Kegunaan Penelitian Tinjauan Pustaka Kelapa Sawit

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 Sebagai gambaran dan bahan informasi bagi petani untuk mengetahui seberapa besar perbandingan antara usahatani kelapa sawit, kakao dan karet. 2 Sebagai bahan informasi atau masukan bagi pengelola kelapa sawit, kakao dan karet dalam mengembangkan usahataninya. 3 Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Universitas Sumatera Utara TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa Sawit

Kelapa sawit Elaeis termasuk golongan tumbuhan palma. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Sawit menjadi populer setelah Revolusi Industri pada akhir abad ke-19 yang menyebabkan permintaan minyak nabati untuk bahan pangan dan industri sabun menjadi tinggi Kamaruddin, 2004. Disamping itu, kelapa sawit juga merupakan suatu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting, yang dahulu sebagai tanaman liar yang kemudian dibudidayakan sehingga menjadi komoditi yang diunggulkan Risza, 1994. Tanaman kelapa sawit Elaeis guineensis termasuk famili Arecacease. dengan sistematika taksonomi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Magnoliophyta Klass : Liliopsida Ordo : Arecales Famili : Arecaceae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis Kamaruddin, 2004 Universitas Sumatera Utara Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 2.000 2.500 mmTahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Curah hujan yang merata dapat menurunkan penguapan dari tanah dan tanaman kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah antara lain: tanah padsolik coklat, padsolik kuning, padsolik coklat kekuningan, padsolik merah kuning, hidromorfik kelabu, alluvial, regosol, gley humik, organosol tanah gambut. Keasaman tanah pH sangat menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah antara 4 6,5 sedangkan pH optimum berkisar 5 5,5. Permukaan air tanah dan pH sangat erat kaitannya dengan ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang, dan daun sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembangan terdiri dari bunga dan daun Risza, 1994. A. Bagian Vegetatif 1. Akar Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman selain itu sebagai penyangga berdirinya tanaman sehingga mampu menyongkong tegaknya tanaman pada ketinggian yang mencapai puluhan meter hingga tanaman berumur 25 tahun. Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, ujungnya runcing, dan berwarna putih atau kekuningan. Universitas Sumatera Utara 2. Batang Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil tidak bercabang dan tidak mempunyai kambium. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang terus berkembang membentuk daun dan ketinggian batang. Diameter batang dapat mencapai 90 cm. Tinggi batang untuk tanaman komersial tidak lebih dari 12 meter. Jika tanaman telah mencapai ketinggian lebih dari 12 meter sudah sulit dipanen, maka pada umumnya tanaman di atas umur 25 tahun sudah diremajakan. 3. Daun Daun kelapa sawit membentuk suatu pelepah bersirip genap dan bertulang sejajar. Panjang pelepah dapat mencapai 9 meter; jumlah anak daun tiap pelepah dapat mencapai 380 helai. Panjang anak daun dapat mencapai 120 cm. Pelepah daun sejak mulai terbentuk sampai mencapai 60 pelepah Risza, 1994. B. Bagian Generatif 1. Bunga Bunga jantan maupun betina tumbuh di ketiak daun, keduanya tumbuh dalam pohon yang sama, berumah satu, tetapi tidak lazim terdapat bunga majemuk jantan dan betina sekaligus dalam satu pohon. Bunga hermaprodit sering terdapat pada tanaman kelapa sawit, terutama pada masa awal pembungaan Balai Penelitaian Perkebunan, 1988. 2. Buah Buah disebut juga fructus. Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh baik dan subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3,5 tahun jika dihitung mulai dari pertanaman biji kecambah di Universitas Sumatera Utara pembibitan. Namun, jika dihitung mulai penanaman di lapangan maka tanaman berbuah dan siap panen pada umur 2,5 tahun. Berdasarkan tebal tipisnya tempurung cangkang dan kandungan minyak dalam buah maka kelapa sawit dapat dibedakan dalam 3 tipe, yakni: - Tipe Dura : tempurung sangat tebal, kandungn minyak dalam buah rendah. - Tipe Pisifera : tempurung sangat tipis bahkan hanya berbentuk bayangan cincin. - Tipe Tenera : merupakan persilangan Dura sebagai pohon ibu, dengan pisifera sebagai pohon bapak. Tenera bertempurung tipis kandungan minyak tinggi Risza, 1994. Keberhasilan suatu usaha perkebunan kelapa sawit antara lain ditentukan oleh faktor bahan tanaman atau bibit yang memiliki sifat-sifat unggul. Bibit yang unggul akan menjamin suatu pertumbuhan yang baik dan tingkat produksi yang tinggi apabila perlakuan dilaksanakan secara optimal. Pembibitan kelapa sawit merupakan titik awal yang paling menentukan masa depan pertumbuhan kelapa sawit di lapangan. Bibit yang unggul merupakan modal dasar untuk mencapai produktivitas yang