21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
disaring kembali dengan menggunakan kertas saring. Filtrat hasil dekokta selanjutnya dilakukan proses freeze dry. Ekstrak etanol 96 dan air yang
diperoleh dihitung hasil rendemennya dengan menggunakan rumus: Rendemen ekstrak
3.3.3 Penetapan Kadar Air Ekstrak
Penetapan kadar air ekstrak etanol 96 dan air rimpang pacing menggunakan metode gravimetri. Krusibel porselen kosong dikonstankan terlebih
dahulu beratnya dengan pemanasan pada suhu 105°C selama 2 jam, selanjutnya didinginkan dalam desikator dan kemudian ditimbang. Sebanyak 1 g ekstrak
ditimbang dan diratakan dalam krusibel porselen yang sudah dikonstankan beratnya. Krusibel porselen yang sudah terdapat ekstrak dikeringkan dalam oven
pada suhu 105°C selama 5 jam, dinginkan dalam desikator dan ditimbang kembali. Perlakuan ini diulang hingga berat ekstrak konstan. Kadar air dihitung
dalam persen terhadap berat ekstrak awal Depkes RI, 2000.
3.3.4 Skrining Fitokimia Ekstrak Rimpang Pacing
Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dari ekstrak etanol 96 dan air rimpang pacing secara kualitatif.
Kandungan metabolit sekunder diujikan kepada kedua ekstrak untuk menguji keberadaan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, triterpenoidsteroid dan
fenol.
1 Identifikasi Alkaloid
Pengujian identifikasi alkaloid digunakan pereaksi Dragendrof dan Mayer. Sebanyak 0,5 g diambil dalam tabung reaksi dilarutkan dengan pelarut masing-
masing ekstrak, selanjutnya ke dalam tabung reaksi dimasukkan 2 mL pereaksi Dragendrof dan 2 mL pereaksi Mayer pada tiap tabung pengujian yang berbeda.
Hasil uji positif dengan pereaksi Dragendrof bila terdapat endapan berwarna jingga Garg dkk., 2013. Hasil positif untuk pereaksi Mayer menghasilkan
endapan berwarna kuning Tiwari, dkk., 2011.
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2 Identifikasi Flavonoid
Sebanyak 0,5 g ekstrak dilarutkan dengan 2 mL pelarutnya dan ditambahkan 3 tetes NaOH. Terjadi perubahan warna kuning yang intens menjadi tidak
berwarna pada penambahan asam sulfat mengindikasikan adanya flavonoid Tiwari dkk., 2011.
3 Identifikasi Saponin
Sebanyak 0,5 g ekstrak ditambahkan 10 mL air dalam tabung reaksi dan dikocok kuat-kuat selama 10 menit. Ekstrak dikatakan mengandung saponin jika
terbentuk buih yang mantap ditandai dengan terbentuknya buih setinggi 1 sampai 10 cm Tiwari dkk., 2011.
4 Identifikasi Tanin
Ekstrak 0,5 g dalam tabung reaksi ditambahkan 2 mL pelarutnya kemudian ditambahkan FeCl
3
sebanyak 3 tetes, positif jika menghasilkan hitam-hijau Garg dkk., 2013.
5 Identifikasi Triterpenoid dan Steroid
Pengujian kandungan triterpenoid dilakukan dengan menggunakan tes Liebermann-Burchard, sebanyak 0,5 g ekstrak dilarutkan dalam kloroform dan
disaring. Filtrat ditambahkan 3 tetes asam asetat anhidrat. Asam sulfat pekat diteteskan secara perlahan pada dinding tabung. Terbentuk cincin berwarna coklat
pada perbatasan larutan mengidentifikasi adanya kandungan triterpenoid Tiwari dkk., 2011 dan munculnya cincin biru kehijauan menunjukan adanya steroid.
6 Identifikasi Golongan Fenol
Sebanyak 1 mL ekstrak dilarutkan dengan masing-masing pelarut dan ditambahkan beberapa tetes larutan besi III klorida. Jika positif mengandung
senyawa fenolik larutan sampel akan muncul warna hitam kehijauan Farnsworth, 1996.
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.5 Sterilisasi Alat dan Bahan