Saran SIMPULAN DAN SARAN

Sarwono, Sarlito Wirawan. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali. 1984 S, Hardo. “Arifin C.Noer Sineas Lengkap”. Jakarta: Suara Karya Minggu. Edisi Minggu ketiga Agustus 1992 Sentosa,Puji. “BiografiArifinC.Noer ” .http:pujies pujies.blogspot.com201001arifin- c-noer.html. Di unduh Senin, 27-1-2014 Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT.Grasindo. 2008 Teeuw, A. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Jakarta:Pustaka Jaya.1984 Tim Peneliti Kalangan Anak Zaman. “Laporan penelitian Existing Documentation dalam Perkembangan Teater Kontemporer di Yogyakarta periode 1950-1990 Kepingan Riwayat Teater Kontemporer ”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2000 Tumanggor, Rusmin, dkk. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.2012 Turmudzi, Muhammad Imam. Jurnal Sastra Indonesia vol 2. No 1: “Watak dan perilaku tokoh Jumena Martawangsa dalam Naskah Drama Sumur Tanpa Dasar Karya Arifin C.Noer”. Wellek, Rene dan Austin Warren. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1993 W.S, Hasannudin. Drama Dua Dimensi. Bandung: Angkasa. 2009 Yoganingrum, Ambar, dkk. Merajut Makna: Penelitian Kualitatif Bidang Perpustakaan dan Informasi. Jakarta: Cita Karyakarsa Mandiri. 2009 Yunita. Skripsi berjudul; “Pandangan Hidup Tokoh Waska dalam Naskah Drama Umang-umang Atawa Orkes Madun II Karya Arifin C.Noer dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra di SMA ”. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Zamroni. Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana Yoga. 1992 Lampiran 1 Sinopsis drama Mega-mega karya Arifin C.Noer Cerita drama Mega,mega karya Arifin C. Noer diawali dari bagian pertama. Narator menceritakan seorang tokoh perempuan sedang menyanyikan lagu jawa dengan gairah yang bersandar dibawah pohon sambil menikmati sebatang rokok, ia dipanggil Retno. Selanjutnya narator menceritakan tokoh kedua yang biasa di panggil dengan sebutan Mae. Mereka sedang membicarakan suara Retno yang merdu kemudian Mae menyuruh Retno untuk mbarang, tetapi Retno menolaknya. Retno pun membanggakan kelebihan dirinya yang dibilang montok, seketika ia pergi menyusul pemuda yang lewat didepannya. Mae dicekam sepi. Tak selang berapa lama muncul tokoh Panut yang berlaga seperti orang bisu. Mae yang panik mengira Panut benar-benar bisu hingga akhirnya ia pun menangis. Tetapi Panut malah tertawa melihatnya. Mae pun kesal dibohongi Panut lalu Mae memarahi Panut dengan megacung-acungkan kayu mengiringi kepergian Panut. Percakapan kembali terjadi antara Panut dengan Mae membicarakan pekerjaan Panut sebagai seorang pengemis. Mae yang tidak suka dengan pekerjaan itu pun menasehati Panut agar mencari pekerjaan lain, tetapi Panut tidak pernah mengindahkan larangan Mae itu. Ia tetap kekeh akan melakukan pekerjaan sebagai pengemis untuk mendapatkan uang. Pembicaran berganti topik saat Retno kembali datang dan mereka membicarakan kehamilan. Mae yang tidak bisa melahirkan anak marah dan kecewa saat Retno mengatakan Mae mandul. Mae kecewa kepada Retno yang mengatakan secara terang- terangan Mae mandul dihadapan Mae. Retno yang merasa bersalah pun akhirnya meminta maaf kepada Mae. Retno kemudian menceritakan bagaimana peristiwa yang ia alami pada saat kematian anaknya, Mae memarahi Retno karena menganggap Retno tidak bisa mengurus anak dengan biak, lalu Retno menjelaskan bahwa saat itu ia sedang bertengkar dengan suaminya yang suka mabuk. Mendengarkan cerita Retno, Mae kembali merasa sedih karena dirinya tidak bisa melahirkan anak ditambah lagi ia hidup sendiriam sekarang, merasa tersia dan tersingkirkan. Saat Retno mencoba menenangkan Mae, Hamung datang dengan ngedumel. Hamung kesal lantaran Tukijan mengundur keberangkatannya ke Sumatera karena alasan yang tak jelas