Perumahan Dampak Program Pengembangan Sapi Bali Terhadap Aspek

69 2. Rp.100.000- Rp.200.000 34 34 35 35 3. Rp.200.000 22 22 Jumlah 100 100 100 100 Sumber: kuesioner penelitian; 2010 Dengan adanya program diharapkan terjadi peningkatan pendapatan bagi penerima bantuan. Dengan demikian akan terjadi peningkatan konsumsi guna menuju hidup yang sejahtera. Disamping itu pengembangan program ini membuat perubahan peningkatan biaya untuk kebutuhan pangan. Terbukti dari hasil tabel yang diperoleh dari kuisiener menunjukan bahwa terjadi peningkatan setelah adanya program pengembangan sebanyak 35 responden setelah adanya program dan 34 sebelum adanya program untuk biaya kebutuhan pangan antara Rp.100.000-Rp.200.000bulan, serta untuk biaya kebutuhan pangan sebesar di atas Rp.200.000 hanya terdapat setelah adanya program pengambanagan dengan jumlah 22responden.

5.2.3 Perumahan

a. Daftar distribusi responden menurut penguasaan perumahan Melihat nilai uji statistik dengan menggunakan uji-t rata-rata berpasangan diketahui bahwa t-Hitunga -14.3 lebih kecil dari 1,66 dengan demikian ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah adanya program pengembangan sapi bali. Namun dalam dalam distribusi penguasaan rumah ini tidak terdapat hubungan, yaitu hubungan dengan menggunakan pearson corelation. 70 Tabel 27: Daftar tabel menurut penguasaan rumah No. Jenis penguasaan rumah Sebelum program Sesudah program Jumlah responden Persentase Jumlah responden Persentase 1. Milik sendiribebas sewa 26 26 100 100 2. Sewa kontrak 37 37 3. Menumpang 37 37 Jumlah 100 100 100 100 Sumber: kuesioner penelitian; 2010 Dari tabel diatas dapat kita lihat sebelum adanya program terdapat sebanyak 26 responden yang menempati rumah dengan status milik sendiri, 37 responden menempati rumah dengan status menyewa dan 37 responden lagi dengan status menumpang. Sementara terjadi peningkatan status perumahan setelah adanya program pengembangan dengan jumlah 100responden atau dengan persentase 100 yang menempati rumah sendiri. Hal ini sejalan dengan program pemerintah kabupaten Aceh tengah dengan memberikan fasilitas perumahan dengan status milik sendiri. Dengan demikian program ini berdamapak menguntungkan bagi masyarakat penerima bantuan ini serta dapat mensejahteraan masyarakat. b. Daftar distribusi responden menurut lantai bangunan Berdasrkan hasil uji-t dengan menggunakan rata-rata berpasangan di ketahui bahwa t-Hitung11.45 lebih besar dari t-Tabel 1.66, dengan demikian 71 tidak terdapat perbedaan antara sebelum maupun sesudah adanya progrm pengemban gan sapi bali. Tabel 28: Daftar tabel menurut lantai bangunan No. Jenis lantai bangunan Sebelum program Sesudah program Jumlah responden Persentase Jumlah responden Persentase 1. Keramik 9 9 2. Semen 91 91 3. Tanah 100 100 Jumlah 100 100 100 100 Sumber: kuesioner penelitian; 2010 Selain untuk memperindah rumah jenis lantai dapat mempengarui kesehatan penghuninya atau orang yang berjalan diatasnya. Disamping juga lantai dapat menjadi salah satu tempat beraktifitas bagi orang diatasnya, seperti tempat bermain anak, tempat duduk serta istirahat, dan lain sebagainya. Dengan adanya program pengembangan peternkan ini tentu akan terdapat perbedaan antara lantai hunian sebelum dan sesudah program bagi masyarakat penerima bantuan. Dari tabel terdapat 9 responden yang memiliki rumah dengan lantai keramik, 91 responden dengan lantai semen. Namun setelah adanya program sebanyak 100 responden memiliki rumah dengan lantai tanah. Hal ini tentu sangat memperihatinkan selain rumah terlihat tidak indah dan nyaman rumah dengan lantai tanah dapat memberikan potensi penyakit yang di akibatkan dari hewan merugikan yang hidup pada lantai tanah rumah. Berarti program ini tidak dapat 72 memberikan kontribusi yang baik kepada pemilik rumah penerima bantuan yang hanya menyediakan rumah dengan