Rancangan Penelitian Organisasi dan Analisis Data

Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana Styrax benzoin Dryander Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository ©2006 13 BAB IV METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian bersifat eksperimental, dengan kombinasi perlakuan percobaan dirancang secara acak faktorial dengan 6 ulangan setiap perlakuan. Kombinasi perlakuan diantaranya adalah media yang mengandungtanpa zat pengatur tumbuh. Kombinasi perlakuan diantaranya adalah media yang mengandungbebas dari glukosa dan diperkaya dengan beberapa jenis zat pengatur tumbuh seperti: Benzyl Amino Purin BAP dan 2,4 dichlorophenoxyacetic acid 2,4-D seperti diperlihatkan dalam rancangan percobaan pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Rancangan percobaan perbanyakan kemenyan Sumatrana Styrax benzoin Dryander secara kultur jaringan tanaman. Variasi z pt BAP 2,4-D BO B 1 B2 B3 DO DOBO DOW DOB2 DOB3 DI DIBO DIBI DIB2 DIB3 D2 WBO D2BI D2B2 D2B3 D3 D3BO D3BI D3B2 D3B3 Keterangan: DO = 0,0 mgl 2,4-D BO = 0,0 mgl BAP D 1 = 0,05 mg1 2,4-D B 1 = 0,1 mg1 BAP D2 = 0,5 mg1 2,4-D B2 = 1,0 mg1 BAP D3 = 5,0 mg1 2,4-D B3 = 10,0 mgI BAP 14

4.2. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri atas persiapan bahan tanaman, penyediaan mendium kultur, sterilisasi eksplan dan penanaman eksplan, regenerasi kalus, dan aklimatisasi tanaman. Masing-masing komponen ini akan dijelaskan secara singkat berikut ini.

4.2.1. Persiapan Bahan Tanaman Kemenyan Sumatrana

Bahan baku tanaman untuk kultur jaringan tanaman adalah pohon kemenyan sumatrana Styrax benzoin Dryander berkualitas baik dipilih dari areal hutan di Tapanuli Utara, dan dari hutan tersebut diambil anakan yang baik untuk ditanam di dalam pot di rumah kaca Laboratorium Kultur Jaringan Jurusan Biologi FMIPA-USU. Tanaman induk yang dijadikan sebagai sumber anakan adalah tanaman pohon kemenyan seperti diperlihatkan pada Gambar 4.1. Tanaman kemenyan sumatrana Styrax benzoin Dryander ini digunakan sebagai sumber bahan tanaman, sedangkan daun sumber eksplan digunakan daun muda seperti diperlihatkan pada Gambar 4.2. Gambar 4.1. Pohon kemenyan sumatrana Styrax benzoin Dryander berkualitas baik dan masih produktif yang tumbuh di hutan rakyat Tapanuli Utara. Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana Styrax benzoin Dryander Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository ©2006 15 Gambar 4.2. Pucuk kemenyan sumatrana Styrax benzoin Dryander yang diambil daun pertama membuka untuk dijadikan sebagai sumber eksplan dalam kultur jaringan tanaman.

4.2.2. Penyediaan Media Kultur

Media basal terdiri atas garam dan vitamin yaitu media MS Murashige dan Skoog, 1962 dikeraskan dengan 8 agar. Kondisi pH media di atur pada pH 5.8, kemudian di sterilisasi di autoclaf pada 121 OC selama 20 menit. Media basal yang digunakan divariasi komposisinya zat pengatur tumbuh yaitu benzyl amino purin BAP dan 2,4 diklorophenoxyacetic acid 2,4-D. Percobaan dilakukan dengan variasi zat pengatur tumbuh yaitu BAP 0, 0.1, 1.0 dan 10 mg1 dan 2,4-D 0, 0.05, 0.5 dan 5 mg1. Media kultur untuk inisiasi kalus terdiri atas media MS Murashige dan Skoog, 1962 yang diperkaya dengan zpt. Optimasi percobaan meliputi inisiasi kalus, regenerasi, aklimatisasi akan dilakukan dengan berbagai variasi perlakuan. Studi terhadap resistensi tanaman terhadap beberapa penyakit akan dilakukan dalam tingkat kalus dengan variasi jumlah vektor seperti fungi, bakteri dan virus di dalam kalus yang berhasil dikultur pada tahapan awal. Adaptasi tanaman terhadap iklim dan kadar air dilakukan secara laboratorium dirumah kaca dengan perlakuan variasi tingkat kesuburan tanah pemupukan, suhu dan curah hujan. Percobaan di atas akan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok non faktorial Zar, 1996. Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana Styrax benzoin Dryander Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository ©2006 Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana Styrax benzoin Dryander Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository ©2006 16