menurutnya. Mae yang mendengar kabar tersebut kaget dan tak mengira bahwa Tukijan akan mengundur keberangkatannya, sebab pagi tadi Tukijan telah pamit dengan Mae. Hamung, Panut, Retno, dan Mae pun membicarakan Tukijan, namun tiba-tiba Koyal datang dengan berteriak-teriak mengatakan bahwa ia menang lotrepadahal sebenernya belum menang, baru hampir menang. Berbeda dengan Mae yang menyambut kedatangan Koyal dengan senang, tokoh lain malah mengolok-mengolok Koyal yang semakin gila karena ingin menang lotre agar menjadi orang kaya. Koyal mengatakan pada semua tokoh bahwa lot yang ia beli cuma beda satu angka, sehingga dapat dikatakan bahwa ia hampir menang meskipun belum menang. Obrolannya dengan Hamung juga semakin ngawur, Koyal lalu menceritakan impian-impiannya menjadi orang kaya namun ceritanya hanya menjadi ledekan Retno dengan Hamung. Koyal pun diajak Panut untuk ikut dengannya, tapi Koyal menolak, kemudian datanglah Tukijan. Melihat kedatangan Tukijan Koyal menjadi panik dan ikut pergi bersama Hamung. Tukijan kemudian menceritakan maksud kedatangannya. Pada bagian pertama ini, cerita ditutup dengan dialog Tukijan bersama Retno dan Mae yang mengatakan alasannya menunda keberangkatannya dan membujuk Retno agar mau ikut ke Sumatera dengannya. Pada bagian kedua merupakan puncak kegilaan Koyal. Koyal melihat angka pada lot yang ia beli memiliki angka yang sama dengan lot yang terpasang di gedungpadahal angka di lot masih berbeda sehingga ia merasa bahwa ia telah memenangkan lotre. Ia pun mengajak semua tokoh untuk turut andil menikmati khayalannya menjadi orang kaya karena menang lotre dan mau mengakui bahwa ia menang lotre. Lot lotre yang sudah dibeli kemudian akan ditukar dengan uang di bank, akan tetapi menurut petugas bank mereka hanya perlu menunjukan lot untuk bisa membeli apapun. Mereka pun gembira. Selain pergi ke bank, Koyal mengajak semua tokoh untuk makan, belanja, dan jalan-jalan. Semua itu mereka bayar hanya dengan menunjukan lot lotre. Setelah selesai jalan-jalan mereka seolah-olah beradegan layaknya keluarga kerajaan dan Koyal menjadi Rajanya. Tukijan yang tidak suka dengan kegilaan Koyal menjadi kesal dan timbullah perselisihan di dalam istana khayalan Koyal. Pada awal bagian tiga, Koyal menangis di bawah pohon beringin dan ingin semuanya mengakui bahwa dirinya memang menang lotre. Setelah berhenti dari tangisnya, ia mencoba memegang betis Retno gadis yang dia sukai, namun ketahuan oleh Tukijan yang juga menyukai Retno. Tukijan lalu memukul Koyal hingga baju yang dikenakan Koyal sobek. Mendengar keributan ini Mae dan tokoh lain terbangun dan kaget menyaksikan Tukijan memukul Koyal. Mae mencoba melerai namun sia-sia. Tukijan semakin kesal dengan Koyal karena merasa tidak dihargai Koyal, sebab Koyal tahu Tukijan juga suka Retno tetapi Koyal malah ingin memegang betis Retno didepan Tukijan. Lot lotre yang Koyal beli pun disobek Tukijan hingga membuat Koyal semakin terluka hatinya. Melihat hal itu Mae pun memarahi Tukijan. Hamung juga memarahi Tukijan, sebab mereka tahu bahwa Koyal itu gila tetapi Tukijan malah meladeninya. Tukijan mengatakan bahwa ia hanya ingin Koyal sadar maka lot lotre ia sobek. Mae melihat kejadian tersebut merasa marah terhadap Tukijan, namun ia tidak bisa melakukan apa-apa lalu Koyal pergi sambil mengejar sobekan-sobekan kertas lot lotrenya. Setelah kepergian Koyal, Hamung menasehati Tukijan bahwa yang Tukijan benci sesungguhnya Retno akan tetapi ia melampiaskannya pada Koyal. Pada bagian ini juga menceritakan sikap Hamung yang mengajari Panut menjadi pria dewasa dan untuk menjadi pria tidak boleh mudah menangis. Pada bagian ini juga menceritakan perjuangan Tukijan untuk bisa mendapatkan tanah dan mengajak Retno untuk ikut serta dengannya ke Sumatera serta meminangnya sebagai istri. Meskipun membutuhkan kesabaran