lantai tanah. Dari hasil pengamatan penulis pada saat penelitian kondisi lantai juga berdebu apabila tidak disiram minimal 1 kali dalam sehari. c. Daftar distribusi responden menurut jenis dinding bangunan Berdasarkan nilai statistik berdasarkan distribusi responden menurut dinding bangunan di dapatkan hasil bahwa nilai t-Hitung 22.021 lebih besar dari t-Tabel1,66 dengan demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum maupun sesudah adanya program pengembangan sapi bali. Peningkatan tidak terjadi setelah adanya program pengembangan sapi bali. Tabel 29: Daftar tabel menurut jenis diding bangunan No. Jenis dinding bangunan Sebelum program Sesudah program Jumlah responden Persentase Jumlah responden Persentase 1. Beton tembok 2 2 2. Semi permanent 89 89 3. Kayu tepas 9 9 100 100 Jumlah 100 100 100 100 Sumber: kuesioner penelitian; 2010 Dari tabel dia atas dapat dilihat bahwa sebelum adanya program pengembangan sapi bali terdapat responden yang memiliki rumah dengan dinding beton, untuk semi permanen terdapat sebanyak 89 responden, sementara untuk rumah dengan kayu atau dinding tepas di huni oleh sebanyak 9 responden. Setelah 73 adanya program pengembangan, terdapat semua masyarakat penerima bantuan atau dengan jumlah 100 responden menghuni rumah dengan dinding papan atau kayu. Walaupun pada satu sisi masyarakat diuntungkan dengan memberikan 1 unit rumahKK oleh pemerintah, tidak membawa perubahan yang besar bagi masyarakat dengan adanya program ini, yang hanya memperuntukkan perumahan dengan dinding kayu. d. Daftar distribusi responden menurut ada atau tidaknya WC di rumah Menurut distribusi responden dari keberadaan WC di kediaman responden didapatkan hasil bahwa nilai t-Hitung7.8 lebih besar dari 1,66, berarti Ho ditolak, itu artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelumdan sesudah adanya program Pengembangan Sapi Bali. Tabel 30: Daftar tabel menurut keberadaan WC di rumah No. Ada atau tidaknya WC di rumah responden Sebelum program Sesudah program Jumlah responden Persentase Jumlah responden Persentase 1. Ya 60 60 2. Tidak 40 40 100 100 Jumlah 100 100 100 100 Sumber: kuesioner penelitian; 2010 Membuat WC pada rumah dapat menghindari pencemaran dan mengotori lingkungan sekitar. Selain dapat meminimalisir bau yang tidak enak keberadaan WC dapat menghindari penyakit karena dipusatkan pada satu tempat pembuangan. Namun dari tabel diatas dapat dilihat sebelum adanya program 74 terdapat 60 responden yang mempunyai WC di rumah dan 40 responden tidak memiliki. Sementara hal ini tidak berdampak baik setelah adanya program pengembangan, dimana tidak terdapat satupun WC yang tersedia di rumah penduduk. Dari hasil pengamatan penulis WC ini hanya tersedia pada suatu tempat yang sekaligus tempat pemandian umum yeng tersedia pada setiap ruas. Hal ini sepertinya sudah menjadi sangat lumrah bagi masyarakat, terbukti dengan tidak adanya inisistif dari setiap masyarakat untuk membuat WC sendiri. Kendatipun adanya, WC hanya berbentuk persegi empat yangditutup dengan pelastik atau terpal dengan ukuran ±1 x 1. ironisnya lagi pembungannyapun langsung ke aliran sungai yang terdapat sekitar perumahan serta tidak membuat bak penampungan Tinja. Tentu hal ini akan sangat berdampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat yang bergantung pada aliran sungai kecil-kecil ini. Dengan demikian program ini tidak berdampak yang positif bagi pengembangan kesehatan dengan mengabaikan pembangunan WC pada setiap rumah warga. e. Daftar distribusi responden menurut keberadaan dapur untuk memasak di rumah Dengan melihat data responden dengan menggunakan analisis ststistik rata-rata sampel berpsangan diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan atau korelsi antara masing-msing pariabel penelitian, yaitu sebelum dan sesudah adanya Program Pengembangan Sapi Bali. Itu berarti