BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Sejak manusia diciptakan, kegiatan komunikasi tidak terlepas dari aktivitas manusia itu sendiri. Untuk terus dapat melangsungkan hidupnya,
manusia harus saling berinteraksi dengan manusia lainnya melalui komunikasi. Melalui komunikasi segala aspek kehidupan manusia di dunia tersentuh.
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio yang dalam bahasa Inggris diartikan menjadi to share. Hal ini berarti komunikasi merupakan
proses memberi dan menerima dari satu pihak kepada pihak lain. Menurut Theodorson, komunikasi adalah pengalihan informasi dari satu orang atau
kelompok kepada yang lain, terutama dengan menggunakan simbol Liliweri, 1991:11.
Melalui komunikasi kita dapat melakukan pertukaran informasi, ide, sikap, pikiran. Dengan komunikasi pula kita dapat mempengaruhi orang lain dan
melakukan perubahan. Setiap masyarakat senantiasa mengalami perubahan. Perubahan ini dapat
kita amati dengan membandingkan keadaan masa sekarang dengan keadaan masa lalu. Masyarakat kota umumnya lebih cepat mengalami perubahan sosial
dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Perubahan-perubahan dalam berbagai aspek kehidupan ini telah banyak merubah nilai-nilai sosial dan pola perilaku.
Banyak hal-hal yang dulu dianggap tabu, saat ini menjadi biasa bahkan cenderung diminati.
Universitas Sumatera Utara
Arus informasi yang semakin deras mengalir ke masyarakat juga sangat berperan dalam merubah nilai-nilai yang ada dalam suatu masyarakat. Apalagi
sebagian besar masyarakat Indonesia belum memiliki media literacy yang baik sehingga cenderung menerima apa saja yang disajikan tanpa menyaringnya
terlebih dahulu. Tindakan kriminalitas seperti pembunuhan, perampokan, pengedaran
obat-obat terlarang, pemerkosaan, tindakan-tindakan anarkis menjadi hal yang biasa kita dengar. Faktor penyebab yang paling fundamental ialah sebagian besar
masyarakat tidak lagi memegang teguh nilai-nilai agama dan moral. Ini bisa terjadi akibat kurangnya pengetahuan tentang agama itu sendiri atau pengaruh
lingkungan. Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, namun tidak dapat
dipungkiri bahwa pendidikan masyarakatnya kini jauh dari nilai Islam. Pendidikan yang ada di Indonesia memang sudah menyentuh aspek modern. Pendidikan
modern ini juga melibatkan sarana yang hebat dan canggih namun bukan berarti tanpa kelemahan. Kita juga tidak memungkiri bahwa kemajuan manusia di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi melonjak jauh. Akan tetapi, dari pendidikan modern itu kita tidak menemukan kesempurnaan akhlak dan nurani. Maka,
fenomena-fenomena yang kita temukan adalah penindasan antarmanusia dan merosotnya moral.
Tujuan pendidikan modern sepertinya bergeser menjadi tercapainya tujuan material yang lantas menimbulkan rasa cinta terhadap pekerjaan dan
produksi dengan menyampingkan nilai-nilai dan norma kemasyarakatan. Sehingga sebagian besar kampus telah mengalami kemerosotan mutu dalam dua
Universitas Sumatera Utara
dimensi, yaitu dimensi ilmiah dan syar’iyyah. Artinya sebagian besar kampus bukan lagi sekedar tidak Islami tetapi juga tidak mampu berfungsi sebagai salah
satu sarana pendidikan. Karena problematika serius inilah umat Islam perlu segera mengembalikan orientasi sistem pendidikannya, yaitu pendidikan dan pembinaan
Islam yang dilaksanakan dalam konteks kehidupan modern. Mengubah sistem pendidikan yang sudah ada bukanlah hal mudah.
Untuk itu, harus dimulai dari yang paling kecil, yakni individu. Pada era 90-an, terinspirasi dari pergerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir, beberapa pemuda
Indonesia di Pulau Jawa mencoba kembali untuk memulai sistem pendidikan Islami secara berkelompok. Beberapa individu yang tertarik bergabung menjadi
satu kelompok lalu belajar, berdiskusi dengan dipandu oleh seseorang dan melaksanakannya secara rutin dan terus-menerus. Individu-individu ini kelak
diharapkan dapat mengubah sistem yang ada sedikit demi sedikit. Dari satu kelompok, peminatnya menjadi bertambah hingga gabungan dari kelompok-
kelompok tadi membentuk sebuah jamaah yang bernama Jama’ah Tarbiyah. Jama’ah tarbiyah bergabung dalam suatu komunitas yang lebih dikenal dengan
Partai Keadilan Sejahtera. Kelompok binaan kader-kader Partai Keadilan Sejahtera disebut
halaqoh. Halaqoh secara bahasa berarti lingkaran. Secara istilah, halaqoh dapat diartikan sebagai pertemuan rutin yang didalamnya berlangsung proses tarbiyah
Islamiyah pendidikan Islam dalam suasana terus mengingat Allah. Halaqoh biasanya berlangsung seminggu sekali dengan durasi minimal sekitar 90 menit.