menghadapi penolakan Retno namun pada akhirnya Tukijan dapat mengajak Retno serta Mae pun merestuinya. Pada bagian tiga ini merupakan bagian akhir cerita drama yang ditutup dengan dialog Mae dengan kesendiriannya di waktu fajar dibawah pohon beringin sebab para tokoh telah pergi untuk mencari pekerjaannya masing-masing. Lampiran 2 Sekuen rangkaian peristiwa Drama Mega,mega 1. Bagian pertama narator mengenalkan dua tokoh perempuan, yakni Mae dan Retno 2. Mae dengan Retno berbincang-bincang tanpa memandang satu sama lain 3. Mae menanyakan kenapa Retno tidak mau „mbarag‟ 4. Muncul tokoh Panut yang berpura-pura bisu sehingga membuat Mae panik 5. Panut tertawa melihat kepanikan Mae, Mae pun memarahi Panut dengan mengacungkan kayu hingga Panut pergi 6. Retno kembali muncul dengan memaki-maki sendirian 7. Retno dan Mae membicarakan perihal melahirkan, Mae tersinggung mendengar Retno mengatakan Mae wanita mandul 8. Hamung datang dengan memaki-maki Tukijan yang menunda keberangkatannya ke Sumatera 9. Mae, Hamung, Panut, dan Retno membicarakan Tukijan yang menunda keberangkatanya dan Koyal yang gila membeli lotre 10. Koyal datang dengan berteriak mengatakan dirinya menang lotre dan membacakan no lotnya 11. Retno dan Hamung mengolok-olok kegilaan Koyal saat bercerita menjadi orang kaya 12. Obrolan Koyal dengan Hamung semakin menjadi-jadi mengikuti kegilaan Koyal 13. Tukijan datang dengan muka yang kusam, Koyal menjadi panik melihat kedatangan Tukijan 14. Koyal kemudian pergi bersama Hamung 15. Tukijan membujuk Retno untuk ikut merantau dengannya dan mengatakan alasan ia menunda keberangkatan karena Retno 16. Bagian kedua, puncak kegilaan Koyal dalam berkhayal 17. Koyal mengajak semua tokoh untuk ikut andil menikmati khayalannya 18. Semua tokoh diajak Koyal untuk makan, belanja, dan jalan-jalan 19. Tukijan tidak mematuhi apa yang Koyal katakan 20. Koyal meminta dicarikan nama panggilan untuk menjadi seorang Raja di kerajaan khayalannya 21. Babak ketiga, Koyal menangis di bawah pohon beringin dan menyuruh semuanya untuk mengakui Koyal menang lotre 22. Koyal memegang betis Retno, Tukijan marah saat melihatnya 23. Tukijan memukul Koyal karena Tukijan merasa diremehkan saat Koyal memegang betis Retno di depannya 24. Mae bangun dan menyuruh Tukijan berhenti memukul Koyal 25. Tukijan mengintrogasi Koyal hingga Koyal ketakutan 26. Hamung menasehati Tukijan untuk menahan diri 27. Mae kembali merasa kesepian akan ditinggal anak-anaknya 28. Hamung menasehati Panut untuk menjadi laki-laki dewasa dan tidak boleh menangis 29. Panut menghantarkan Hamung ke stasiun untuk pergi merantau 30. Tukijan kembali membujuk Retno untuk ikut dengannya ke Sumatera 31. Retno bingung menentukan pilihan untuk ikut Tukijan atau menjaga Mae 32. Tukijan memarahi Retno yang tidak konsisten 33. Mae menasehati Retno untuk pergi dengan Tukijan 34. Retno menentukan pilihan untuk ikut Tukijan 35. Retno dan Tukijan pergi ke Sumatera 36. Koyal datang dengan meraung-raung kesakitan pada kepalanya 37. Mae panik melihat Koyal meraung-raung 38. Koyal mengatakan telah dipukul di orang hingga kepelanya berdarah 39. Mae tidak menemukan darah di kepala Koyal 40. Koyal kembali pergi dengan berteriak-teriak minta tolong 41. Mae kembali sendirian di bawah pohon beringin Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Satuan pendidikan : SMA Mata pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia KelasSemester : XIsebelas 2dua Standar Kopetensi : Menulis naskah drama Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah drama Alokasi Waktu : 5X45 Menit Indikator : Mampu menulis teks drama dengan menggunakan bahasa yang sesuai untuk:  Mendeskripsikan perilaku tokoh melalui dialog  Menghidupkan konflik A. Tujuan Pembelajaran Agar siswa dapat menjelaskan perilaku tokoh yang terdapat dalam teks drama

