25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dikeringkan. Preparat tersebut diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100× Pratiwi, 2008.
Proses identifikasi yang dilakukan untuk fungi adalah dengan menggunakan pewarna metylen blue. Satu ose fungi diambil dan diratakan diatas permukaan
kaca objek yang telah ditetesi NaCl 0.9. Permukaan kaca objek selanjutnya ditetesi dengan pewarna metylen blue dan ditutup dengan cover glass, selanjutnya
preparat diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100×.
3.3.9 Pembuatan Kurva Pertumbuhan Bakteri
Pembuatan kurva pertumbuhan bakteri dilakukan untuk menentukan fase log bakteri yang akan diuji yaitu fase pada saat tercapainya kecepatan
pertumbuhan tertinggi. Sebanyak 1.5 mL suspensi bakteri dimasukkan dalam 150 mL media Nutrient Broth NB, selanjutnya media diinkubasi dalam shaker
inkubator dan diamati pada jam ke-0 hingga jam ke-24 dengan mencuplik setiap interval 2 jam dan dilakukan perhitungan absorbansi pada panjang gelombang 600
nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS Perhusip, 2004 .
3.3.10 Pembuatan Suspensi Mikroba uji
Biakan bakteri yang telah dilakukan peremajaan 24 jam ditambahkan 5 mL NaCl 0.9 pada tabung reaksi, selanjutnya diambil 0.1 mL dan ditambahkan
kedalam 10 mL media Nutrient Broth. Media NB yang sudah terdapat bakteri diinkubasi dalam shaker inkubator dengan suhu 37°C selama fase log bakteri
masing-masing. Setelah diinkubasi selama fase log bakteri maka suspensi bakteri dapat digunakan untuk pengujian.
Pembuatan suspensi Candida albicans dilakukan dengan mengambil satu ose dalam stok kultur dan dimasukkan kedalam 3 mL NaCl 0.9 steril.
Kekeruhannya disamakan dengan Mc. Farland 3 yang setara dengan 9×10
8
CFUmL Remel. Suspensi fungi dengan kekeruhan yang sama dengan standar Mc. Farland 3 dilakukan pengenceran menjadi 10
7
CFUmL. Pengenceran dilakukan dengan mengambil 1 mL dari tabung 10
8
CFUmL dan ditambahkan dengan 9 mL NaCl 0.9 steril, sehingga didapat konsentrasi 10
7
CFUmL Gholib, 2009.
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.11 Pengujian Aktivitas Antimikroba dengan Metode Difusi Cakram
Penentuan zona hambat ekstrak etanol 96 dan air rimpang pacing dilakukan dengan menggunakan metode pour plate, teknik pour plate adalah
teknik penanaman mikroorganisme dengan media padat yang masih berbentuk cair sehingga kumpulan sel akan tersebar merata pada media tidak hanya pada
permukaan media. Suspensi mikroba uji sebanyak 1 mL dimasukkan dalam cawan petri steril dengan menggunakan mikropipet, selanjutnya media MHA dan PDA
yang masih cair dituangkan ke dalam cawan petri dan diratakan Oktavia dkk., 2013. Dalam cawan petri steril berbeda ekstrak uji ditetesi sebanyak 10 µl
kedalam cakram steril dan didiamkan hingga cakram kering. Konsentrasi ekstrak uji yang digunakan adalah 1 mgmL, 2 mgmL, 4 mgmL, 8 mgmL yang
digunakan sebagai uji pendahuluan dan konsentrasi 12.5 mgmL, 25 mgmL, 50 mgmL dan 100 mgmL yang dilarutkan dalam metanol untuk ekstrak etanol 96
dan air hangat untuk ekstrak air. cakram steril yang sudah kering diletakkan diatas media agar padat yang sudah terdapat bakteri uji, selanjutnya diinkubasi pada
suhu 37
°
C selama 24 jam. Fungi diinkubasi pada suhu ruang selama 48 jam.
Kontrol positif bakteri adalah cakram antibiotik kloramfenikol dan kontrol positif fungi adalah nistain. Kontrol negatif untuk uji antimikroba merupakan
pelarut dari masing-masing ekstrak yaitu metanol dan aquades steril. Pengamatan aktivitas antimikroba dilakukan dengan mengukur zona bening yang terdapat pada
sekitar cakram. Pengukuran diameter zona bening diukur dengan menggunakan
jangka sorong dan dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan.
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Determinasi
Rimpang pacing yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Balittro dan dilakukan determinasi di
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menunjukkan bahwa tumbuhan uji yang digunakan pada penelitian ini
adalah pacing Costus spiralis Jacq. Roscoe, suku Costaceae Lampiran 2.
4.2 Pembuatan Ekstrak
Serbuk kasar rimpang pacing sebanyak 1 Kg yang didapatkan dari Balittro dilakukan pembuatan ekstrak dengan metode maserasi dan metode dekokta.
Sebanyak 300 g serbuk kasar rimpang pacing dan pelarut etanol 96 sebanyak 6 liter yang sebelumnya telah dilakukan destilasi dilakukan ekstraksi dengan
metode maserasi. Penggunaan pelarut etanol 96 dikarenakan Etanol 96 merupakan pelarut organik yang bersifat semipolar dibandingkan dengan air yang
digunakan pada penelitian ini sehingga komponen aktif dengan kepolaran yang beragam dapat terekstraksi. Etanol juga lebih mudah untuk menembus membran
seluler tanaman sehingga dapat mengekstraksi bahan intraseluler dari tanaman Wang GX dkk., 2010, selain itu pemilihan etanol 96 adalah untuk mencegah
kandungan air yang terlalu tinggi pada ekstrak. Ekstrak yang diperoleh dari hasil maserasi selanjutnya dilakukan proses freeze dry hingga didapat hasil akhir
ekstrak sebanyak 22, 84 g dengan rendemen yaitu 7,61.
Ekstraksi dengan menggunakan metode dekokta merupakan metode ekstraksi cara panas. Pemilihan metode ini dilakukan sebagai gambaran
penggunaan rimpang pacing pada masyarakat untuk mengobati disentri, radang selaput lendir pada mata, luka akibat gigitan ular atau gigitan serangga serta
mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti infeksi mata, telinga dan saluran urin. Pembuatan ekstrak dekok digunakan sebanyak 100 g
serbuk kasar rimpang pacing dan 2 liter aquades, selanjutnya ekstrak air yang
27