Selain faktor biologis banyak faktor yang mendorong manusia secara individual membutuhkan dirinya sebagai makhluk sosial sehingga terbentuk
interaksi sosial manusia satu dengan manusia lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga
hal, yakni: a.
Tekanan emosional. Kondisi psikologis seseorang sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain, apakah sedang bahagia,
senang atau sebaliknya sedih, berduka, dan seterusnya. b.
Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi yang direndahkan, maka ia akan memiliki hasrat yang tinggi untuk
berhubungan dengan orang lain. Karena ketika seseorang merasa direndahkan dengan secara spontan ia membutuhkan kasih sayang dari lain
pihak atau dukungan moral untuk membentuk kondisi psikologis kembali seperti semula.
c. Isolasi sosial. Orang yang merasa atau dengan sengaja terisolasi oleh
komunitasnya atau pihak-pihak tertentu, maka ia akan berupaya melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk
sebuah interaksi yang harmonis.
11
Sekurang-kurangnya ada enam nilai yang amat menentukan wawasan etika dan kepribadian manusia sebagai individu maupun sebagai masyarakat,
yaitu ekonomi, solidaritas, agama, seni, kuasa, dan teori. a.
Nilai teori. Ketika manusia menentukan dengan objektif identitas benda- benda atau kejadian-kejadian, maka dalam prosesnya hingga menjadi
pengetahuan, manusia mengenal adanya teori yang menjadi konsep dalam proses penilaian atas alam sekitar.
11
Ibid., h.57.
b. Nilai ekonomi. Ketika manusia bermaksud menggunakan benda-benda
atau kejadian-kejadian, maka ada proses penilaian ekonomi atau kegunaan, yakni dengan logika efisiensi untuk memperbesar kesenangan
hidup. Kombinasi antara nilai teori dan nilai ekonomi yang senantiasa maju disebut aspek progresif dari kebudayaan.
c. Isolasi sosial. Orang yang merasa atau sengaja terisolasi oleh
komunitasnya atau pihak-pihak tertentu, maka ia akan berupaya melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar
terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.
12
C. Urbanisasi
Urbanisasi adalah suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat
perkotaan.
13
Urbanisasi juga dapat dikatakan proses perpindahan keramaian dari desa ke kota. Proses urbanisasi terjadi pada negara-negara yang sudah maju
industrinya maupun yang secara relatif belum memiliki industri. Urbaniasai memiliki akibat negaif terutama di negara agraris seperti Indonesia, hal ini
disebabkan karena pada umumnya produksi pertanian sangat rendah apabila
dibandingkan dengan jumlah manusia yang dipergunakan dalam produksi tersebut. 1
Penyebab terjadinya Urbanisasi
Sehubungan dengan proses tersebut, maka ada beberapa sebab yang melibatkan suatu daerah tempat tinggal mempunyai penduduk yang banyak
dikarenakan daerah tersebut memiliki daya tarik. Sebab tersebut antara lain adalah:
Daerah yang termasuk menjadi pusat pemerintahan atau menjadi ibu kota Tempat tinggal tersebut letaknya sangat strategis sekali untuk usaha-usaha
perdaganganperniagaan, seperti misalnya sebuah kota pelabuhan atau
12
Ibid., h. 57.
13
Hartomo dan Arnicun, Ilmu Sosiologi Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. h, 248.
sebuah kota yang letaknya sangat dekat dengan sumber-sumber bahan mentah
Timbulnya industri di daerah itu, yang memproduksikan barang-barang maupun jasa-jasa.
14
2 Akibat Urbanisasi
Proses urbanisasi akan menimbulkan akibat lebih jauh lagi, antara lain:
Terbentuknya suburb, tempat-tempat pemukiman baru di pinggiran kota, yang terjadi akibat perluasan kota karena pusat kota tidak mampu lagi
menampung arus perpindahan penduduk desa yang begitu banyak. Makin meningkatnya tuna karya, yaitu orang-orang yang tidak mempunyai
pekerjaan tetap. Tuna karya ini terdiri dari orang desa yang tidak segera memperoleh pekerjaan di kota, ataupun orang kota sendiri tidak berhasil
dalam persaingan memperebutkan kesempatan kerja yang sangat terbatas. Persoalan tuna karya ini akan menimbulakn berbagai kerawanan sosial,
misalnya saja makin tajamnya perbedaan antara golongan kaya-miskin yang tidak begitu terasakan di desa meningkatnya pelacuran dan kriminalitas.
Kriminalitas semua timbul karena dorongan rasa lapar, kemudian berubah menjadi pekerjaan tetap karena dianggap sebagai cara yang mudah untuk
menumpuk kekayaan dalam waktu yang singkat. Pertambahan penduduk kota yang pesat menimbulkan masalah perumahan.
Orang terpaksa tinggal dalam rumah-rumah yang sempit dan tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Hal ini akan menimbulkan masalah yang
lebih jauh lagi, yaitu kerusakan lingkungan hidup karena kota dipaksa untuk menampung penduduk yang melebihi daya tampungnya.
Lingkungan hidup yang tidak sehat, apalagi ditambah dengan adanya berbagai kerawanan sosial memberi pengaruh yang negatif terhadap
pendidikan generasi muda.
15
14
Ibid.,