tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. Allah telah menetapkan yang demikian sebagai sunnah-Nya pada nabi-
nabi yang telah berlalu dahulu. dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku,
Dengan demikian kata faraid atau faridah artinya adalah ketentuan – ketentuan tentang siapa-siapa yang termasuk ahli waris yang berhak mendapatkan warisan, ahli
waris yang tidak berhak mendapatkannya, dan berapa bagian yang dapat diterima oleh mereka.
19
Adapun unsur – unsur hukum kewarisan Islam dalam pelaksanaan hukum kewarisan, terdiri atas tiga unsure yang perlu diuraikan, yaitu 1 pewaris, 2 harta
warisan, dan 3 ahli waris. Ketiga unsur tersebut saling berkaitan, dan masing- masing mempunyai ketentuan tersendiri
20
a. Pewaris
Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal berdasarkan putusan Pengadilan beragama Islam,
meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan
21
. Istilah pewaris secara khusus dikaitkan dengan suatu proses pengalihan hak atas harta dari seseorang yang
telah meninggal dunia kepada keluarganya yang masih hidup. Oleh karena itu, seseorang yang masih hidup dan mengalihkan haknya kepada keluarganya tidak
19
Ibid.
20
H. Zainudin Ali, Pelaksanaan Hukum Waris di Indonesia, Jakarta:Sinar Grafika,2008, hal. 45
21
Pasal 171 huruf b, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia
23
dapat disebut pewaris, meskipun pengalihan itu dilakukan pada saat menjelang kematiannya.
Pewaris di dalam Alquran Surah An-Nisa’ ayat 7,11,12,33, dan 176 dapat diketahui bahwa “ Pewaris itu terdiri atas orang tuaayah atau ibu al-
walidain, dan kerabat al-aqrabin. Al-walidain dapat diperluas pengertiannya menjadi kakek atau nenek kalau ayah atau ibu tidak ada. Demikian pula
pengertian anak al-walad dapat diperluas menjadi cucu kalau tidak ada anak. Begitu juga pengertian kerabat al-aqrabin adalah semua anggota keluarga
yang dapat dan sah menjadi pewaris, yaitu hubungan nasab dari garis lurus ke atas, ke bawah, dan garis ke samping. Selain itu, hubungan nikah juga menjadi
pewaris, baik istri maupun suami. Pewaris yang disebutkan di atas, perlu ditegaskan bahwa seseorang
menjadi pewaris bila telah nyata meninggal. Karena sepanjang belum jelas meninggalnya seseorang, hartanya tetap menjadi miliknya sebagaimana halnya
orang yang masih hidup. Demikian juga, bila belum ada kepastian meninggal seseorang itu dipandang masih hidup. Kepastian meninggal seseorang itu
dimungkinkan secara haqiqy, hukmy, dan taqdiry.
22
- Mati haqiqy, yaitu kematian seseorang yang dapat diketahui tanpa harus
melalui pembuktian, bahwa seseorang telah meninggal dunia. -
Mati hukmi, adalah kematian seseorang yang secara yuridis ditetapkan melalui keputusan hakim dinyatakan telah meninggal dunia. Ini biasa terjadi
22
H. Zainudin Ali, op.cit, hal. 45.
24
seperti dalam kasus seseorang yang dinyatakan hilang al-mafqud tanpa diketahui dimana dan bagaimana keadaannya. Setelah dilakukan upaya
tertentu, melalui keputusan hakim orang tersebut dinyatakan meninggal dunia. Sebagai suatu keputusan hakim, maka ia mempunyai kekuatan
hukum yang tetap, dan karena itu mengikat. -
Mati taqdiri, yaitu anggapan atau perkiraan bahwa seseorang telah meninggal dunia. Misalnya, seseorang yang diketahui ikut berperang ke
medan perang, atau tujuan lain yang secara lahiriyah diduga dapat mengancam keselamatan dirinya. Setelah beberapa tahun, ternyata tidak
diketahui kabar beritanya, dan patut diduga secara kuat bahwa orang tersebut telah meninggal dunia, maka ia dapat dinyatakan telah meninggal.
23
b. Harta