sebuah kota yang letaknya sangat dekat dengan sumber-sumber bahan mentah
Timbulnya industri di daerah itu, yang memproduksikan barang-barang maupun jasa-jasa.
14
2 Akibat Urbanisasi
Proses urbanisasi akan menimbulkan akibat lebih jauh lagi, antara lain:
Terbentuknya suburb, tempat-tempat pemukiman baru di pinggiran kota, yang terjadi akibat perluasan kota karena pusat kota tidak mampu lagi
menampung arus perpindahan penduduk desa yang begitu banyak. Makin meningkatnya tuna karya, yaitu orang-orang yang tidak mempunyai
pekerjaan tetap. Tuna karya ini terdiri dari orang desa yang tidak segera memperoleh pekerjaan di kota, ataupun orang kota sendiri tidak berhasil
dalam persaingan memperebutkan kesempatan kerja yang sangat terbatas. Persoalan tuna karya ini akan menimbulakn berbagai kerawanan sosial,
misalnya saja makin tajamnya perbedaan antara golongan kaya-miskin yang tidak begitu terasakan di desa meningkatnya pelacuran dan kriminalitas.
Kriminalitas semua timbul karena dorongan rasa lapar, kemudian berubah menjadi pekerjaan tetap karena dianggap sebagai cara yang mudah untuk
menumpuk kekayaan dalam waktu yang singkat. Pertambahan penduduk kota yang pesat menimbulkan masalah perumahan.
Orang terpaksa tinggal dalam rumah-rumah yang sempit dan tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Hal ini akan menimbulkan masalah yang
lebih jauh lagi, yaitu kerusakan lingkungan hidup karena kota dipaksa untuk menampung penduduk yang melebihi daya tampungnya.
Lingkungan hidup yang tidak sehat, apalagi ditambah dengan adanya berbagai kerawanan sosial memberi pengaruh yang negatif terhadap
pendidikan generasi muda.
15
14
Ibid.,
D. Teori Kemiskinan
Pengertian dasar mengenai kemiskinan adalah tidak tercukupinya kebutuhan mendasar seperti pangan, sandang, dan papan. Suparlan dalam
Tumanggor menyatakan kemiskinan adalah sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau
segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat bersangkutan.
16
Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung nampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan
moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin. Klasifikasi atau penggolongan seseorang atau masyarakat itu dikatakan
miskin, ditetapkan dengan manggunakan tolok ukur yang umumnya dipakai adalah
sebagai berikut:
a. Tingkat pendapatan
b. Kebutuhan relatif
Di Indonesia, tingkat pendapatan digunakan untuk waktu kerja sebulan. Dengan adanya tolok ukur ini, maka jumlah dari siapa yang tergolong sebagai
orang miskin dapat diketahui. Tolok ukur yang dibuat dan digunakan untuk menentukan besarnya jumlah orang miskin ialah batasan tingkat pendapatan per
waktu kerja Rp30.000 perbulan atau lebih rendah yang dibuat pada tahun 19761977; di samping itu juga tolok ukur yang dibuat berdasarkan atas batas
minimal jumlah yang dikonsumsi yang diambil bersamaannya dalam beras, di mana dinyatakan batas minimal kemiskinan adalah mereka yang makan di warung
kurang dari 320kg beras di desa dan 420kg di kota pertahunnya. Tolok ukur yang lain ialah yang dinamakan tolok ukur kebutuhan relatif
per keluarga, yang batasan-batasannya dibuat berdasarkan atas kebutuhan minimal yang harus dipenuhi guna sebuah keluarga dapat melangsungkan kehidupannya
15
Abu Ahmadi, Op.cit., h. 248.
16
Ibid., h. 309.
secara sederhana tapi memadai sebagai warga masyarakat yang layak. Tercukupinya tolok ukur ini adalah kebutuhan-kebutuhan yang berkenaan dengan
biaya sewa rumah dan mengisi rumah dengan peralatan rumah tangga yang sederhana tapi memadai, biaya untuk memelihara kesehatan dan untuk
pengobatan, biaya untuk menyekolahkan anak-anak, biaya untuk sandang dan pangan sederhana tapi mencukupi dan memadai.
Kemiskinan menurut pendapat umum dapat dikategorikan dalam tiga unsur, yaitu:
a. Kemiskinan yang disebabkan aspek badaniah atau mental seseorang.
b. Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam.
c. Kemiskinan buatan.
Kemiskinan disebabkan aspek badaniah biasanya orang tersebut tidak bisa berbuat maksimal sebagaimana manusia lainnya yang sehat jasmaniah. Karena
cacat badaniah misalnya, dia lantas berbuat atau bekerja secara tidak wajar, seperti: menjadi pengemis atau meminta-minta. Menurut ukuran produktifitas
kerja, maka tidak bisa menghasilkan sesuatu yang maksimal malah lebih bersifat konsumtif, sedangkan yang menyangkut aspek mental, biasanya mereka disifati
oleh sifat malas bekerja secara wajar, sebagaimana manusia lainnya. Kemiskinan yang disebabkan karena bencana, apabila tidak segera diatasi
sama saja halnya dengan menimbulkan beban bagi masyarakat umum lainnya. Mereka yang kena bencana alam, umumnya tidak memiliki tempat tinggal bahkan
sumber-sumber daya alam yang mereka miliki sebelumnya habis oleh pengikisan bencana alam, biasanya pihak pemerintah mengambil atau menempuh dua cara,
pertama sebagai pertolongan sementara diberikan bantuan secukupnya dan tindakan berikutnya mentransmigrasikan mereka ke tempat-tempat lain yang lebih
aman dan memungkinkan mereka bisa hidup layak. Kemiskinan buatan disebut juga kemiskinan struktural, ialah kemiskinan
yang ditimbulkan oleh dan dari struktur-struktur ekonomi, ekonomi dan kultur