Satgas TKI KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGANI

47 Mengatasi persoalan PRT yang bermasalah di luar negeri, tentu tidak lepas dari diplomasi yang harus dilakukan terhadap negara yang bersangkutan, untuk melakukan hal tersebut, dalam hal ini negara harus terlebih dulu memenuhi hak setiap warga negara Indonesia untuk memperoleh pekerjaan di dalam negeri. Ada hal-hal yang perlu disepakati terlebih dulu dimana hal yang paling penting adalah masalah hak asasi manusia. Hak asasi manusia bagi warga negara Indonesia yang akan bekerja ke luar negeri yang pertama-tama harus dipenuhi adalah hak untuk memperoleh pekerjaaan di dalam negeri. Karena kebijakan penghentian pengiriman PRT ke luar negeri atau moratorium itu seringkali ditentang karena alasan melanggar hak asasi manusia warga negara untuk bekerja di luar negeri.

D. Memorandum of Understanding MoU

MoU menjadi perangkat yang membantu pemerintah Indonesia dalam mendapatkan jaminan perlindungan bagi PRT di negara penempatan. Namun demikian, keberadaan MoU tidak banyak berarti apabila isi dari MoU tersebut tidak secara komprehensif menjamin perlindungan PRT dan terdapat kelemahan dari sisi implementasi. Keberadaan MoU diharapkan menjadi jembatan bagi perbedaan antara ketentuan nasional negara penempatan, ketentuan hukum internasional mengenai pekerja migran dan ketentuan nasional Indonesia, khususnya bila terjadi kekosongan hukum di negara penempatan. Banyak negara dimana Indonesia tidak memiliki MoU, namun karena hukum domestik negara tersebut cukup baik dalam melindungi tenaga kerja asing, maka perlindungan PRT berjalan cukup baik BPPK Kemlu 2011: 38. 48 Pemerintah Arab Saudi melalui Kementerian Perburuhan Kerajaan Arab Saudi menyampaikan bahwa Pemerintah Arab Saudi belum pernah melakukan penandatangan MoU bidang ketenagakerjaan. Filosofinya adalah ihwal ketenagakerjaan adalah urusan swasta. Usulan Indonesia untuk membuat MoU akan direkomendasikan kepada instansi terkait dan Dewan Kabinet Arab Saudi BNP2TKI 2013: 19. Indonesia dan Arab Saudi belum memiliki MoU mengenai penempatan dan perlindungan tenaga kerja. Kendati demikian, telah terdapat kemajuan hubungan Indonesia – Arab Saudi terkait ketenagakerjaan, terlihat dari kesediaan pemerintah Arab Saudi untuk melakukan pertemuan dengan pemerintah Indonesia guna membahas perlindungan PRT dan upaya untuk membentuk suatu MoU setelah selama 40 tahun terlaksana pengiriman PRT ke Arab Saudi. Perundingan awal antara kedua belah pihak telah dilaksanakan pada pertemuan pertama Joint Working Committee JWC di bidang ketenagakerjaan pada 10-13 Juli 2011 d Riyadh. Adapun pembahasan mengenai MoU ketenagakerjaan secara khusus dilakukan oleh Joint Technical Committee JTC yang dibentuk oleh JWC tersebut BPPK Kemlu 2011: 42. Diharapkan MoU ini dapat menjadi cikal bakal mekanisme perlindungan dan pelayanan bagi tenaga kerja Indonesia di kawasan Timur Tengah di masa yang akan datang. Indonesia mengusulkan Arab Saudi bersedia membahas kerjasama perlindungan PRT Arab Saudi dalam bentuk penandatanganan MoU dengan alasan-alasan sebagai berikut BNP2TKI 2013: 19 : 49 1. Usulan perjanjian tentang ketenagakerjaan merupakan respon Pemerintah Indonesia terhadap himbauan The High Level Regional Governmental Forum on Women Migrant Workers, Human Trafficking and Labour Law Reform yang diselenggarakan oleh United Nation Development Fund for Women UNIFEM di Amman, Jordania pada tahun 2007. Forum yang dihadiri oleh semua negara pengirim dan penerima tenaga kerja tersebut telah mengeluarkan beberapa pernyataan akhir bersama, yaitu: a. Pentingnya negara pengirim dan penerima tenaga kerja membuat perjanjian bilateral yang mengatur hak dan kewajiban PLRT yang sesuai dengan konvensi internasional. b. Pentingnya membuat PK standar yang mengatur hak dan kewajiban majikan dan pekerja. c. Pemberlakuan mekanisme kontrol untuk mencegah pelanggaran terhadap hak semua pihak terutama pekerja. d. Perlunya Undang-Undang atau instrument hukum lainnya yang mewajibkan agen-agen penyalur tenaga kerja untuk terlibat dalam memberikan perlindungan kepada para pekerja. 2. Pemerintah Indonesia memperhatikan laporan dari berbagai pihak tentang hak dan kewajiban PLRT asal Indonesia di Arab Saudi seperti waktu lembur, hak cuti, akomodasi, upah dan fasilitas lainnya, pada kenyataannya, terdapat ketimpangan yang lebar dimana perlakuan dan hak-hak pekerja yang diperoleh seorang expatriate.