Untuk mengetahui konsep manusia menurut Murtadha Muthahhari.

fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu al- Qur‟an dan as SunnahHadits. Pendidikan ke-Islaman atau pendidikan agama Islam, adalah upaya mendidik tentang agama Islam atau ajaran Islam dan nilai – nilainya, agar menjadi way of life pandangan dan sikap hidup seseorang. Pendidikan merupakan suatu perkembangan dan pertumbuhan manusia yang terus menerus dalam bentuk generasi tua mengajarkan kepada generasi yang lebih muda berbagai hasil pelajaran dan pengalaman kepada mereka dan orang-orang terdahulu dari mereka. Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia dalam berbagai dimensinya secara umum merupakan akibat dari pendidikan dan pengajaran. 10 Pendidikan dalam Islam, adalah proses dan praktek penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam sejarah umat Islam. Dalam arti proses bertumbuh kembangnya Islam dan umatnya, baik Islam sebagai agama, ajaran maupun system budaya dan peradaban, sejak zaman Nabi Muhammad SAW sampai sekarang. 11 Menurut penulis, “Terlepas dari pengertian pendidikan secara luas ataupun sempit, pendidikan merupakan interaksi yang terjadi antara seseorang dengan lingkungan sekitarnya dan berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan juga merupakan latihan mental, moral dan fisik yang menghasilkan manusia peserta didik yang berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawabnya dalam masyarakat selaku hamba Allah. Dan usaha kependidikan bagi manusia menyerupai makanan yang berfungsi memberikan vitamin bagi pertumbuhan manusia supaya tumbuh sebagai makhluk yang sehat fisiknya jasmaniah dan mentalnya rohaniah. Dari sisnilah maka 10 Ibrahim Amini, Asupan Ilahi, Jakarta : Al-huda, 2011, h.12 11 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007, h 7-8 pendidikan sebagai vitamin dan nutrisi bagi kehidupan sangat penting diperhatikan ”.

B. Dasar – Dasar Pendidikan Agama Islam

Yang di maksud dengan dasar pendidikan Agama Islam di sini adalah acuan atau landasan yang di pergunakan dalam pendidikan agama. Setiap usaha atau kegiatan tindakan yang disengaja untuk mencapai tujuan haruslah mempunyai dasar tempat berpijak yang kuat dan baik. Dengan dasar ini akan memberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini, dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan peserta didik kearah pencapaian pendidikan. 12 Mengenai dasar pendidikan agama dapat di tinjau dari dua aspek, yaitu: 1. Dasar Relejius Menurut Zuhairini dkk, yang di maksud dengan dasar religious adalah “dasar – dasar yang bersumber dari ajaran Islam. Bahwa pelaksanaan Pendidikan Agama Islam merupakan dari Allah dan merupakan ibadah kepada-Nya ”. 13 Menetapkan al- Qur‟an dan Hadits sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. 14 12 Al-Rasyidin, MA, Dr.H.Samsul Nizar,M.A, Filsafat PEndidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2005, h. 34 13 Zuhairini et al. Metodik Khusus Islam, Surabaya: Usaha Nasional, 1983, Cet. Ke-8, h. 27 14 Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat PEndidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2005, h. 34-35 Dalam al- Qur‟an ayat–ayat yang menunjukan adanya perintah tersebut antara lain sebagai berikut :                                Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari keni‟matan duniawi, dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang – orang yang berbuat kerusakan”. Q.S Al-Qashas : 28:77 Menurut Quraish Shihab dalam kitab tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa “Kehidupan dunia tidaklah seimbang dengan kehidupan akhirat. Larangan melakukan perusakan, setalah sebelumnya telah diperintahkan berbuat baik, merupakan peringatan agar tidak mempercampur adukan antara kebaikan dan keburukan. Perusakan dimaksud menyangkut banyak hal. Di dalam al- Qur‟an ditemukan contoh-contohnya. Puncaknya adalah merusak fitrah kesucian manusia, yakni tidak memelihara tauhid yang telah Allah anugerahkan kepada setiap insan. Di bawah peringkat itu ditemukan keengganan menerima kebenaran dan pengorbanan nilai-nilai agama, seperti pembunuhan, perampokan, pengurangan takaran dan timbangan, berfoya-foya, pemborosan gangguan terhadap kelestarian lingkungan, dan lain-lain ”. 15 Al-hasan dan Qatadah mengatakan dalam kitab tafsir al-Qurtubi bahwa maknanya adalah “Jangan kau habiskan umurmu hanya untuk bersenang-senang dan mencari kehidupan dunia semata ”. Ucapan ini mengandung nasehat dan anjuran untuk memperbaiki diri dan tidak 15 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta : Lentera Hati, 2002, h. 668