Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja

45 Iran tiga orang, dan masing-masing di Singapura dan Brunei Darussalam satu orang www.jatim.antaranews.com . 17 orang berada di Arab Saudi tempat enam orang sudah kembali ke Tanah Air Darsem bt Dawud Tawar, Rani bt Bohim Ukar, Bayanah bt Banhawi Sawawi, Jamilah bt Abidin RofiI, Mesi bt Dama Idon dan Neneng Sunengsih bt Mamih Ujan. Sebanyak empat orang sedang menunggu proses deportasi yakni Hafidz bin Kholil Sulam, Eni Sulistiyana bt Muhamad Suwarso, Farida Usman dan Miya bt Harun. Dua orang telah berubah menjadi hukuman 10 tahun penjara dan 1.000 cambukan Sumartini bt Manaungi Galisung dan Warnah bt Warta Niing. Kemudian, tiga orang mendapat pemaafan namun masih menjalani hukuman hak umum Ahmad Nurhadi Syarifuddin, Fatulah Maksum Muhammad Aliya dan Abdul Wasit Asmani Asmuhi dan dua orang sudah mendapat pemaafan namun masih menunggu putusan akhir sidang Emi bt Katma Mumu dan Ahmad Fauzi bin Abu Hasan www.jatim.antaranews.com .

C. Moratorium Penempatan PRT Indonesia Ke Arab Saudi

Dalam kamus bahasa Indonesia, moratorium berarti penundaan penangguhan www.kamusbahasaindonesia.org . Pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan Moratorium penempatan PRT ke negara Arab Saudi sejak tanggal 1 Agustus 2011. Kebijakan Moratorium merupakan penghentian sementara pengiriman PRT informal ke Arab Saudi, agar semua pihak baik di dalam negeri maupun di Arab Saudi melakukan evaluasi dan pembenahan sistem penempatan dan perlindungan PRT BNP2TKI 2013: 23. 46 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan telah menyiapkan enam langkah terkait permasalahan yang terjadi terhadap Tenaga Kerja Indonesia TKI di luar negeri. Instruksi diberikan Presiden pasca-eksekusi mati Ruyati binti Satubi yang dihukum pancung pada Tanggal 18 Juni Tahun 2006. Pada 23 Juni 2011 Presiden SBY memberikan keterangan pers mengenai kebijakan pemerintah tentang ketenagakerjaan, Pemerintah memutuskan untuk melaksanakan moratorium pengiriman PRT ke Arab Saudi yang berlaku efektif mulai 1 Agustus 2011 sampai nota kesepahaman perlindungan TKI disepakati antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi www.presidenri.go.id . Pemerintah sejak tanggal 1 Agustus 2011 mengeluarkan Moratorium penundaan penempatan PRT ke Arab Saudi menyusul banyaknya kasus penganiayaan PRT di negara tersebut. Para calon pekerja yang berencana pergi ke Arab Saudi harus segera membatalkan dan mengambil jalur lain. Berdasarkan data BNP2TKI, Indonesia mengirim sekitar 400.000 PRT ke seluruh negara. Dari total tersebut, sekitar 15.000 hingga 20.000 orang di antaranya dikirim ke Arab Saudi setiap bulannya. Pemberlakukan moratorium atau penghentian sementara penempatan TKI ke Arab Saudi hanya diperuntukan bagi PRT. Moratorium PRT dengan Arab Saudi akan dijalankan sampai adanya penandatanganan Memorandum of Understanding MoU antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi mengenai perbaikan penempatan dan perlindungan PRT di Arab Saudi www.news.okezone.com . 47 Mengatasi persoalan PRT yang bermasalah di luar negeri, tentu tidak lepas dari diplomasi yang harus dilakukan terhadap negara yang bersangkutan, untuk melakukan hal tersebut, dalam hal ini negara harus terlebih dulu memenuhi hak setiap warga negara Indonesia untuk memperoleh pekerjaan di dalam negeri. Ada hal-hal yang perlu disepakati terlebih dulu dimana hal yang paling penting adalah masalah hak asasi manusia. Hak asasi manusia bagi warga negara Indonesia yang akan bekerja ke luar negeri yang pertama-tama harus dipenuhi adalah hak untuk memperoleh pekerjaaan di dalam negeri. Karena kebijakan penghentian pengiriman PRT ke luar negeri atau moratorium itu seringkali ditentang karena alasan melanggar hak asasi manusia warga negara untuk bekerja di luar negeri.

D. Memorandum of Understanding MoU

MoU menjadi perangkat yang membantu pemerintah Indonesia dalam mendapatkan jaminan perlindungan bagi PRT di negara penempatan. Namun demikian, keberadaan MoU tidak banyak berarti apabila isi dari MoU tersebut tidak secara komprehensif menjamin perlindungan PRT dan terdapat kelemahan dari sisi implementasi. Keberadaan MoU diharapkan menjadi jembatan bagi perbedaan antara ketentuan nasional negara penempatan, ketentuan hukum internasional mengenai pekerja migran dan ketentuan nasional Indonesia, khususnya bila terjadi kekosongan hukum di negara penempatan. Banyak negara dimana Indonesia tidak memiliki MoU, namun karena hukum domestik negara tersebut cukup baik dalam melindungi tenaga kerja asing, maka perlindungan PRT berjalan cukup baik BPPK Kemlu 2011: 38.