Tempatnya bisa di mesjid, musholla kampus, rumah atau bahkan di alam terbuka. Halaqoh selalu dimulai dengan tilawah membaca ayat Al-Quran.
Universitas Sumatera Utara
Sebenarnya sistem halaqoh ini sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw. Para sahabat Rasulullah duduk membentuk lingkaran, mereka berdzikir dan
memuji Allah, membahas materi-materi agama, saling bercermin tentang ibadah masing-masing serta saling memberi semangat.
“Ketika beliau keluar tiba-tiba beliau dapati para sahabat duduk dalam halaqoh lingkaran. Beliau bertanya, “Apakah yang mendorong kalian duduk
seperti ini?”. Mereka menjawab, “Kami duduk berdzikir dan memuji Allah atas hidayah yang Allah berikan sehingga kami memeluk Islam.”
Maka Rasulullah bertanya, “Demi Allah, kalian tidak duduk melainkan untuk itu?” Mereka menjawab, “Demi Allah, kami tidak duduk kecuali untuk itu”.
Maka beliau bersabda, “Sesungguhnya saya bertanya bukan karena ragu-ragu, tetapi Jibril datang kepadaku memberitahukan bahwa Allah membanggakan
kalian di depan para malaikat.” HR Muslim, dari Mu’awiyah
Halaqoh yang rutin dilaksanakan oleh anggota Jama’ah Tarbiyah atau yang dapat juga dikatakan sebagai kader Partai Keadilan Sejahtera merupakan
sambungan dari keteladanan sejarah yang telah dicontohkan oleh para sahabat Nabi. Dalam forum seperti itulah para sahabat dibina oleh Rasulullah. Hanya saja
saat ini materi-materi halaqoh dikembangkan dan juga memanfaatkan teknologi canggih.
Halaqoh dipandu oleh seseorang yang disebut murabbi. Sedangkan peserta halaqoh disebut mutarabbi binaan. Kelompok halaqoh akhwat
perempuan tidak bergabung dengan kelompok halaqoh ikhwan laki-laki. Satu kelompok halaqoh idealnya terdiri tidak lebih dari sepuluh binaan. Tugas seorang
murabbi tidak hanya memandu halaqoh saja. Murabbi harus membina mutarabbi
Universitas Sumatera Utara
dalam arti keseluruhan. Proses membina ini berjalan beriringan. Sebagai murabbi, sesungguhnya dia juga sedang membina dirinya sendiri. Karena dalam proses itu
terjadi hubungan timbal balik. Ketika seseorang mengikuti halaqoh maka secara tidak langsung dirinya terikat secara keseluruhan dengan murabbinya.
Jika binaannya masih kuliah, seorang murabbi harus memantau segala aktivitas mereka, baik di kampus maupun di luar kampus. Murabbi menjaga
binaannya dari terpaan ideologi lain. Setelah kuliah binaan diarahkan agar tidak salah memilih tempat kerja yang tidak membuat binaannya kelak bisa keluar dari
jama’ah atau lari dari tugas-tugas dakwah. Selain itu murabbi juga berperan dalam proses pemilihan pasangan hidup binaannya ketika tiba masanya untuk
menikah. Murabbi memberikan pengarahan kepada binaannya agar tidak
menyimpang dari Al-Quran dan hadits serta tidak bertentangan dengan ketentuan jama’ah. Pengarahan ini juga dapat berbentuk sanksi jika ternyata binaannya
melanggar. Dari pemaparan di atas tergambar jelas, bahwa komunikasi antara
murabbi dan masing-masing binaannya bukan selama kegiatan halaqoh berlangsung saja. Komunikasi juga terjadi di luar jam halaqoh. Pada awalnya
komunikasi yang terjadi memang berupa komunikasi kelompok, yakni komunikasi kelompok kecil karena anggota kelompok ini tidak lebih dari sepuluh
orang. Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam buku Human
Communication, A Revision of Approaching Speech memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna
Universitas Sumatera Utara
memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat
menumbuhkan karakteristik pribadi dan karakterisitik anggota lainnya http:adiprakosa.blogspot.com.
Komunikasi yang terjadi di luar halaqoh merupakan komunikasi antarpribadi. Dengan begitu, murabbi dapat terus membina dan mengawasi gerak
para binaannya. Menurut De Vito, komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan
dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek umpan balik langsung Liliweri, 1991:12. Komunikasi antarpribadi sangat efektif dalam upaya merubah
pandangan, sikap maupun perilaku seseorang karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan.
