Pangan Dampak Program Pengembangan Sapi Bali Terhadap Aspek

58 Jumlah 100 100 100 100 Sumber: kuesioner penelitian; 2010

5.2.2 Pangan

a. Distribusi responden menurut frekwensi makan dalam 1 hari Dari hasil uji-t rata-rata berpasangan tidapatkan hasil korelsi dari kedua variable program tersebut menunjukan angka nol 0. Itu berarti tidak terdapat perbedaan antara kedua variable program, dimana dari kedua kegiatan baik sebelum dan sesudah program mempunyai frekwensi yang sama. Dengan demikkian program ini tidak berdampak besar terhadap perubahan tingkat konsumsi masyarakat penerima bantuan program pengembangan, dengan tidak terjadi peningkatan dan tidak pula terjadi penuruna frekwensi makan dalam satu hari. Tabel 18: Daftar distribusi responden menurut frekuwensi makan dalam sehari No. Frekuwensi makan dalam sehari Sebelum program Sesudah program Jumlah responden Persentase Jumlah responden Persentase 1. 1 kali 2. 2 kali 3. 3 kali atau lebih 100 100 100 100 Jumlah 100 100 100 100 Sumber: kuesioner penelitian; 2010 Dari tabel diatas tidak terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah adanya program. Daimana terdapat sejumlah responden melakukan rutinitas 59 makan dalam sehari sebanyak 3 kali dalam sehari. Hal ini terjadi karean merupakan sudah menjadi hal yang biaya bagi masyarakat Gayo pada umumnya untuk untuk makan sebanyak 3 kali dalam sehari. Walau bagaimanapun tingkat kesulitan Ekonomi masyarakat Gayo, untuk kebutuhan makan 3 kali sehari sudah menjadi rutinitas yang lumrah. b. Daftar distribusi responden menurut frekuwensi mengkonsumsi daging dalam 1 minggu. Untuk konsumsi daging analisis statistik menujukan bahwa t-Hitung- 6.31 lebih kecil dari t-tabel1,66 berarti Ho diterima. Terjadi perbedaan antara sebelum dan sesudah adanya program. Dengan demikian program efektif terhadap konsumsi daging dengan melihat nilai Probabilitas P-Value3.78505E-09 lebih kecil dari α=0.05. Peningkatan terjadi pada setelah adanya program pengembangan. Tabel 19: Frekuwensi mengkonsumsi daging dalam seminggu No. Frekuwensi konsumsi daging dalam seminggu Sebelum program Sesudah program Jumlah responden Persentase Jumlah responden Persentase 1. 1 kali 47 47 90 90 2. 2 atau lebih 22 22 7 7 3. Tidak pernah 31 31 3 3 Jumlah 100 100 100 100 Sumber: kuesioner penelitian; 2010 60 Dari hasil tabel diatas dapat dilihat peningkatan dalam konsumsi daging dalam seminggu setelah adanya program. Dimana terdapat 90 responden yang mengkonsumsi daging dalam seminggu dan 47 responden sebelum adanya program. Sementara responden yang mengkonsumsi daging 2 kali dalam seminggu terdapat 22 responden sebelum adanya program dan 7 responden setelah adanya program. Peningkatan setelah adanya program hanya terjadi pada konsumsi daging dengan frekuwensi 1 kali dlaam seminggu. Hal ini terjadi dikarenakan dengan adanya program pengembangan Sapi Bali menjadi keuntungan tersendiri bagi masyarakat penerima bantuan karena tidak jauh dari lokasi program masyarakat dapat dengan leluasa berburu binatang liar. Dari hasil wawancara langsung dengan beberapa responden berburu ini dilakukan dengan kelompok demngan kurun waktu seminggu sekali, dan sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat untuk melakukan perburuan pada hari selasa. c. Daftar distribusi responden menurut frekwensi mengkonsumsi ikan basah Berdasarkan olahan data uji-t rata-rata berpasangan di dapatkan hasil bahwa t-Hitung -3.96 lebih kecil dari t-Tabel1.66. Ho diterima, terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah adanya program pengembangan sapi bali. Sementara melihat nilai Probabilitas P-Value 6.89562E-05 lebih kecil dari α=0.05. peningkatan terjadi setelah adanya program pengembangan sapi bali. Jadi program ini efektif terhadap kesejhateraan masyarakat penerima peternakan terhadap konsumsi daging. 61 Tabel 20: Frekuwensi mengkonsumsi ikan basah dalam seminggu No. Konsumsi ikan basah dalam seminggu Sebelum program Sesudah program Jumlah responden Persentase Jumlah responden Persentase 1. 