3. Ahli waris dzawil al-arham, yaitu ahli waris yang sesungguhnya memiliki hubungan darah, akan tetapi menurut ketentuan al Qur’an, tidak berhak menerima
warisan. Apabila ahli waris dilihat dari jauh dekatnya hubungan kekerabatannya, sehingga
yang dekat lebih berhak menerima warisan dari pada yang jauh, dapat dibedakan: 1. Ahli waris hajib, yaitu ahli waris yang dekat yang dapat menghalangi ahli waris
yang jauh, atau karena garis keturunannya yang menyebabkannya dapat menghalangi ahli waris yang lain.
2. Ahli waris mahjub, yaitu ahli waris yang jauh yang terhalang oleh ahli waris yang dekat hubungan kekerabatannya. Ahli waris ini dapat menerima warisan, jika
yang menghalanginya tidak ada.
d. Contoh-contoh Pembagian Harta Warisan
Sehubungan dengan pengelompokan ahli waris yang telah disebutkan, baik ahli waris kelompok pertama, ahli waris kelompok kedua, maupun ahli waris
kelompok ketiga, maka dapat diuji melalui pembuktian ayat-ayat Alquran yang menggambarkan ada pewaris yang meninggalkan anak, orang tua ibu, janda saudara
laki-laki pewaris, dan ahli waris pengganti cucu pewaris melalui anak perempuan yang meninggal lebih dahulu dari pewarisnya; ada pewaris yang meninggalkan
anak, meninggalkan janda, dan meninggalkan saudara laki-laki ‘asabah; ada pewaris yang meninggalkan anak, cucu melalui anak perempuan yang meninggal lebih dahulu
34
dari pewarisnya, cucu yang melalui anak laki-laki yang meninggal lebih dahulu dari pewarisnya, janda, dan saudara perempuan. Sebagai contoh dapat diungkapkan
sebagai berikut. 1. Contoh Pembagian Ahli Waris Kelompok Pertama
Contoh pembagian ahli waris kelompok pertama sebagai berikut Pembagian:
I adalah ibu pewaris mendapat bagian = 16 X harta warisan Alquran Surah An-Nisa’ ayat 11d, sebagai dzawul faraid. AP + AP adalah dua orang anak perempuan pewaris
bersama seorang anak perempuan melalui anak perempuan yang meninggal lebih dahulu dari pewarisnya AWP mendapat bagian =23 X harta warisan Alqurqn
Surah An-Nisa” ayat 11b, sebagai dzawul faraid J adalah janda pewaris mendapat bagian = 18 dari harta warisan Alqur’an Surah An-Nisa’ ayat 12d, sebagai dzawul
faraid. SP adalah saudara perempuan pewaris yang terhijab dari ibunya.
31
2. Contoh Pembagian harta warisan kelompok kedua Pembagian:
AP + AP adalah dua orang anak perempuan pewaris memperoleh = 23 X harta warisan Alquran Surah An-Nisa ayat 11b, sebagai dzawul faraid. J adalah janda
pewaris memperoleh = 18 X harta warisan Alquran Surah An-Nisa ayat 12d, sebagai dzawul faraid. Ibu mendapat 16 harta warisan Alquran Surah An-Nisa ayat
11d sebagai dzawul faraid. SL adalah saudara laki-laki pewaris memperoleh = sisa
31
H. Zainudin Ali, op.cit, hal. 67
35
1-23 + 18 = 1- 1924 = 524 sebagai ‘asabah. Pembagian tersebut, dapat disimpulkan bahwa =23 atau 1624 + 18 atau 324 + 524 = 2424 = 1
3. Contoh-contoh Pembagian Harta Warisan Kelompok Ketiga Pembagian:
AP adalah anak perempuan memperoleh = 14 X harta warisan Alquran Surah An- Nisa’ ayat 11. AWL adalah anak laki-laki melalui anak perempuan yang meninggal
lebih dahulu dari orang tuanya memperoleh =14 X harta warisan Alquran Surah An- Nisa’ ayat 33 dan al-Quran Surah An-Nisa ayat: 11. AWP adalah anak perempuan
melalui anak laki-laki yang meninggal lebih dahulu dari orang tuanya memperoleh =24 X harta warisan al-Quran Surah An-Nisa ayat 33 dan al-Quran Surah An-Nisa
ayat 11. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bagian seorang anak perempuan + bagian seorang anak laki-laki melalui anak perempuan yang meninggal
lebih dahulu dari pewarisnya + bagian seorang anak perempuan melalui anak laki-laki yang lebih dahulu meninggal dari pewarisnya = 14 + 14 + 24 = 44 =1
4. Contoh-contoh Pembagian Harta Warisan Melalui Pemecahan Kasus-Kasus Awl dan Radd
Selain contoh – contoh yang diungkapkan diatas, perlu juga diuraikan metode pembagian harta warisan melalui metode pemecahan kasus – kasus awl dan rad. Awl
dan rad merupakan dua metode yang khas yang hanya dijumpai dalam kewarisan Islam.