4.2.3. Sterilisasi Eksplan dan Penanaman Eksplan

Daun muda tanaman kemenyan diambil lalu dicuci dengan air detergen dan dibilas dengan air kran. Bahan disterilasi dalam kondisi aseptik dalam alkohol 70 selama 1 menit dan diikuti dengan pemindahan ke dalam larutan bayclin 10 dan 20 masing-masing selama 15 menit masing-masing diseling dengan pembilasan memggunakan akuades sebanyak 3 kali. Eksplan dipotong sebesar 1.Ocm dan ditanam pada 16 perlakuan media yang sudah dibuat. Kultur diinkubasi dengan penyinaran 1000 lux selama 16 jamhari, dengan suhu 25-27 OC. Kultur dipelihara selama 90 hari dan pengamatan dilakukan setiap 3 hari sekali. Terhadap setiap kultur akan dilakukan pengamatan yaitu persentase kultur terkontaminasi, pertumbuhan kultur: jumlah tunas, tinggi tunas, pertambahan jumlah daun, jumlah akar, persentase kultur mengkalus. Jika pada media perlakuan dihasilkan kalus embriogenik maka kalus tersebut diregenerasi dalam media MSO media MS tanpa zat pengatur tumbuh. Kondisi ruangan kultur dipelihara sama seperti pada saat inisiasi. Pada fase ini dilakukan pengamatan kemampuan kultur beregenerasi menjadi tanaman, seperti jumlah planlet terbentuk..

4.2.4. Regenerasi tanaman

Terhadap kalus yang terbentuk pada kultur akan dilakukan regenerasi kalus menjadi tanaman dengan cara memindahkan kalus ke dalam media regenerasi. Sebagai media regenerasi digunakan media MSO media MS tanpa zat pengatur tumbuh dan MS yang diperkaya dengan zat pengatur tumbuh. Kondisi ruangan kultur dipelihara sama seperti pada saat inisiasi. Pada fase ini dilakukan pengamatan kemampuan kultur morfogenik beregenerasi menjadi tanaman, seperti jumlah tunas dan tunas beralcar, jumlah tunas per- eksplan, jumlah akar dan kecepatan pertumbuhan, hasil diferensiasi kalus setelah di subkultur, respon tunas pada media perakaran, dan kecepatan pertumbuhan. Faktor-faktor lain juga akan dioptimasi untuk mendapatkan kondisi optimum pertumbuhan dan perkembangan kalus. Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana Styrax benzoin Dryander Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository ©2006 17