1 kali 88 88 2. 2 kali 36 36 12 12 3. 3 kali atau lebih 64 64 Jumlah 100 100 100 100 Sumber: kuesioner penelitian; 2010 Dari data tabel d atas terdapat penuruna konsumsi setelah adanya program pengembangan ikan basah konsumsi ikan sebanyak 3 kali atau lebih terdapat sebanyak 64 responden dan terjadi penurunan setelah adanya program program dengan tidak adanya satu respondenpun. Sementara terdapat 36 responden pada sebelum adanya program dan 12 responden yang mengkonsumsi ikan basah dalam seminggu sebanyak 2 kali. Selanjutnya konsumsi ikan 1 kali dalam seminggu terdapat 88 responden setelah adanya program pengembangan ini. Terjadinya penurunan ini diakibatkan karena sulitnya untuk akses menuju ibukota kecamatan dimana terdapat perdagangan ikan basah. Dan tidak adanya pedagang ikan keliling yang sering mencapai lokasi program. Sekalipun terdapat masyarakat yang mengkonsumsi ikan basah, kebanyakan dari menreka mencari di sungai sekitar lokasi baik dengan menggunakan jala maupun pancing. d. Distribusi responden menurut konsumsi telur 62 Berdasarkan data stistik dapat diketahui bahwa t-Hitung -7.53 lebih kecil dari t-Tabel 1,66. Ho diterima, dengan demikian terjadi perbedaan yang signifkan antara sebelum dans esudah adanya program Pengembangan Sapi bali. Dari hasil nilai Probabilitas diketahui bahwa nilai P-value 1.16994E-11 lebih kecil dari α= 0.05. program ini berdampak efektif terhadap masyarakat penerima bantuan dalam mengkonsumsi telur. Tabel 21: Daftar distribusi responden dalam frekuwensi memakan telur No. Frekuwensi memakan telur Sebelum program Sesudah program Reaponden persentase Responden Persentase 1. Sering 39 39 85 85 2. Kadang-kadang 53 53 15 15 3. Tidak pernah 8 8 Jumlah 100 100 100 100 Sumber: kuesioner penelitian; 2010 Telur adalah makanan yang kaya akan gizi jika dikonsumsi. Dengan itu mengkonsumsi telur dengan tertur dan rutin akan menambah asupan gizi bagi manusia. Dari tabel dia atas di peroleh keterangan bahwa terjadi frekwensi yang tinggi dalam mengkonsumsi telur setelah adanya program Pengembangan Sapi Bali dengan jumlah 85 responden atau dengan persentase 85 persen. Terjadi peningkatan konsumsi dari sebelum adanya program sebesar 56 dengan konsumsi semula yaitu sebanyak 39 responden. Kegiatan program ini ternyata menunjang konsumsi masyarakat terhadap telur. Hal dikarenakan harga yang murah dan terjangkau serta dapat di simpan dalam waktu yang lama sehingga 63 masyarakat dapat menyetok dengan jumlah yang cukup banyak juga untuk persiapan. Di tambah lagi dari beberapa wawancara langasung dengan masyarakat penerima bantuan menjelaskan selain harga terjangkau untuk aktipitas peternakan ini cukup membantu karean penyajiannyapun tidak membutuhkan waktu tertentu. e. Distribusi responden menurut frekuwensi dalam mengkonsumsi susu Data analisis dalam mengkonsumsi susu pada masysrakat penerima bantuan menunjukan bahwa t-Hitung3.10 lebih besar dari t-Tabel 1.66. Ho ditolak. Jadi tidak terdapat perbedaan antara sebelum maupun sesudah adanya program pengembangan sapi bali. Dengan demikian program ini tidak efektif pada pemenuhan konsumsi terhadap susu. Tabel 22: Daftar distribusi responden menurut konsumsi susu dalam seminggu No. Frekuwensi mengkonsumsi susu dalam seminggu Sebelum program Sesudah program Jumlah responden Persentase Jumlah responden Persentase 1. 1 kali 28 28 23 23 2. 2 kali atau lebih 25 25 3. Tidak pernah 47 475 77 77 Jumlah 100 100 100 100 Sumber: kuesioner penelitian; 2010 Susu adalah minuman yang menyehatkan bagi tubuh manusia. Minuman ini berasal dari perahan susu sapi dan binatang lain yang dianggap susunya bermanfaat. Seiring pesatnya perkembangan zaman susu kini dapat ditemukan dengan berbagai kebutuhan. Dengan ini seberapa besar program ini 64 mempengaruhi peningkatan konsumsi terhadap susu dapat dilihat pada tabel di atas. Berdasarkan tabel di atas terdapat penurunan konsumsi terhadap susu setelah adanya program pengembangan peternakan ini. Dengan jumlah konsumsi sebanyak 28 responden terjadi pada sebeluma