tidak terdap perbedaan yang signifikan. Dengan demikian program ini tidak efektif terhadap pengadaan wadah untuk memasak. Dengan terdapat kesamaan antara kedua variabel ini. 75 Tabel 31: Daftar tabel menurut keberadaan dapur memasask di rumah No. Keberadaan dapur Sebelum program Sesudah program Jumlah responden Persentase Jumlah responden Persentase 1. Ya 54 54 100 100 2. Tidak 46 46 Jumlah 100 100 100 100 Sumber: kuesioner penelitian; 2010 Dapur merupakan suatu wadah atau dimana aktifitas memasak. Namun pada program ini berdamapk baik bagi penghuni rumah khususnya bagi kaum ibu. Dimana terdapat dapur untuk memasak bagi seluruh mayarakat penerima bantuan. Sementara sebelum adanya program terdapat sebanyak 54 responden yang mempunyai dapaur dan 46 responden tidak memiliki dapur untuk memasak. Dari hasil hasil pengamatan penulis dapur ini di buat diluar rumah masyarakat yang langsung berdampingan pekarangan belakang kira-kira berukuran 1x1meter, serta ditutup dengan papan atau seng dengan tinggi kira-kira 2-2,5 meter. f. Daftar distribusi responden menurut jumlah kamar tidur Dari hasil pengumpulan data serta mengadakan pengolaha dengan menggunakan metode analisis statistik rata-rata sampel berpasangan di dapatkan hasil bahwa nilai t-Hitung -0.85 lebih kecil dari 1.66, bearti Ho diterima, dengan demikian program ini efektif terhadap pengadaan ruang tidur untuk masyarakat penerima bantuan. Sementara meliahat Probabilitas p-Value 0.19 76 lebih kecil dari α=0,05. perbedaan ini terdapat pada setelah adanya program pengembangan sapi bali. Tabel 32: Daftar tabel menurut jumlah kamar tidur No. Jumlah kamar Sebelum program Sesudah program Jumlah responden Persentase Jumlah responden Persentase 1. 3 atau lebih 46 46 2. 2 kamar 54 54 3. 1 kamar 100 100 Jumlah 100 100 100 100 Sumber: Kuesioner penelitian; 2010 Setelah beraktifitas yang sangat melelahkan istirahat merupaka alternative untuk memulihkan lagi energi. Aktifitas ini tentu akan sangat terasa nikmat apabila dapat memiliki kamar untuk tidur terutama pada saat istirahat malam. Namun terjadi penurunan terjadi pada setelah adanya program pengembangan di mana hanya terdapat 1 kamar untuk 100 responden, dimana sebelum adanya program terdapat 46 responden yang memiliki 3kamar atau lebih, serta 54 responden yang memiliki 2 kamar. Dengan adanya perogaram ini sangat tidak menguntungkan bagi responden yanga memiliki banyak anggota keluarga, tentu hanya dapat memanfaatkan ruang tamu untuk tempat beristirahat. Kemudian dari hasil pengamatan penulis kamar yang disediakan hanya berukuran 3x3 meter. Bahkan ketika penulis melakukan penelitian yang menharuskan menginap di salah 77 satu rumah warga, penulis dapat merasakan tidur di ruang yang biasanya dipakai hanya pada waktu makan.

5.2.4 Pendidikan

Dokumen yang terkait

Evaluasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

6 80 92

Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

0 27 80

DAMPAK KEBERADAAN PETERNAKAN UNGGAS TERHADAP PERUBAHAN KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT (Studi Dampak Keberadaan CV. Bumi Ayu terhadap Perubahan Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Desa Plosoarang, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar)

1 7 2

Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

0 0 14

Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

0 0 2

Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

0 0 4

Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

0 0 8

Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

0 0 3

Studi Komparatif Sistem Pengembangan Sapi Bali di Luar dan di Dalam Kawasan Peternakan Terpadu di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah

0 0 10

DAMPAK PENETAPAN DESA-DESA DI KABUPATEN SLEMAN SEBAGAI DESA WISATA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SETEMPAT

0 1 158