5. Lisensi diberikan untuk periode waktu selama-lamanya 3 tiga tahun dan dimungkinkan untuk wilayah tertentu.
9
Tata Cara Pemberian Lisensi
1. Pengumuman
a. Badan Pertanahan Nasional c.q. Deputi Bidang Survei Pengukuran dan
Pemetaan wajib menyebarluaskan pengumuman tentang tata cara dan persyaratan pemberian lisensi melalui jalur struktural maupun situs resmi
Badan Pertanahan Nasional danatau media lainnya; b.
Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi wajib menyebarluaskan pengumuman tentang tata cara dan persyaratan pemberian
lisensi di kantornya masing-masing dan melalui Kantor Pertanahan KabupatenKota serta media lainnya;
2. Tempat Pendaftaran
a. Penilai yang memiliki domisili di DKI Jakarta melakukan pendaftaran kepada
Deputi Bidang Survei Pengukuran dan Pemetaan c.q. Direktur Survei Potensi Tanah dengan memberi tembusan pada Kepala Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional Provinsi setempat;
9
Ibid
106
b. Penilai yang tidak memiliki kantor di DKI Jakarta mengajukan pendaftaran
kepada Deputi Bidang Survei Pengukuran dan Pemetaan melalui Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi setempat;
c. Penilai yang tidak memiliki kantor di DKI Jakarta dan Ibukota Provinsi
mengajukan pendaftaran pada Deputi melalui Kantor Pertanahan KabupatenKota setempat;
3. Syarat Pendaftaran
a. Penilai wajib menyampaikan persyaratan pendaftaran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 dan Pasal 10 Peraturan ini dalam pengajuan pendaftarannya; b.
Lembaga penilai harga tanah yang belum dapat memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat 1 huruf f wajib menyampaikan
surat pernyataan yang menyatakan kesanggupan untuk menyediakan Penilai Tanah Eksternal berlisensi dimaksud dalam waktu selambat-lambatnya 1
satu tahun;
4. Seleksi
a. Deputi Bidang Survei Pengukuran dan Pemetaan c.q. Direktur Survei Potensi
Tanah wajib menyelenggarakan seleksi;
b. Deputi Bidang Survei Pengukuran dan Pemetaan mengusulkan Penilai Tanah
kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional untuk memperoleh lisensi;
c. Kepala Badan Pertanahan Nasional berdasarkan usulan tersebut memberikan
lisensi kepada Penilai Tanah;
107
d. Kepala Badan Pertanahan Nasional dapat mendelegasikan pemberian lisensi
kepada Deputi Bidang Survei Pengukuran dan Pemetaan;
Jenis-Jenis Penilai Tanah
1. Penilai Tanah Internal
a. Perseorangan PNS BPN RI.
b. Memiliki keahlian dalam penilaian tanah.
c. Memiliki Sertifikat Penilai yang diterbitkan oleh BPN RI.
2. Penilai Tanah Eksternal, yaitu:
a. Lembaga Penilai Harga Tanah:
- Lembaga profesional dan independen.
- Mempunyai keahlian di bidang penilaian harga tanah.
- Memiliki lisensi dari Badan Pertanahan Nasional, dan
- Terdaftar sebagai rekanan mampu DRM oleh BupatiWalikota.
b. Pejabat Penilai Tanah:
- Perseorangan yang profesional dan independen.
- Mempunyai keahlian di bidang penilaian tanah.
- Memiliki Sertipikat Penilai oleh instansi lembaga organisasi profesi.
- Memiliki lisensi dari Badan Pertanahan Nasional.
Wewenang Penilai Tanah
108
Melaksanakan penilaian tanah di daerah kerjanya; a.
Lembaga Penilai Tanah melaksanakan penilaian tanah untuk luas tanah lebih dari 10 Ha.
b. Pejabat Penilai Tanah melaksanakan penilaian tanah untuk luas tanah hingga 10
Ha. c.
melakukan verifikasi atas dokumen objek penilaian. d.
melakukan survei, pemeriksaan dan pemetaan objek penilaian. e.
melakukan survei dan pemeriksaan objek non-fisik penilaian. f.
melaporkan hasil penilaian kepada: -
Panitia Pengadaan Tanah, -
Pemberi kerja dan -
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.
Hak dan Kewajiban
a. Hak:
- Memperoleh dokumen yang diperlukan dalam rangka tugas penilaian;
- Melengkapi datainformasi mengenai objek penilaian demi kelancaran tugas
penilaian; -
Memperoleh honorariumbiaya balas jasa dalam penilaian tanah dari pemberi kerja.
b. Kewajiban:
109
- Melakukan surveidan pemetaan atas objek penilaian secara teliti berdasarkan
norma, standar, pedoman dan mekanisme yang berlaku; -
Melakukan tugas penilaian tanah secara profesional dan independen; -
Menyusun dan menandatangani laporan penilaian Tanah; -
Menjaga kerahasiaan hasil laporan penilaian tanah; -
Melaporkan hasil kegiatan secara periodik, 2 kali dalam setahun setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember.
Syarat Memperoleh Lisensi
a. Mengajukan permohonan lisensi kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia cq. Deputi Survei, Pengukuran dan Pemetaan:
- 2 dua kali setahun akhir Pebruari atau akhir Agustus;
- Sepanjang Tahun setiap akhir bulan.
b. Direktur Survei Potensi Tanah menetapkan kriterian evaluasi serta melaksanakan
evaluasi. c.