adanya program dan terdapat 23 responden setelah adanya program untuk satu kali konsumsi dalam 1 minggu. Sementara 25 responden mengkunsumsi susu dengan 2 kali konsumsi dalam 1 minggu hanya terjadi pada sebelum program terjadi. Hal ini berarti tidak terjadi peningkatan konsumsi dengan adanya program pengembangan peternakan ini. Meskipun ada terdapat responden yang mengkonsumsi susu itu merupakan sebagai minuman selingan apabila terdapat momen tertentu demikian pemaparan dari sumber yang penulis wawancarai, seperti pada saat jaga malam atau kegiatan secara bergotong royong. Ditambahkan lagi bukan menjadi keharusan bagi masyarakat itu sendiri untuk mengkonsumsi susu. Disamping harga yang mahal dan cara mendapatkannya juga sangat sulit untuk daerah proyek pengembangan peternakan ini. f. Disteribusi responden menurut konsumsi sayuran Dengan menggunakan analisis statistic menunjukan bahwa t-hitung -5.31 lebih kecil dari 1.66 berarti Ho diterima. Terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah adanya program pengembangan sapi bali. Sementara nilai probabilitas P-Value 6.49212E-07 menunjukan lebih kecil dari α=0.05. program ini efektif. Peningkatan terjadi pada setelah adanya program. 65 Tabel 23: Frekuwensi konsumsi sayur-sayuran No. Frekuwensi konsumsi sayur- sayuran Sebelum program Setelah program Jumlah responden Persentase Jumlah responden Persentase 1. Selalu 52 52 83 83 2. Kadang-kadang 48 48 17 17 3. Tidak pernah Jumlah 100 100 100 100 Sumber: kuesioner penelitian; 2010 Nabati atau tumbuh-tumbuhan merupakan makanan yang dapa menunjang asupan gizi yang tinggi bagi manusia. Selain dapat di tanami juga pemeliharaan juga tidak begitu sulit. Cukup hanya dengan memanfaatkan tanah kosong sekitar rumah maka kita akan dapat bercocok tanam seperti halnya sayuran. Namun dengan adanya program pengembangan program peternakan ini tentu akan dapat kita rasakan perbedaan dengan sebelum adanya program pengembangan peternakan dengan melihat persentase pada tabel diatas. Dari hasil uji kuesioner pada masyarakat desa ketapang terdapat kecendrungan konsumsi sayuran setelah adanya program pengembangan peternakan dengan jumlah 83 responden dan 52 responden sebelum adanya program dengan limit yang stabil. Sementara terjadi ketidak konsistenan dalam mengkonsumsi sayuran sebesar 48 responden sebelum adanya program pengembangan peternakan dan 17 responden setelah adanya program pengembangan peternakan. Hal ini di samping cara yang begitu mudah dalam 66 pemeliharaannya, juga dengan adanya program pengembangan ini di rasakan manfaat dengan mendapatkan lahanyang luas bagi setiap keluarga sehingga dapat mengisi waktu luang dengan bercocok tanam. g. Daftar distribusi responden menurut konsumsi buah-buahan Setelah melihat data stsistik melalui uji-t rata-rata berpasangan menunjukan bahwa t-Hitung -4.13 lebih kecil dari t-Tabel1.66, berati Ho di terima. Dengandemikian program berdampak positif terhadap masyarakat penerima bantuan pada pemenuhan konsumsi buah-buahan. Serta peningkatan ini terjadi setelah adanya program. Terbukti dari nilai Probabiliti P-Value 3.66216E- 05 lebih kecil dari α=0.05. Tabel 24: Konsumsi buah-buahan No. Frekuwensi mengkonsumsi buah Sebelum program Sesudah program Jumlah responden Persentase Jumlah responden Persentase 1. Selalu 48 48 77 77 2. kadang-kadang 52 52 23 23 3. Tidak pernah Jumlah 100 100 100 100 Sumber: kuesioner penelitian; 2010 Buah-buahan merupakan salah satu pendukung sarat 4 sehat 5 sempurna bagi tubuh manusia. Baik dapat menjaga daya tahan tubuh, juga dapat menghindari datangnya penyakit dan serta penambah stamina. Hal ini tentu terjadi apabila konsumsi yang sesuai dengan kebutuhan serta dengan peraturan yang 67 benar. Dengan adanya program pengembangan peternakan dapat membuat masyarakat sadar akan pentingnya buah sebagai makan kesehatan. Dari tabel diatas dengan mengadakan kuesioner terhadap masysrakat penerima bantuan peternakan terdapat 48 responden sebelum adanaya program dan 77 responden setelah adanya program yang