Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana Styrax benzoin Dryander Secara Kultur Jaringan, 2005
USU Repository ©2006
8 dkk 1995; Bacchi dan Sertie, 1994; Jiang, dkk. 1979; Ulubelen dan Goren, 1973. Kemenyan
sumatrana Styrax benzoin Dryander memiliki banyak senyawa bioaktif seperti asam sinamat dan turunannya, yaitu senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk
industri kosmetika dan obat-obatan Sianipar dan Simanjuntak, 2000; Luo, dkk 1996. Pemanfaatan tumbuhan sebagai sumber senyawa bioaktif telah dikenal luas di
Indonesia, terutama sebagai bahan obat, baik sebagai obat tradisionil maupun yang dikemas dalam bentuk obat modern. Walaupun tanaman kemenyan memiliki potensi ekonomi yang
cukup tinggi, akan tetapi, usaha budidaya kemenyan belum dapat dilakukan karena kesulitan dalam penyediaan bibit tanaman, sehingga masyarakat mengalami kesulitan di dalam
menanam kemenyan dalam areal luas seperti pada areal hutan rakyat dan hutan industri. Di samping itu, apabila penanaman kemenyan sumatrana Styrax benzoin Dryander tidak
digalakkan maka diperkirakan suatu saat tanaman kemenyan akan punah dari hutan di Sumatera Utara.
2.3. Propagasi Secara Kultur Jaringan Tanaman
Perbanyakan tanaman secara kultur jaringan tanaman sangat tepat di dalam penyediaan bibit dalam jumlah besar, seragam dan dengan kualitas baik. Teknik kultur jaringan juga
termasuk cara yang sangat baik untuk perbaikan kualitas tanaman, khususnya tanaman yang potensil seperti tanaman-tanaman hortikultura dan tanaman hutan. Teknik kultur jaringan
tanaman telah banyak digunakan untuk perbanyakan tanaman dikotil yang memiliki nilai ekonomi Chaturvedi, dkk, 1982. Dalam kultur jaringan tanaman, bahan tanaman eksplan
yang digunakan adalah bagian biji, benih, helai daun, tangkai daun, ruas batang, tunas aksilar, dan meristem apikal, semuanya ini diambil dari bahan yang masih muda karena jaringan
tersebut mengandung sel-sel yang aktif membelah atau sel meristematik Ling dan Iwamasa, 1997; Balch dan Alejo, 1997. Eksplan ditanam pada media MS yang mengandung
garam-garam mineral, asam-asam amino, vitamin, sumber karbon dan energi gula dan zat pengatur tumbuh ZPT dengan komposisi tertentu Murashige dan Skoog, 1962; Murashige
dan Tucker, 1969. Ada beberapa jenis ZPT yang digunakan dalam kultur jaringan tanaman, seperti auksin
g-napthaleneacetic acid NAA, 2,4 dichlorophenoxyacetic acid 2,4-D, Indole-3-acetic acid
Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana Styrax benzoin Dryander Secara Kultur Jaringan, 2005
USU Repository ©2006
9 IAA, IBA, dll., dan sitokinin benzyladenin BA, kinetin KI, dan zeatin Zl. Respon
tumbuhan terhadap ZPT yang ditambahkan ke dalam media berbeda-beda, tergantung pada jenis tanaman yang dikultur. Efisiensi dan efektifitas dari hormon pertumbuhan juga berbeda
terhadap jenis tanaman yang berbeda. Sebagai contoh, kinetin sangat efektif untuk kultur buku batang Carimi, dkk., 1995, sementara sitokinin konsentrasi rendah dapat memacu
perkembangan tunas sedangkan konsentrasi tinggi merangsang penggandaan tunas Nurwahyuni, 2004. Auksin pada konsentrasi rendah dapat memacu pertumbuhan akar dan
pada konsentrasi tinggi dapat merangsang pertumbuhan kalus Magoon dan Singh, 1995; Goh, dkk, 1995. Dengan demikian, pengaturan zat pengatur tumbuh di dalam media sangat
menentukan terhadap keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan kultur. Dalam perbanyakan tanaman dibutuhkan pemilihan perbandingan konsentrasi auksin, sitokinin dan
suplemen yang tepat, karena hal ini akan menentukan dalam derajat keberhasilan pembentukan tanaman baru Nurwahyuni dan Tjondronegoro, 1994.
2.4. Propagasi Kemenyan Sumatrana Styrax benzoin Dryander