Sistem Ketenagakerjaan Di Arab Saudi
29 Jumlah WNI yang tercatat di Perwakilan pada tahun 2010, berdasarkan data
Direktorat Perlindungan WNI dan BHI, sebanyak 1,1 juta orang. Dari 6.117 kasus yang dialami PRT di Arab Saudi, melakukan pembunuhan 28 orang, gaji tidak
dibayar sebesar 26,82, pekerjaan tidak sesuai Perjanjian Kerja PK 22,15, PRT tidak siap bekerja 11,41, pelecehan seksualpemerkosaan 10,44,
penganiayaan 9,55, sakit 7,06 dan meninggal dunia, hilang kontak, terancam hukuman beratmati dan overstay 12,57 BPPK Kemlu 2011: 42.
Tabel 3.1 PRT Bermasalah di Arab Saudi Berdasarkan Jenis Masalah Tahun 2008-2012
NO JENIS
MASALAH 2008
2009 2010
2011 2012
JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH
1 PHK Sepihak 8,457
7,672 10,850
4,123 1,679
2 Sakit Akibat
Kerja 5,085
6,229 8001
3681 1,573
3 Majikan
Bermasalah 1,493
767 2,192
3,996 2,175
4 Penganiayaan 1,509
2,411 2,342
1,031 531
5 Gaji
Tidak Dibayar
1,996 1,016
1,607 1,031
1,044 6
Pelecehan Seksual
1,039 1,561
1,978 1,282
537 7
Sakit Bawaan 490 1,532
974 1041
60 8
Dokumen Tidak
Lengkap 613
739 1,063
769 240
9 Kecelakaan
Kerja 283
603 526
354 136
10 Pekerjaan
Tidak Sesuai PK
332 258
393 217
176 11
PRT Hamil 135
167 246
255 108
30 12
Tidak Mampu
Bekerja 60
93 387
66 44
13 Majikan
Meninggal 68
65 219
182 95
14 Membawa
Anak 51
18 95
296 143
15 Komunikasi
Tidak Lancar 56
92 212
80 16
16 Masalah
Lainnya 368
537 591
573 383
TOTAL 22,035
23,760 31,676
18,977 8,940
Sumber: BNP2TKI
KBRI Riyadh mencatat jumlah PRT yang menghadapi masalah pada tahun 2010 sebanyak 3.016 orang. Dari jumlah 3.016 kasus tersebut, sebanyak 2.814
kasus berhasil diselesaikan melalui: proses di Kantor Urusan Ketenagakerjaan Wanita KUKW sebanyak 2.344 kasus 77,72, pindah majikan melalui
Disnaker setempat atau PPTKAS 168 kasus 5,57 dan penyelesaian langsung di KBRI sebanyak 302 kasus 10,01. Dari kasus berat yang dihadapi PRT di Arab
Saudi, eksekusi hukuman mati terhadap PRT sebanyak 2 orang, bebas dari hukuman matimendapat keringanan 6 orang, masih menjalani proses peradilan 17
orang dan berhasil dibebaskan 3 orang BPPK Kemlu 2011: 42. Menakertrans Muhaimin Iskandar mengungkapkan keberadaan PRT
Overstayer di Arab Saudi disebabkan antara lain karena PRT lari dari majikan karena berbagai faktor, seperti tidak betah bekerja karena alasan tidak cocok
dengan majikan, beban kerja yang berlebihan dan lain-lain. Selain itu ada juga yang tertipu oleh sindikat yang mempengaruhi dan menipu PRT dengan iming-
iming gaji lebih besar, sehingga berpindah majikan tanpa menyadari resiko status
31 keimigrasian yang sangat merugikan PRT tersebut. Selain itu Muhaimin
mengatakan proses pemulangan PRT Overstayer harus melalui karantina Tarhil yang ditangani langsung oleh petugas imigrasi Arab Saudi. Tak hanya itu, tambah
Muhaimin PRT Overstayer yang akan pulang ke Indonesia harus menyelesaikan segala permasalahan yang terkait kontrak kerja serta dipastikan tidak tersangkut
masalah dengan Kepolisian Arab Saudi sehingga dipastikan benar-benar clear dan bebas masalah
www.news.okezone.com .
C.
Faktor-faktor Penyebab Permasalahan PRT Indonesia Di Arab Saudi
Sekitar 70-80 permasalahan yang dialami oleh PRT berasal dari dalam negeri Indonesia. Permasalahan ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
proses perekrutan yang masih didominasi oleh para calosponsor, pelatihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa, koordinasi antar pemangku
kepentingan termasuk kementerianlembaga terkait yang kurang memadai dan tentu saja faktor sumber daya manusianya sendiri BPPK Kemlu 2011: 5.
Kebutuhan pasar luar negeri akan tenaga kerja informal Indonesia memunculkan dilemma tersendiri bagi pemerintah. Di satu sisi, pengiriman PRT
ke luar negeri menjadi solusi bagi tingginya tingkat pengangguran akibat kurangnya ketersediaan lapangan kerja. Namun di sisi lain, kurangnya tingkat
pendidikan dan keterampilan menjadi penyebab utama banyaknya permasalahan yang dihadapi PRT di luar negeri. Perbaikan kualitas sumber daya manusia
merupakan langkah perlindungan preventif yang utama untuk mengurangi permasalahan PRT BPPK Kemlu 2011: 5.
32 Secara garis besar, faktor yang menjadi penyebab utama timbulnya
permasalahan PRT, pada tiap-tiap proses penempatan, antara lain BPPK Kemlu 2011: 6-13:
1. Pada tahap rekruitmen.
a. Dominasi peran calosponsor dalam proses perekrutan.
Proses rekruitmen yang masih didominasi oelh keterlibatan calo, dan sekarang telah menjadi percaloan terstruktur, sulit untuk dihilangkan.
Bahkan infrastruktur penempatan PRT dianggap telah terdistorsi sehingga sulit membedakan proses penempatan PRT secara prosedural dan no-
prosedural illegal. Sponsor membantu menguruskan dan bahkan memalsukan hampir semua persyaratan administrasi pendaftaran yang
diperlukan PRT dan calon PRT tinggal menandatanganinya. Pemalsuan identitas diri ini seringkali menyulitkan PRT terutama ketika mereka
menghadapi masalah dan memerlukan perlindungan. Dibalik kemudahan yang diberikan sponsor, sering terjadi praktek-praktek penipuan dan
pemerasan terhadap calon PRT.
b. Mengutamakan kebutuhan negara penempatan tenaga kerja tanpa
mengindahkan rambu-rambu Undang-Undang. UU No.39 tahun 2004 telah menyebutkan bahwasanya penempatan
PRT hanya dilakukan ke negara-negara yang memiliki MoU dengan Indonesia. namun pada prakteknya, penempatan dilakukan juga ke
negara-negara yang tidak memiliki MoU dengan Indonesia mengingat