B. Materi Pokok

 Teks drama  Deskripsi watak tokoh-tokoh dalam teks drama  Menulis teks drama dengan bahasa bahasa sendiri  Unsur intrinsik drama tema, penokohan, konflik  Cara mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog dalam drama

C. Nilai Budaya dan Karakter Bangsa

 Bersahabat komunikatif  Mandiri

D. Nilai KewirausahaanEkonomi

 Kedisiplinan  Kepemimpinan

E. Metode dan skeneario Pembelajaran

 Ceramah  Diskusi kelompok  Presentasi

F. Kegiatan Belajar Mengajar

1. Kegiatan Awal

a. Guru mengucapkan salam saat memasuki ruang kelas dan mengajak berdoa sebelum pembelajaran dimulai b. Guru mengabsen siswa yang tidak hadir c. Guru mengkordinasikan siswa agar siap menerima pelajaran d. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan standar kompetensi

2. Kegiatan Inti

a. Eksplorasi

 Guru meminta kepada peserta didik untuk menyebutkan unsur- unsur intrinsik drama  Guru meminta siswa membaca teks drama yang sudah disediakan secara bergilir  Guru meminta siswa untuk mendeskripsikan watak tokoh dari naskah yang telah dibaca

b. Elaborasi

 Guru meminta siswa untuk membuat kelompok diskusi terdiri dari 3-4 siswa  Guru menjelaskan bagaimana trik menulis teks drama  Siswa berdiskusi dan menulis teks drama dengan menggunakan bahasa mereka sendiri  Siswa berdiskusi untuk mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog teks drama yang telah mereka buat  Siswa berdiskusi untuk menemukan cara menghidupkan konflik dalam teks drama  Siswa berdiskusi untuk menentukan unsur intrinsik dramatema, penokohan, konflik dari teks yang telah mereka buat  Salah satu siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya  Siswa lain memberikan tanggapan terhadap hasil didkusi kelompok yang sedang presentasi

c. Konfirmasi

 Guru memberikan kesempatan siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum diketahui  Guru menjelaskan hal-hal yang belum diketahui