Ciri-ciri komunikasi antarpribadi antara lain: biasanya terjadi secara spontan, memiliki akibat yang disengaja dan tidak disengaja, berlangsung
berbalas-balasan, menghendaki paling sedikit melibatkan hubungan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan serta
menggunakan lambang-lambang yang bermakna. Komunikasi antarpribadi sangat bermanfaat untuk menjalankan fungsi persuasi terhadap orang lain karena sifatnya
yang dialogis. Halaqoh adalah sarana untuk mempertemukan sosok murabbi dan
binaanya. Halaqoh termasuk dalam kategori komunikasi kelompok kecil. Walaupun komunikasi kelompok kecil pada kegiatan halaqoh tetap dilakukan,
namun tetap terjadi komunikasi antarpribadi murabbi dan binaannya. Karena komunikasi antarpribadi juga dapat memberikan tujuan pendidikan Islami yang
Universitas Sumatera Utara
diinginkan selain komunikasi kelompok. Hal ini karena komunikasi antarpribadi memiliki kelebihan-kelebihan. Dengan komunikasi antarpribadi, kita dapat
mengetahui secara langsung apakah kita dapat diterima oleh lawan bicara atau tidak. Kita juga dapat mengetahui apakah pesan kita dapat diterima dan
dimengerti oleh pihak lain. Kita dapat mengontrol pesan yang kita sampaikan apabila ternyata pihak yang menerima pesan kita salah memaknai pesan. Dan
yang paling penting adalah kita dapat mengatur mutu pesan. Selain itu, dengan komunikasi antarpribadi kita dapat membina suatu hubungan akrab.
Setiap binaan tentu memiliki sifat dan karakter yang berbeda. Ketika mereka bergabung dengan jama’ah dan harus mengikuti kegiatan halaqoh, mereka
secara otomatis dituntut untuk tsiqah kepada murabbi mereka. Sebenarnya sulit untuk menterjemahkan kata tsiqah ke dalam Bahasa
Indonesia. Sebab tidak ada kata yang benar-benar tepat sesuai dengan makna kata tsiqah itu sendiri. Tsiqah menurut bahasa berarti percaya lalu taat. Hasan Al-
Banna dalam buku Syarah Risalah Ta’alim mendefenisikan kata tsiqah sebagai rasa percaya yang dapat menumbuhkan rasa cinta, pengharghaan, penghormatan
dan akhirnya melahirkan ketaatan. Dari defenisi di atas, yang paling ditekankan dari tsiqah adalah
ketaatan.Taat dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti patuh, berbakti, setia. Seorang binaan harus percaya dan kemudian taat kepada murabbinya. Binaan
harus melibatkan murabbi dalam aktivitas-aktivitasnya, keputusannya, menerima keputusan yang ditetapkan oleh murabbi mereka tanpa rasa keberatan. Binaan
juga harus melaksanakan perintah-perintah dari murabbi terutama yang berkaitan dengan kerja dakwah. Bahkan ketika akan menikah, seorang binaan harus
Universitas Sumatera Utara
melibatkan murabbinya mulai dari proses pemilihan pasangan hingga acara pernikahan itu sendiri.
Tentu suatu hal yang sangat tidak biasa bagi seseorang untuk melaksanakan perintah, menerima keputusan seseorang lain, melibatkannya dalam
setiap aktivitas, padahal seseorang lain itu dapat dikatakan bukan siapa-siapa, bukan orang tua kita, bukan seseorang yang membiayai kehidupan kita bahkan
kita tidak mendapatkan keuntungan materi dari semua itu. Ditambah lagi dengan harus menerima sanksi atau hukuman atas pelanggaran agama maupun sosial yang
dilakukan. Kita harus melapor kesalahan yang kita lakukan jika seseorang lain itu tidak mengetahuinya dan siap menerima ganjarannya.
Semua itu tentu sangat tidak biasa. Tetapi itulah yang harus dijalani seseorang ketika dirinya menerima bahwa ia adalah seorang mutarabbi, seorang
binaan, seorang anggota dari Jama’ah Tarbiyah, seorang kader dari Partai Keadilan Sejahtera. Binaan harus taat kepada murabbinya.
Sikap taat tidak akan bisa secara langsung tertanam dalam diri binaan Seorang murabbi harus berkomunikasi dengan mutarabbinya, memberikan
pemahaman-pemahaman agar sedikit demi sedikit sikap taat tumbuh dalam diri mutarabbi, bukan sebaliknya binaan malah keluar dari jama’ah. Disinilah
komunikasi antarpribadi sangat berperan. Murabbi memberikan materi-materi dalam bentuk komunikasi kelompok
kecil. Selebihnya pemahaman yang lebih mendalam dilakukan pada saat komunikasi antarpribadi berlangsung.
Penulis sangat ingin tahu bagaimana proses komunikasi kelompok kecil dan yang dilakukan murabbi dan binaanya. Dari pengamatan peneliti, hampir
Universitas Sumatera Utara
semua kader Partai Keadilan Sejahtera tsiqah terhadap murabbinya. Mereka taat terhadap apapun yang dilakukan atau diputuskan murabbi untuk mereka.
Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, penulis sangat tertarik untuk meneliti komunikasi kelompok kecil murabbi dan binaanya dalam menanamkan
sikap taat.
1.2. Perumusan Masalah