Harta Warisan dalam Sistem Hukum Waris Eropa Pewaris dan Dasar Hukum dalam Sistem Hukum Waris BW

Pasal 834 BW mengungkapkan bahwa seorang ahli waris berhak untuk menuntut segala apa saja yang termasuk harta peninggalan agar diserahkan kepadanya, berdasarkan haknya sebagai ahli waris. Pemilik hak dimaksud mirip dengan hak seorang pemilik benda. Hak menuntut ahli waris dimaksud, hanya terbatas pada seseorang yang menguasai suatu harta warisan dengan maksud untuk memilikinya. Jadi, penuntutan ini tidak dapat dilakukan terhadap pelaksanaan wasiat executeur testamentair, seorang curator atas harta peniggalan yang tidak terurus dan penyewa dari benda warisan. 44

a. Harta Warisan dalam Sistem Hukum Waris Eropa

Harta warisan dalam sistem hukum waris Eropa atau sistem hukum perdata yang bersumber pada BW meliputi seluruh harta benda beserta hak dan kewajiban pewaris dalam lapangan hukum harta kekayaan yang dapat dinilai dengan uang. Namun ketentuan tersebut ada beberapa pengecualian, yaitu hak dan kewajiban dalam lapangan hukum harta kekayaan yang tidak dapat beralih kepada ahli waris antara lain : 1. Hak untuk memungut hasil vruchtgebruik. 2. Perjanjian perburuhan, dengan pekerjaan yang harus dilakukan bersifat pribadi. 44 H. Zainudin Ali, op.cit, hal. 83. 50 3. Perjanjian perkongsian dagang, baik yang berbentuk maatcschap menurut BW maupun firma menurut WvK, sebab perkongsian ini berakhir dengan meninggalnya salah seorang anggota atau persero. Pengecualian lain, yaitu ada beberapa hak yang terletak dalam lapangan hukum keluarga, tetapi dapat diwariskan kepada ahli waris pemilik hak, yaitu a. hak seorang ayah untuk menyangkal sahnya seorang anak b. hak seorang anak untuk menuntut supaya ia dinyatakan sebagai anak sah dari ayah atau ibunya. Sistem hukum waris BW tidak mengenal harta asal dan harta perkawinan atau harta gono – gini. Sebab, harta warisan dalam BW dari siapa pun juga merupakan “kesatuan” yang secara bulat dan utuh dalam keseluruhan akan beralih dari tangan si peninggal harta warisan atau pewaris kepada seluruh ahli warisnya. Hal ini berarti dalam system pembagian harta warisan dalam BW tidak dikenal perbedaan pengaturan atas dasar asal – usul harta yang ditinggalkan oleh pewaris seperti yang diungkapkan dalam pasal 849 BW, “Undang-undang tidak memandang akan sifat atau asal dari barang– barang dalam sesuatu harta peninggalan untuk mengatur pewarisan terhadapnya”.

b. Pewaris dan Dasar Hukum dalam Sistem Hukum Waris BW

Pewaris adalah seseorang yang meninggal dunia, baik laki-laki atau perempuan yang meninggalkan sejumlah harta kekayaan maupun hak-hak yang 51 diperoleh beserta kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan selama hidupnya, baik dengan surat wasiat maupun tanpa surat wasiat. Dasar hukum bagi ahli waris untuk mewarisi sejumlah harta pewaris menurut sistem hukum waris BW adalah sebagai berikut : a. Menurut ketentuan undang-undang. b. Ditunjuk dalam surat wasiat 45 Dasar hukum tersebut menetukan bahwa untuk melanjutkan kedudukan hukum bagi harta seseorang yang meninggal, sedapat mungkin disesuaikan dengan kehendak dari orang yang meninggal itu.Undang –undang berprinsip bahwa seseorang bebas menentukan kehendaknya tentang harta kekayaannya setelah ia meninggal dunia. Namun, bila orang dimaksud tidak menetukan sendiri ketika ia masih hidup tentang apa yang akan terjadi terhadap harta kekayaannya, dalam hal demikian undang-undang kembali akan menentukan perihal pengaturan harta yang ditinggalkan oleh seseorang dimaksud. Di samping itu, peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum bagi seseorang yang akan menjadi ahli waris terhadap seseorang yang meninggal dunia adalah surat wasiat. Surat wasiat atau testamen adalah suatu pernyataan dari sesorang tentang apa yang dikehendaki setelah ia meninggal dunia. Sifat utama surat wasiat adalah mempunyai kekuatan berlaku sesudah pembuat surat wasiat meninggal dunia dan tidak dapat ditarik kembali. 45 R. Subekti, op.cit, hal. 78. 52

c. Ahli Waris Sistem BW dan Porsi Bagiannya