30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.1. Hasil identifikasi mikroba uji, perbesaran 100 × 15
Gambar 4.1 menunjukkan hasil pewarnaan untuk biakan mikroba uji a bakteri Escherichia coli yang merupakan bakteri Gram negatif berbentuk basil,
b bakteri Shigella dysenteriae yang merupakan bakteri Gram negatif berbentuk kokobasil, c bakteri Salmonella typhimurium merupakan bakteri Gram negatif
berbentuk basil,d bakteri Bacillus subtilis merupakan bakteri Gram positif berbentuk basil, e bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram
positif berbentuk bulat bersusun seperti anggur dan f merupakan fungi Candida albicans dengan bentuk oval.
Perbedaan warna yang dihasilkan setelah proses pewarnaan Gram disebabkan oleh perbedaan struktur dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri Gram
positif banyak mengandung peptidoglikan sedangkan bakteri Gram negatif dinding selnya banyak mengandung lipopolisakarida. Pewarna kristal violet yang
masuk ke dalam sel bakteri Gram positif pada poses pewarnaan awal tidak dapat tercuci dengan alkohol sehingga menyebabkan warna ungu pada pengamatan
dengan mikroskop sedangkan lapisan lipopolisakarida yang terdapat pada dinding sel bakteri Gram negatif dapat dirusak dengan penambahan alkohol sehingga
ketika ditambahkan pewarna tandingan safranin bakteri akan berwarna merah.
4.6 Kurva Pertumbuhan Bakteri
Pembuatan kurva pertumbuhan dilakukan untuk mendapatkan waktu optimum fase log bakteri. Fase log merupakan fase bakteri mengalami
pertumbuhan maksimum dan sangat bergantung pada kondisi pertumbuhannya. Kurva pertumbuhan bakteri sebagai berikut:
e Staphylococcus aureus f Candida albicans
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.2. Kurva pertumbuhan bakteri uji
Berdasarkan pada kurva pertumbuhan bakteri diatas maka dapat diketahui fase adaptasi dan fase log bakteri uji yang akan digunakan. Bakteri Escherichia
coli, Salmonella typhimurium dan Staphylococcus aureus memiliki fase adaptasi yang sama yaitu pada jam ke-0 hingga jam ke-2. Bakteri Shigella dysenteriae dan
Bacillus subtilis memiliki fase adaptasi yaitu pada jam ke-0 hingga jam ke-4. Waktu fase log bakteri dan nilai absorbansi dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
0.5 1
1.5 2
2.5
10 20
30
A b
sor b
an si
OD
Waktu jam
0.5 1
1.5 2
10 20
30
A b
sor b
an si
OD
Waktu jam
0.5 1
1.5 2
2.5
20 40
A b
sor b
an si
OD
Waktu jam
0.5 1
1.5 2
2.5
10 20
30
A b
sor b
an si
OD
Waktu jam
a Escherichia coli b Shigella dysenteriae
0.5 1
1.5 2
10 20
30
A b
sor b
ansi OD
Waktu jam
c Salmonella typhimurium d Bacillus subtilis
e Staphylococcus aureus
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.2. Waktu fase log bakteri
Bakteri Fase log jam
Absorbansi
Escherichia coli 4-15
0,402 –1,973
Shigella dysenteriae 5-15
0,226 –1,229
Bacillus subtilis 13-16
0,855 –1,776
Staphylococcus aureus 3-9
0,066 –1,142
Salmonella typhimurium 10-19
0,981 –1,734
Penentuan fase log bakteri diambil dari waktu bakteri mengalami peningkatan pertumbuhan yang ditunjukan oleh peningkatan nilai absorbansi
Optical Density. Menurut Fitriyah dkk 2013 pengukuran menggunakan spektofotometer UV-VIS dengan panjang gelombang 600 nm menunjukkan
konsentrasi bakteri 10
7
CFUmL dengan nilai OD adalah 0,08 –0,1. Berdasarkan
nilai absorbansi bakteri pada pembuatan kurva tumbuh menunjukkan bahwa konsentrasi uji bakteri yang digunakan adalah 10
7
CFUmL. Hasil pembuatan kurva pertumbuhan didapatkan bahwa bakteri Staphylococcus aureus memerlukan
waktu lebih singkat untuk mencapai fase log yaitu pada jam ke-3 hingga jam ke-9. Escherichia coli memiliki fase log pada jam ke-4 hingga jam ke-15. Shigella
dysenteriae memiliki fase log pada jam ke-5 hingga jam ke-15. Salmonella typhimurium memiliki fase log pada jam ke-10 hingga jam ke-19, selanjutnya
Bacillus subtilis memerlukan waktu paling lama untuk mencapai fase log yaitu pada jam ke-13 hingga jam ke-16 dan memiliki waktu fase log paling singkat
yaitu 3 jam. Pengujian antibakteri berdasarkan kurva pertumbuhan sebelumnya telah
dilakukan terhadap ekstrak andaliman Zanthoxyllum acanthopodium DC, hasil pengujian menunjukkan bahwa pengujian pada fase log memiliki aktivitas paling
baik diantara fase lag fase adaptasi dan fase stasioner. Hal ini dapat disebabkan pada fase log bakteri mengalami kegiatan metabolisme yang tinggi dan kondisi
paling labil karena bakteri akan tergantung pada lingkungan tempat hidupnya sehingga pada fase ini juga bakteri lebih peka terhadap antibiotik. Waktu yang
menunjukkan fase log bakteri akan menjadi acuan dalam pembuatan suspensi bakteri untuk pengujian antibakteri.
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.7 Pengujian Aktivitas Antimikroba dengan Metode Difusi Cakram