Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PRT Indonesia Bekerja Di Luar
23 Arab Saudi merupakan negara yang menyerap TKI terbanyak di sektor
informal sebanyak 105.071 orang atau 33,09 dari jumlah keseluruhan penempatan TKI pada sektor informal dan ini didominasi oleh PRT perempuan
sebanyak 102.305 orang atau 97,37 dari jumlah TKI sektor informal di negara tersebut Pusdatinaker Kemnakertrans 2012: 46.
Tabel 2.2 Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri Menurut Negara Tujuan
Penempatan dan Sektor Tahun 2011 orang Negara Tujuan
Penempatan Sektor
Jumlah Formal
Informal Saudi Arabia
31.421 105.071
136.491 Malaysia
126.449 6.363
132.812 Taiwan
18.612 59.484
78.096 Hongkong
1.999 47.811
49.811 Singapore
9.290 38.031
47.320 United Arab Emirates
8.142 31.386
39.528 Qatar
3.942 12.512
16.454 United States
13.565 50
13.615 Korea Selatan
11.221 60
11.281 Brunei Darussalam
9.138 1.561
10.699 Lainnya
29.817 15.157
44.974 Jumlah
263.596 317.485
581.081 Sumber: BNP2TKI. Diolah Pusdatinaker
Adapun kelemahan sistem penempatan dan perlindungan PRT di Arab Saudi, yaitu sebagai berikut BNP2TKI 2013: 23:
1. Tidak adanya kerjasama bidang ketenagakerjaan yang melindungi
tenaga kerja sektor domestik antara Pemerintah Arab Saudi dengan Pemerintah Indonesia.
24 2.
Kebijakan moratorium menyebutkan maraknya pengiriman PRT illegal yang memanfaatkan visa umrahkunjungan atau masuk melalui negara
ketiga transit. 3.
Masih banyaknya Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta PPTKIS yang menempatkan PRT secara non prosedural.
4. Adanya kebijakan yang memungkinkan diubahnya visa umrah atau visa
kunjungan menjadi visa kerja di Arab Saudi. 5.
Masih banyaknya oknum yang memanfaatkan izin PRT cuti sebagai modus menempatkan PRT di masa moratorium.
Secara umum masalah ketenagakerjaan tidak banyak berubah dari tahun ke tahun yaitu masih lemahnya perlindungan terhadap PRT yang bekerja di luar
negeri. Namun demikian upaya pembenahan sistem maupun operasionalnya telah dilakukan pemerintah Indonesia tanpa henti, meski hasil yang dicapai belum
sebagaimana yang diharapkan. Hal ini dapat dimengerti karena masalah ketenagakerjaan sangat komplek dan menyangkut banyak pihak dengan
kepentingan yang berbeda multidimensional. Dan, hingga saat ini penanganan masalah ketenagakerjaan khususnya PRT belum menemukan solusi yang tepat
dari kedua negara baik dari Indonesia maupun Arab Saudi.
25