Pembatasan Masalah Latar Belakang Penelitian

Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana Styrax benzoin Dryander Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository ©2006 4 3. Faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam usaha perbanyakan kemenyan sumatrana Styrax benzoin Dryander agar diperoleh kondisi optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan bibit kemenyan sumatrana Styrax benzoin Dryander yang diperbanyak secara teknik in vitro melalui kultur jaringan tanaman.

1.4. Pembatasan Masalah

Masalah penelitian dikhususkan terhadap upaya perbanyakan tanaman kemenyan sumatrana Styrax benzoin Dryander sebagai upaya untuk menyediakan bibit kemenyan sumatrana Styrax benzoin Dryander secara kultur jaringan tanaman. Permasalahan akan dibatasi pada studi teknik regenerasi yang efektif untuk perbanyakan tanaman kemenyan sumatrana Styrax benzoin Dryander sebagai langkah utama dalam mendapatkan kondisi optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan bibit kemenyan sumatrana Styrax benzoin Dryander yang diperbanyak secara teknik in vitro melalui kultur jaringan tanaman. Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana Styrax benzoin Dryander Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository ©2006 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Latar Belakang Penelitian

Pelestarian dan peningkatan kualitas tanaman hutan perlu mendapat perhatian, terutama terhadap tanaman yang dapat mengasilkan produk non-kayu yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Salah satu tanaman hutan yang sangat penting untuk dikembangkan dan dibudidayakan adalah kemenyan sumatrana Styrax benzoin Dryander karena mempunyai nilai ekonomi tinggi, yaitu tumbuhan yang penghasil getah kulit yang disebut kemenyan. Kemenyan sumatrana mengandung senyawa bioaktif yang dapat digunakan sebagai bahan baku obat Sianipar dan Simanjuntak, 2000. Tanaman ini tumbuh dengan baik di hutan Sumatera Utara, khususnya di lima kabupaten seperti Kabupaten Tapanuli Utara Taput, Kabupaten Dairi, Kabupaten Toba dan Samosir Tobasa, Kabupaten samosir, dan Kabupaten Humbang Hasundutan Humbahas. Beberapa Kabupaten lain masih dimungkinkan untuk tempat tumbuh tanaman kemenyan sumatrana Styrax benzoin Dryander, namun tanaman kemenyan belum dibudidayakan melalui hutan-hutan rakyat maupun tanaman industri. Bahan baku sebagai dari tanaman kemenyan yang dikenal dengan nama getah kemenyan merupakan produk hasil hutan non-kayu dari Provinsi Sumatera Utara. Getah kemenyan sangat potensil sebagai produk unggulan karena begitu diperlukan sebagai bahan baku obat maupun kebutuhan lain. Getah kemenyan bukan hanya dikonsumsi secara lokal, akan tetapi sudah merupakan komoditas ekspor andalan dari Sumatera Utara BPS, 2003. Banyak penduduk di sekitar hutan di lima kabupaten di atas Taput, Dairi, Tobasa, Samosir, dan Humbahas yang menggantungkan hidup dari getah kemenyaan, pada umumnya masih dijual dalam bentuk bahan baku mentah. Walaupun kemenyan sudah termasuk komoditas unggulan dari Taput, Dairi, Tobasa, Samosir, dan Humbahas, akan tetapi budidaya kemenyan belum dilakukan dengan baik. Getah kemenyan yang diproduksi dari Propinsi Sumatera Utara masih berasal dari kemenyan yang tumbuh secara liar di hutan. Budidaya kemenyan sumatrana dalam jumlah banyak sulit untuk dilakukan karena kendala dalam penyediaan bibit. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan masyarakat secara sampling di beberapa kabupaten Taput, Dairi, Tobasa, Samosir, dan Humbahas di sekitar hutan diketahui bahwa Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana Styrax benzoin Dryander Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository ©2006 6 bibit pohon kemenyan yang tumbuh di dalam hutan diperoleh dari biji yang tumbuh liar. Usaha untuk menghasilkan bibit tanaman kemenyan melalui biji sering dicoba masyarakat, akan tetapi, jumlah biji yang dapat tumbuh sangat sedikit bahkan tidak tumbuh sama sekali karena kulit biji yang keras dan sulitnya mendapatkan media yang dapat menumbuhkan biji kemenyan di persamaian. Hal ini menyebabkan usaha budidaya kemenyan menjadi sulit dilakukan, terutama untuk kebutuhan hutan rakyat dan hutan industri lahan luas. Dengan demikian bila budidaya kemenyan tidak dilakukan dan bila kebutuhan bibit tidak dapat diatasi maka diperkirakan dalam waktu tidak lama tanaman ini akan mengalami kepunahan. Usaha untuk menumbuhkan biji kemenyan sebagai bibit untuk digunakan sumber eksplan dalam kultur jaringan telah dilakukan oleh peneliti Nurwahyuni, 2002. Tujuan utama dilakukan menumbuhan bibit dari biji kemenyan ini untuk mengatasi sumber kontaminasi pada penelitian tahap awal, karena eksplan yang digunakan langsung dari hutan sangat sulit untuk bebas dari kontaminasi jamur dan bakteri walau sudah dilakukan sterilisasi yang optimum. Akan tetapi, dari beberapa cara yang telah dilakukan untuk menumbuhkan bibit dari biji kemenyan, sesuai dengan saran masyarakat petani dan dengan pertimbangan ilmiah, belum ada yang berhasil. Hasil ini menguatkan pernyataan masyarakat setempat bahwa memperoleh bibit kemenyan melalui biji di luar yang tumbuh secara liar sangat sulit untuk dilakukan, dari berbagai usaha yang dilakukan tersebut terbukti bahwa sangat sulit untuk menumbuhkan biji kemenyan dalam lahan persamaian Kenyataan ini semakin menambah tantangan yang mendorong peneliti untuk berusaha untuk memperbanyak tanaman kemenyan melalui kultur jaringan tanaman. Permasalahan besar yang dihadapi dalam pemuliaan tanaman kemenyan adalah sulit mendapatkan bibit yang tersedia. Penyediaan bibit kemenyan pada umumnya dilakukan secara konvensional melalui perbanyakan generatif dengan biji yang tumbuh secara alami, sehingga penanaman kemenyan dalam jumiah besar dan seragam di hutan tidak memungkinkan untuk dilakukan karena keterbatasan jumlah bibit yang tersedia. Dengan demikian, penyediaan bibit untuk hutan rakyat dan hutan industri dalam areal luas sangat tidak memungkinkan untuk dilakukan. Sebagai altematif terbaik untuk memenuhi penyediaan bibit kemenyan dalam jumlah besar harus dilakukan melalui teknik in vitro, karena dapat memproduksi bibit dalam jumlah banyak dan seragam dalam waktu relatif singkat. Hal ini Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana Styrax benzoin Dryander Secara Kultur Jaringan, 2005