaruh dan kebutuhan-kebutuhan materi dan hanya mempunyai satu
dimensi, dan tidak mempercayai satu dimensi, dan tidak mempercayai sedikitpun akan adanya ruh, dan bahkan mereka mengatakan bahwa ruh
dan jiwa manusia tidak lebih bersumber dari reaksi kimiawi materi.
51
49
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Filsafat
Pendidikan Islam, h. 16-17
50
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan, h. 52
51
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan, h. 25-26
Diilhami oleh kaum rasional Descartes yang menyatakan bahwa kelebihan manusia dari binatang adalah tabiat rasionalnya, kemampuan
menilai dan memilih, ditunjang oleh kaum Neo Freudian Frankl, Adler, Jung yang menekankan aspek kesadaran manusia
–daya kemauan dan daya nalarnya; digerakan oleh kaum eksistensialis Sartre, Buber,
Tillich yang menyatakan bahwa manusia berbeda dari binatang karena ia mampu menyadari bahwa ia bertanggung jawab terhadap tindakan
– tindakan yang dilakukannya, maka psikologi humanistic melihat
manusia memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari pada binatang. Ia bukan saja digerakan oleh dorongan biologis saja, tetapi juga oleh
kebutuhan untuk mengembangkan dirinya sampai bentuk yang ideal –
untuk memenuhi dirinya Self actualization. Manusia ialah makhluk
yang unik: rasional, bertanggung jawab, dan memiliki kecerdasan.
52
Analisa secara filosofis mengatakan bahwa hakikat kodrat martabat manusia adalah merupakan kesatuan integral segi-segi atau potensi-
potensi essensial :
53
Manusia sebagai makhluk pribadi individual being Manusia sebagai makhluk sosial sosial being
Manusia sebagai manusia susila moral being Manusia sebagai makhluk bertuhan.
Ada teori mengatakan bahwa manusia mengetahui sesuatu melalui fitrahnya. Benda-banda yang ia ketahui dengan cara ini, tentu saja
dengan cara sedikit. Dengan kata lain, prinsip berpikir pada semua manusia bersifat fitrah, sedangkan cabangnya bersifat
muktasabah. Yang dimaksud dengan prinsip berfikir disini bukan prinsip berfikirnya
Platon, yang mengatakan bahwa di alam lain manusia telah mengetahui segala sesuatu, namun kemudian lupa. Tetapi, yang dimaksud adalah
bahwa didunia ini manusia diingatkan pada prinsip-prinsip tersebut. Hanya saja, untuk mengetahuinya, ia memerlukan guru, memerlukan
52
Murthadha Muthahhari, Perspektif Al-
Qur‟an Tentang Manusia Dan Agama, Bandung: Mizan, 1992, h. 29
53
Zuhairini,dkk, Filsafat Pendidikan Islam, h. 188