32
a. Awl
32
H. Zainudin Ali, loc.cit, hal. 69
36
Awl adalah suatu cara penyelesaian kasus kewarisan bila terjadi ketekoran dalam pembagian harta warisan, yaitu para ahli waris yang berhak menerima harta warisan,
jumlahnya lebih banyak dari harta warisan yang akan dibagi. Untuk menghilangkan ketekoran itu supaya pembagiannya menjadi 11, dilakukan pengurangan terhdap
bagian masing-masing ahli waris secara berimbang. Contoh:
Seorang istri meninggal dunia P. Ia meninggalkan ahli waris yang terdiri atas seorang suami A dan dua orang perempuan saudara kandung B dan C. Harta
peninggalan pada saat meninggal dunia berjumlah Rp. 66.000.000,00. Selain itu, ia meninggalkan biaya rumah sakit Rp. 1.500.000,00 dan wasiat yang senilai Rp
1.000.000 dan biaya penguburan Rp 500.000,00. Oleh karena itu, jumlah harta peninggalan yang menjadi harta warisan berjumlah Rp. 63.000.000,00. Pembagian
harta dimaksud, sebagai berikut A = 12 X Rp 63.000.000,00 = Rp 31.000.000,00
B dan C = 23 X Rp 63.000.000,00 = Rp 42.000.000,00 Jumlah = Rp 73.500.000,00
Menurut ketentuan Pasal 192 Kompilasi Hukum Islam, pembagian harta warisan yang dilakukan berdasarkan ketentuan yang ada di dalam Alquran tetapi tidak cukup
misalnya dalam kasus diatas, yaitu harta warisan berjumlah Rp 63.000.000 sedangkan perhitungan bagia ahli waris yang ditetapkan bagiannya akan berjumlah Rp
31.500.000,00 + Rp 42.000.000,00 = Rp 73.000.500,00. Sehubungan kasus dimaksud, dalam hal ini berlaku yang dinamakan AWL, yaitu suami seharusnya 12
37
sama dengan 36 dan dua orang saudara perempuan seharusnya menerima 23 atau 46 sehingga menjadi: 36 + 46 = 76. Perbandingannya 3:4. Dengan demikian,
pembagiannya disesuaikan dengan perbandingan, yaitu Suami menerima 37 X Rp 63.000.000,00 = Rp 27.000.000,00
Dua orang saudara pr 47 X Rp 63.000.000,00 = Rp 36.000.000,00 Jumlah = Rp 63.000.000,00
b. Rad
Rad adalah sisa dari harta warisan sesudah dikeluarkan bagian dzul faraid, sisa itu disebut oleh Hazairin sisa kecil, maka sisa tersebut harus ditambahkan kepada
semua dzul faraid secara berimbang. Dengan perkataan lain, rad adalah pengembalian sisa dibagi secara berimbang kepada semua dzul faraid.
33
Contoh: Pembagian:
a = 18 X h.w; Alquran Surah An-Nisa ayat 12d b,c,d = 23 X h.w; Alquran Surah An-Nisa ayat 11b
e = 16 X h.w; Alquran Surah An-Nisa ayat 11d f = 0 terhalang dari ibunya
a + b + c + d + e + f = 18 + 23 + 16 + 0
33
Hazairin dan Imam Syafie berpendapat bahwa janda atau duda, meskipun mempunyai status dzul faraid
, dikecualikan memperoleh sisa bagi. Sebab, janda atau duda tidak mempunyai hubungan darah dengan si pewaris, yaitu berdasarkan Alquran Surah Al-Anfal ayat 75. dalam hubungan ini Sajuti
Thalib berpendapat bahwa rad dapat diberikan kepada janda danatau duda, oleh karena : 1 dalam hal aw
l semua dzul faraid dikenakan pengurangan secara berimbang termasuk janda atau duda. Kalau dalam hal rad janda atau duda tidak memperoleh pembagian maka jalan pikiran dimaksud, tidak
konsisten; 2 dalam Alquran sudah digariskan bahwa anak, bapakibu, janda atau duda, dan saudara memperoleh bagian kewarisan, maka dalam hal rad semestinya juga diikuti.
