PENDAHULUAN GAMBARAN UMUM TKI DI ARAB SAUDI

18 kekurangan tenaga kerja untuk mengurus perkebunan karena budak asal Afrika yang bekerja di perkebunan Suriname dibebaskan pertengahan 1863 sebagai bentuk pelaksanaan dari politik penghapusan perbudakan. Gelombang pertama TKI yang dikirim tiba di Suriname 9 Agustus 1890 dengan jumlah 94 orang.Mulai saat itu pemerintah Hindia Belanda secara reguler mengirimkan TKI ke Suriname. Pengiriman TKI ke Suriname oleh pemerintah Hindia Belanda berakhir pada 1939 dengan jumlah total mencapai 32.986 orang www.artikelbahasaindonesia.org . Arab Saudi menjadi tujuan pengiriman TKI karena ada hubungan religius yang erat antara Indonesia dengan Arab Saudi yaitu melalui jalur ibadah haji. Pada saat orang Indonesia melaksanakan ibadah haji mereka berinteraksi dengan warga lokal Arab Saudi, bahkan ada yang kemudian menikah, menetap dan membuka usaha di sana. Lambat laun hubungan semakin erat sampai kemudian hari ada yang mengajak saudaranya ke Arab Saudi untuk bekerja www.merdeka.com . Jumlah TKI yang tercatat pertama kali pada 1983, yakni sebanyak 27.671 orang. Mereka bekerja di delapan negara. Jumlah itu bertambah pada 1992 yang mencapai 158.750 orang. Setelah 1980, pemerintah baru menetapkan regulasi untuk mengatur pengiriman TKI karena pemerintah melihat nilai positif dan nilai ekonomis tinggi www.merdeka.com . 19

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PRT Indonesia Bekerja Di Luar

Negeri Pada mulanya mobilitas PRT ke luar negeri terjadi berdasarkan pada prakarsa dan upaya dari PRT itu sendiri. Dampak positif dari kegiatan tersebut adalah sebagai upaya untuk menanggulangi masalah pengangguran, meningkatkan keterampilan kerja dan mendatangkan keuntungan berupa naiknya devisa negara Natalis 2005: 97. Berbagai faktor yang mempengaruhi mobilitas PRT di luar negeri antara lain Mardjono 2007: 70 :  Kemudahan informasi, komunikasi dan transportasi, pengalaman kerja ke luar negeri serta daya tarik upah yang lebih tinggi.  Terbukanya pasar kerja luar negeri dengan dominsai peran agen penempatan yang lebih menjanjikan kemudahan memperoleh pekerjaan, penghasilan tinggi dan proses cepat serta janji-janji keuntungan lainnya.  Kesenjangan birokrasi lintas sektoral dalam negeri dalam pelayanan bekerja ke luar negeri serta masih lemahnya penegakan hukum. Menurut Everett Lee, bahwa faktor utama seseorang melakukan migrasi adalah faktor tempat asal, dalam arti orang yang gagal dalam ekonomi dan social. Mereka berharap di tempat tujuan akan memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang diperoleh di daerah asalnya. Orang- orang yang melakukan migrasi ini adalah mereka yang betul-betul potensial, yaitu yang masih produktif Uke 2003: 327. Sedangkan menurut Mantra, arus migrasi