Lisensi diberikan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional RI cq. Deputi Survei, Pengukuran dan Pemetaan untuk jangka waktu 4 tahun dengan wilayah kerja
seluruh wilayah Republik Indonesia dan dapat diperbarui.
Pembaruan Lisensi
Penilai Tanah dicabut lisensinya apabila : 110
a. Mendapat dua kali peringatan tertulis dari Kepala Kantor Wilayah; atau
b. Dijatuhi hukuman kurungan dari pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap bagi pejabat penilai tanah; atau c.
Dijatuhi hukuman oleh pengadilan akibat kelalaian dalam melakukan penilaian tanah; atau
d. Tidak memenuhi kewajiban untuk memperoleh lisensi tenaga ahli tetap bagi
lembaga penilai tanah; atau e.
Diberhentikan dengan tidak hormat dari keanggotaan asosiasiorganisasi profesi. f.
Mengajukan permohonan kepada Kepala BPN RI c.q. Deputi SPP, selambat- lambatnya 2 dua bulan sebelum jangka waktu lisensi berakhir;
g. Apabila jangka waktu pada butir 1 satu tidak dipenuhi maka pemberian lisensi
diproses sesuai dengan permohonan pertama kali.
Pembinaan Penilai Tanah
Tugas Pembinaan diserahkan pada Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi: -
Melakukan pembinaan terhadap lembagapejabat penilai tanah sesuai dengan kedudukannya.
- Memberikan teguran dan peringatan secara tertulis apabila lembagapejabat
penilai tanah melanggar kewajiban.
Pemberhentian Penilai Tanah
Penilai Tanah dicabut lisensinya apabila : 111
- Mendapat dua kali peringatan tertulis dari Kepala Kantor Wilayah; atau
- Dijatuhi hukuman kurungan dari pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap bagi pejabat penilai tanah; atau -
Dijatuhi hukuman oleh pengadilan akibat kelalaian dalam melakukan penilaian tanah; atau
- Tidak memenuhi kewajiban untuk memperoleh lisensi tenaga ahli tetap bagi
lembaga penilai tanah; atau -
Diberhentikan dengan tidak hormat dari keanggotaan asosiasiorganisasi profesi.
D.
Sistem Penentuan Nilai Harta atas Tanah dan Bangunan yang Akan Diwaris
Harta warisan yang berupa tanah dan atau bangunan merupakan aktiva yang
tidak bergerak dan sifatnya permanen, artinya tidak mudah untuk dibagi begitu saja, selain itu jika harta warisannya ada beberapa rumah atau tanah yang tempatnya
berbeda dari nilai strategis suatu wilayah, sudah barang tentu akan mempengaruhi harga suatu tanah atau rumah tersebut. Dengan demikian agar pembagian harta
warisan yang telah disepakati dapat memenuhi rasa keadilan diantara para ahli waris dan tidak menimbulkan sengketa dikemudian hari, maka harta warisan yang berupa
tanah dan atau bagunan tersebut selayaknya dinilai dulu secara nominal, sehingga akan memudahkan para ahli waris untuk membaginya. Adapun sistem penilaian harta
atas tanah dan bangunan di Indonesia ini sebenarnya telah ditentukan oleh undang-
112
undang melalui Keputusan Menteri Keuangan, yaitu Peraturan Menteri Keuangan nomor 125PMK.012008 Tentang Jasa Penilai Publik. Dimana dengan melibatkan
jasa penilai tanah ini diharapkan lebih akurat penilaiannya dari pada penawaran harga dipasaran yang sifatnya tidak tentu, tergantung pada kemampuan harga beli dari
pembeli dan kesepakatan dengan para ahli waris.
Tetapi kebanyakan masyarakat Tebet menentukan nilai harta atas tanah dan bangunan berdasarkan harga pasar atau kebiasaan yang berlaku pada masyarakat,
karena dengan berpedoman pada harga pasar dianggapnya lebih ekonomis dan efisien, hal ini disebabkan pihak ahli waris pada umumnya akan menawarkan harga
tanah atau bangunan yang akan diwaris kepada calon pembeli dengan harga setinggi- tinginya untuk melihat sejauh mana hartanya ini akan dinilai oleh calon pembeli,
dengan mengindahkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menawarkan barang berupa tanah dan atau bangunan, yang biasanya membutuhkan waktu yang lama
dalam menemukan calon pembeli, selain itu kadang – kadang dalam proses negosiasi harga juga bisa memakan waktu yang cukup lama, karena antara penjual dan pembeli
biasanya tidak mempunyai standar harga yang pasti, melainkan berdasarkan perkiraan harga pasar, dalam hal ini masyarakat dengan tetap berpegang pada harga tanah atau
bangunan pada umumnya didaerah tersebut. Setelah melalui proses tawar menawar biasanya antara penjual dan pembeli mencari nilai yang dianggap wajar dengan
kesepakatan bersama, dengan metode inilah maka nilai akan harta warisan yang berupa tanah dan bangunan tersebut dapat diketahui tanpa melibatkan pihak – pihak
113
lain seperti lembaga penilai harga tanah yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Keuangan nomor 125PMK.012008 Tentang Jasa Penilai Publik.
E. Pengaruh Penentuan Nilai Harga terhadap Pembagian Warisan atas Tanah dan Bangunan