3. Kegiatan Akhir

a. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan b. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucap salam

G. Sumber Belajar

a. Drama Mega,mega Karya Arifin C.Noer b. Teknik penulisan naskah drama c. Buku paket Bahasa Indonesia siswa kelas XI

H. Penilaian

1. Teknik a. Tes PG, isian, uraian b. Penugasan mendeskripsikan perilaku manusia dalam teks drama 2. Instrumen soal a. Apa yang disebut unsur intrinsik drama? b. Sebutkan unsur intrinsiktema, penokohan, konflik dalam drama Mega,mega? c. Jelaskan perilaku tokoh dalam drama Mega,mega? PENILAIAN DESKRIPSI WATAK PADA DIALOG NASKAH DRAMA Kompetensi Dasar :Mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah drama Nama Siswa : KelasNomor Absen : Tanggal Penilaian : ASPEK YANG DINILAI SKOR 1 2 3 4 5 1. Ketepatan diksi dengan watak yang dideskripsikan 2. Ketepatan jenis kalimat dengan watak yang dideskripsikan 3. Ketepatan struktur kalimat dengan watak yang dideskripsikan 4. Ketepatan isi kalimat dengan watak yang dideskripsikan 5. Ketepatan isi dialog dengan watak yang dideskripsikan 6. Ketepatan isi monolog dengan watak yang dideskripsikan 7. Penulisan kostum pendukung deskripsi watak 8. Penulisan latar pendukung deskripsi watak 9. Penulisan tata lampu pendukung deskripsi watak 10 Penulisan tata panggung pendukung deskripsi watak JUMLAH SKOR Mengetahui : Kepala SMAMA…… Abdurrahman Jakarta, Guru Mata Pelajaran Yunia Ria Rahayu

Dokumen yang terkait

Kesantunan Berbahasa dalam Naskah Drama Umang-Umang Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

6 75 106

Orientasi Masa Depan Tokoh Remaja dalam Naskah Lakon AAIIUU Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kelas XII

0 20 163

ANALISIS PERCAKAPAN TERHADAP DRAMA KAPAI-KAPAI KARYA ARIFIN C. NOER

1 8 16

CITRAAN DALAM NASKAH DRAMA MATAHARI DI SEBUAH JALAN Citraan Dalam Naskah Drama Matahari Di Sebuah Jalan Kecil Karya Arifin C Noer : Kajian Stilistika Dan Makna Yang Terkandung Di Dalamnya Serta Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Di SMA.

0 3 13

PENDAHULUAN Citraan Dalam Naskah Drama Matahari Di Sebuah Jalan Kecil Karya Arifin C Noer : Kajian Stilistika Dan Makna Yang Terkandung Di Dalamnya Serta Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Di SMA.

5 41 30

CITRAAN DALAM NASKAH DRAMA MATAHARI DI SEBUAH JALAN Citraan Dalam Naskah Drama Matahari Di Sebuah Jalan Kecil Karya Arifin C Noer : Kajian Stilistika Dan Makna Yang Terkandung Di Dalamnya Serta Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Di SMA.

1 9 20

RESISTDALAM Resistensi Arifin C. Noer Terhadap Kondisi Sosial Dalam Naskah Drama Aa-Ii-Uu: Analisis Sosiologi Sastra.

0 2 11

PENDAHULUAN Resistensi Arifin C. Noer Terhadap Kondisi Sosial Dalam Naskah Drama Aa-Ii-Uu: Analisis Sosiologi Sastra.

2 14 13

RESISTENSI ARIFIN C. NOER TERHADAP KONDISI SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA Aa – Ii – Uu: ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA Resistensi Arifin C. Noer Terhadap Kondisi Sosial Dalam Naskah Drama Aa-Ii-Uu: Analisis Sosiologi Sastra.

0 4 18

Mega Urban Ecologies Mega Urban Ecologies

0 1 8