selalu mengkosumsi buah-buahan. Itu artinya dengan adanya program pengembangan ini membuat peningkatan bagi masyarakat penerima bantuan untuk mengkonsumsi buah-buahan. h. Daftar distribusi responden dalam mengkonsumsi tahutempe Dari hasil penelitian dengan menggunakan metode analisis statistik rata- rata berpasangan di ketahui bahwa t-Hitung-0.43 lebih kecil dari t-Tabel1.66. berti Ho diterima, dengna demikian terjadi perbedaan antara sebelum dan sesudah adanya program Pengembangan Sapi Bali. Melihat nilai Probabilitas p-Value 0.33 lebih kevil dari α=0,05 yaitu kepercayaan sebesar 15.peningkatan terjadi setelah adanya proram Pengembangan Sapi Bali. Tabel 25: Konsumsi tahu tempe Sumber: kuesioner penelitian; 2010 No. Mengkonsumsi tahutempe Sebelum program Sesudah program Responden Persentase Resonden Persentase 1. Ya 55 55 52 52 2. Tidak 45 45 48 48 Jumlah 100 100 100 100 68 Tahu dan tempe adalah salah satu makan yang bernilai gizi tinggi. Mengingat bahan baku yang berasal dari kacang kedelai tentu sarat akan asupan protein. Selaian itu tahu tempe juga merupakan makanan yang tergolong terjangkau dengan rasa yang cukup nikamat bila sajikan dengan berbagai olahan. Dari hasil data yang berdasrkan tabel diatas terdapat jumlah yang berbeda antara sebelum dan sesudah adanya program pengembangan peternakan ini. Dimana terdapat sebanyak 55 responden pada sebelum adanya program dan dan terjadi penurunan sebesar 2 atau sebanyak 52 responden setelah adanya program pengembangan sapai balai yanga mengkonsumsi tahu dan tempe. Perbedaan ini tidak begitu signifikan akan tetapi program ini tidak berpengaruh terhadap peningkatan konsumsi tahu tempe. i. Jumlah uang yang dikeluarkan responden untuk kebutuhan pangan dalam seminggu Dari hasil uji statistik diperoleh hasil bahwa t-Hitung 4.44 lebih besar dari t-Tabel 1,66 berarti Ho di tolak. Dengan demikian tidak terdapat perbedaan yang signfikan antara sebelum maupun sesudah adanya perogram Pengembangan Sapi Bali. Tabel 26: Daftar tabel menurut jumlah biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan pangan No. Jumlah uang yang dikeluarkan Sebelum program Sesudah program Jumlah responden Persentase Jumlah responden Persentase 1. Rp.100.000 66 66 43 43 69 2. Rp.100.000- Rp.200.000 34 34 35 35 3. Rp.200.000 22 22 Jumlah 100 100 100 100 Sumber: kuesioner penelitian; 2010 Dengan adanya program diharapkan terjadi peningkatan pendapatan bagi penerima bantuan. Dengan demikian akan terjadi peningkatan konsumsi guna menuju hidup yang sejahtera. Disamping itu pengembangan program ini membuat perubahan peningkatan biaya untuk kebutuhan pangan. Terbukti dari hasil tabel yang diperoleh dari kuisiener menunjukan bahwa terjadi peningkatan setelah adanya program pengembangan sebanyak 35 responden setelah adanya program dan 34 sebelum adanya program untuk biaya kebutuhan pangan antara Rp.100.000-Rp.200.000bulan, serta untuk biaya kebutuhan pangan sebesar di atas Rp.200.000 hanya terdapat setelah adanya program pengambanagan dengan jumlah 22responden.

5.2.3 Perumahan

Dokumen yang terkait

Evaluasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

6 80 92

Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

0 27 80

DAMPAK KEBERADAAN PETERNAKAN UNGGAS TERHADAP PERUBAHAN KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT (Studi Dampak Keberadaan CV. Bumi Ayu terhadap Perubahan Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Desa Plosoarang, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar)

1 7 2

Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

0 0 14

Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

0 0 2

Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

0 0 4

Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

0 0 8

Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

0 0 3

Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

0 0 10

DAMPAK PENETAPAN DESA-DESA DI KABUPATEN SLEMAN SEBAGAI DESA WISATA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SETEMPAT

0 1 158