38
= 324 + 1624 + 424 + 0 = 2324
Jadi, ada sisa = 1-2324 = 2424 -2324 = 124. Angka inilah yang di-rad-kan kepada dzul faraid. Artinya dikembalikan kepada mereka secara berimbang. Oleh karena itu,
untuk menentukan berapa besar tambahan mereka masing-masing, harus dilihat dahulu bagian perolehan mereka masing-masing dalam pembagian yang pertama,
yaitu a = 324
b,c, dan d = 1624 e = 424
Dengan demikian, perbandingan perolrhan mereka, yaitu 3: 16 : 4. Jumlahnya 3 + 16 + 4 = 23. Angka ini dijadikan pembagi sehingga :
a mendapat tambahan = 323 X 124 = 3552 b,c,dan d mendapat tambahan = 1623 X 124 = 16552
e mendapat tambahan = 423 X 124 = 4552 Jadi, pembagian terakhir:
a = 18 + 3552 = 69552 + 3552 = 72552 b,c, dan d = 23 + 16552 = 368552 + 16552 = 384552
e = 16 + 4552 = 92552 + 4552 = 96552 a + b, c dan d + e = 72552 + 384552 + 96552 = 552552=1
contoh: seorang suami meninggal dunia tahun 2003. Ia meninggalkan seorang istri, dua orang anak yang terdiri atas seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan,
39
dua orang cucu yang terdiri atas seorang laki-laki dan seorang perempuan melalui anak perempuan yang meninggal tahun 2002, dan seorang ibu. Harta warisan yang
ditinggalkan oleh pewaris adalah senilai Rp 75.000.000,00 tujuh puluh lima juta rupiah
Penentuan porsi pembagian harta warisan adalah sebagai berikut. A + B + C + d + e + F = 18 + 23 + 16 = 324 + 1624 + 424 = 2324
Jadi, ada sisa = 1-2324 = 2424-2324 = 124. Angka inilah yang di-rad-kan kepada dzul faraid. artinya dikembalikan kepada mereka secara berimbang. Oleh karena itu,
untuk menentukan berapa besar tambahan mereka masing-masing, harus dilihat dahulu bagian perolehan mereka masing-masing dalam pembagian yang pertama,
yaitu A = 324
B, C, d dan e = 1624 F = 424
Dengan demikian, perbandingan perolehan mereka, yaitu 3:16 :4, jumlahnya 3 + 16 + 4 = 23. angka ini dijadikan pembagi sehingga
A mendapat tambahan = 323 X 124 = 3552 B, C, d dan e mendapat tambahan = 1623 X 124 = 16552
F mendapat tambahan = 423 X 124 = 4552 Jadi, pembagian terakhir:
A = 18 + 3552 = 69552 + 3552 = 72552 B, C, d, dan e = 23 + 16552 = 368552 + 16552 = 384552
40
F = 16 + 4552 = 92552 + 4552 = 96552 A + B, C, d dan e +F = 72552 + 384552 + 96552 = 552552 =1
Berdasarkan rumusan porsi pembagian ahli waris tersebut, maka: Istri mendapat = 72552 XRp 75.000.000,00 = Rp 9.782.609,00
Anak dan Cucu + 384552 X Rp 75.000.000,00 = Rp 52.173.913,00 Ibu mendapat = 96552 X Rp 75.000.000,00 = Rp 13.043.478,00
Jumlah = Rp 75.000.000,00 Anak dan Cucu masing-masing mendapat bagian sebagai berikut
Anak laki-laki = Rp 26.086.957,00 Anak peremouan = Rp 13.043.478,00
Cucu laki-laki melalui anak perempuan = Rp 8.695.652,00 Cucu perempuan melalui anak perempuan = Rp 4.347.826,00
Jumlah = Rp 52.173.913,00
34
2. Hukum Waris Adat