4.3. Organisasi dan Analisis Data

Data penelitian ini akan dikumpulkan, ditabulasi dan dianalisis secara statistik untuk penarikan kesimpulan Zar, 1996. Data hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk persentase, tabel, grafik atau kurva sesuai dengan jenis data yang diperoleh dalam percobaan. Hasil pemotretan foto dari pertumbuhan, perkembangan kalus dan bibit tanaman juga akan disajikan sebagai hasil penelitian dan akan dijadikan sebagai sumber data untuk keperluan interpretasi data hasil penelitian. Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana Styrax benzoin Dryander Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository ©2006 18 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Induksi Kalus Kemenyan Sumatrana Pada teknik kultur jaringan tanaman, telah diketahui bahwa kemampuan jaringan tanaman untuk membentuk kalus sangat dipengaruhi antara lain oleh komponen dan konsentrasi media, jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh zpt dan intensitas cahaya Nurwahyuni, 1994, maka dalam dalam kultur kemenyan sumatrana Styrax benzoin Dryander digunakan media MS sehingga pengaruh pemberian kombinasi zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan kalus dapat diamati. Eksplan tanaman kemenyan yang berasal dari daun pucuk yang sudah disterilisasi dipotong-potong dan dimasukkan ke dalam botol kultur berisi media. Potongan daun dibenamkan dengan seluruh permukaan menempel pada media. Cara ini dilakukan karena ternyata meletakkan daun pada posisi permukaan bawah atau permukaan atas daun yang bersentuhan dengan media cukup baik untuk inisiasi dan pertumbuhan kalus pada kultur daun pucuk kemenyan ini karena setiap sel pada permukaan yang bersentuhan dengan media mempunyai potensi untuk menyerap nutrien yang terdapat dalam media. Walaupun menurut Hendroyono dan Wijayani 1994 cara seperti ini tidak selalu efektif dalam induksi kalus, akan tetapi, pada penelitian yang dilakukan pada kultur jaringan kopi Nurwahyuni, 1999, dan kultur jaringan jeruk manis 2001 telah terbukti bahwa cara yang dilakukan seperti pada kultur jaringan kemenyan ini tidak efektif dalam merangsang pembentukan kalus embriogenik. Kultur kemenyan sumatrana Styrax benzoin Dryander kemudian diinkubasi di dalam ruang dengan pencahayaan konstan 1000 lux pada suhu 25±2 °C. Setelah masa inkubasi empat minggu terlihat kalus mulai terbentuk dan membesar untuk beberapa kelompok perlakuan, dan dilanjutkan pada pertumbuhan kalus di dalam media kultur pada minggu ke duabelas. Kalus bertumbuh mulai pada bagian eksplan bekas luka yang merupakan pinggiran yang bersentuhan langsung dengan media, dan selanjutnya perlumbuhan meluas keseluruh permukaan eksplan. Pertumbuhan kalus pada eksplan semakin meningkat apabila pada eksplan terdapat tulang-tulang daun apalagi ibu tulang daun yang mengandung berkasjaringan pengangkut, hal ini disebabkan oleh karena pada jaringan pengangkut Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana Styrax benzoin Dryander Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository ©2006 19 tersebut terdapat nutrien yang lebih banyak bila dibandingkan dengan jaringan daun yang tidak mempunyai jaringan pengangkut mengakibatkan pemacuan pertumbuhan kalus meningkat. Hasil seperti ini selalu didapati seperti dijelaskan dalam beberapa penelitian sebelumnya Nurwahyuni, 2002, dan Nurwahyuni, 2004. Jumlah kultur yang hidup dari seluruh kultur yang ditumbuhkan dalam berbagai kelompok perlakuan dirangkum pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Persentase kultur kemenyan sumatrana Styrax benzoin Dryander yang hidup di dalam media kultur dengan variasi perlakuan. Pertumbuhan kalus pada minggu ke Perlakuan 1 2 3 4 5 6 DOBO DOB1 DOB2 DOB3 DIB0 DIB1 DIB2 DIB3 D2B0 D2B1 D2B2 D2B3 D3B0 D3B1 D3B2 D3B3 + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + ++ ++ + + + ++ + + ++ ++ + ++ ++ +++ + + ++ +++ + + ++ +++ ++ ++ +++ +++ Keterangan: DO = 0,0 mgl 2,4-D BO = 0,0 mpl BAP Dl = 0,05 mg1 2,4-D B 1 = 0,1 mgl BAP D2 = 0,5 mgl 2,4-D B2 = 1,0 mgI BAP D3 = 5,0 mgl 2,4-D B3 = 10,0 mgll BAP 20 eksplan membesar, + kalus bertumbuh, ++ intensitas pertumbuhan kalus sedang, +++ intensitas pertumbuhan kalus sangat besar Kalus yang bertumbuh terlihat bervariasi. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa kalus berwarna coklat berair hanya bertumbuh menjadi kalus dalam jumlah yang besar, tetapi tidak dapat menghasilkan tanaman. Sedangkan kalus yang berwama hijau merupakan kalus embriogenik, berkembang dengan baik. Bentuk kalus yang bertumbuh pada minggu ke enam diperlihatkan pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Bentuk kalus kultur kemenyan sumatrana Styrax benzoin Dryander pada minggu ke dua belas

5.2. Pengaruh Media Terhadap Pertumbuban Katus