tinggi. Standar bibit yang baik dapat dilihat dari diameter batang tegap, tinggi bibit jagur, jumlah daun cukup dan tidak terlihat terserang hama dan penyakit sehat. Seleksi bibit harus dilakukan dengan ketat secara bertahap yaitu 2 bulan sekali dimulai dari penerimaan kecambah sampai seleksi yang terakhir pada saat pemindahan ke lapangan Risza, 1994. Universitas Sumatera Utara Peremajaan atau tanaman ulang untuk budidaya kelapa sawit juga tidak memerlukan pengolahan tanah yang intensif seperti budidaya lainnya, khususnya untuk areal bekas tanaman kelapa sawit atau kelapa yang pernah terserang penyakit gonoderma berat sebaiknya diolah dengan alat berat traktor. Tanah diluku sedalam + 40 cm sehingga sisa-sisa akar keluar dan terjemur matahari. Pembangunan penutup tanah kacangan tujuannya adalah untuk mengurangi erosi permukaan tanah, menambah bahan organik dan cadangan unsur hara, memperbaiki aerasi, menjaga kelembaban tanah, menekan perkembangan gulma sekaligus menghemat biaya penyiangan dan biaya pemupukan serta menekan gangguan kumbang Oryces Risza,1994. Pada umumnya kelapa sawit ditanam dengan jarak 9 x 9 m segitiga sama sisi. Dengan jarak tanam ini maka dalam satu hektar terdapat 143 pohon tanaman. Penanaman sebaiknya diusahakan pada permulaan musim hujan. Bibit yang dianggap standar dan normal dapat ditanam di lapangan antara umur 10 12 bulan. Jika dalam keadaan terpaksa tidak boleh lebih dari umur 20 bulan,penggunaan bibit yang terlalu muda, dibawah umur 8 bulan, sering mendapat gangguan hama akibatnya banyak yang menyisip dan tanaman tidak homogen. Akibatnya selanjutnya adalah pertumbuhan tanaman terganggu dan produktivitas di masa depan akan terancam Balai penelitian perkebunan, 1988. Tujuan dilakukan pemeliharaan yang tetap dan teratur sejak penanaman sawit sampai TBM Tanaman Belum Menghasilkan umur 3 tahun adalah untuk mencapai tingkat pertumbuhan tanaman yang sehat, jagur, tegap dan homogen. Pupuk yang dipakai dapat berupa pupuk majemuk compound atau campuran dari beberapa macam pupuk tunggal ZA, TSP, KCL, Kieserit, dengan Universitas Sumatera Utara perbandingan kadar hara yang setara dengan pupuk majemuk Balai penelitian perkebunan, 1988. Kakao Kakao merupakan satu-satunya di antara 22 jenis marga Theobrom, suku Sterculiaceae yang diusahakan secara komersial. Menurut Tjitrosoepomo 1988 sistematika tanaman ini sebagai berikut : Divisi : Spermathophyta Anak divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Anak kelas : Dialypetalae Bangsa : Malvales Suku : Sterculiaceae Marga : Theobroma Jenis : Theobroma cacao L. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004. Faktor iklim merupakan salah satu syarat utama pembudidayaan tanaman kakao. Tanaman kakao tumbuh di daerah yang berada pada 10 LU - 10 LS, namun dilihat dari penyebaran pertanaman kakao terdapat pada daerah dengan penyebaran curah hujan dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun. Oleh karena itu, Indonesia yang terletak diantara 5 LU dan 10 LS merupakan daerah pengembangan yang cocok untuk melaksanakan perkebunan kakao Poedjiwidodo, 1996. Tanaman kakao dapat tumbuh pada tanah yang memiliki kisaran pH 4,0 8,5. Namun pH yang ideal adalah 6,0 7,5 dimana unsur-unsur hara dalam tanah Universitas Sumatera Utara cukup tersedia bagi tanaman. Pada pH yang tinggi misalnya lebih dari 8,0 kemungkinan tanaman akan kekurangan unsur hara, dan akan keracunan Al, Mn dan Fe pada pH yang rendah, misalnya kurang dari 4,0 Susanto, 1994. Tanaman kakao terdiri dari beberapa bagian antara lain yaitu : 1. Akar Akar kakao adalah akar tunggang Radix primaria. Pertumbuhan akar kakao bisa sampai 8 m kearah samping dan 15 m kearah bawah. Kakao yang diperbanyak secara vegetatif pada awal pertumbuhannya tidak menumbuhkan akar tunggang, melainkan akar-akar serabut yang banyak jumlahnya. 2. Batang Batang kakao dapat tumbuh sampai ketinggian 8-10 m dari pangkal batangnya pada permukaan tanah. Tanaman kakao punya kecenderungan tumbuh lebih pendek bila ditanam tanpa pohon pelindung Siregar,dkk, 2004. 3. Daun Daun kakao bersifat dimorfisme. Pada tunas ototrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 m. Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004. 4. Bunga Bunga kakao tumbuh pada batang atau cabang yang secara physiologis telah dewasa. Pada umumnya bila kondisi lingkungan baik bunga akan muncul pada tanaman yang berumur  2 tahun PT. Perkebunan Nusantara IV, 1996. Universitas Sumatera Utara 5. Buah Buah kakao berupa buah buni yang daging dan bijinya sangat lunak. Kulit buah mempunyai 10 alur dan tebalnya 1-2 cm. Pada waktu muda, biji menempel pada bagian dalam kulit buah, tetapi bila buah telah matang anak-anak biji akan terlepas dari kulit buah Susanto, 1994. Sesungguhnya terdapat banyak jenis tanaman kakao, namun jenis yang paling banyak ditanam untuk produksi kakao, namun jenis yang paling banyak ditanam untuk produksi kakao secara besar-besaran hanya 3 jenis yaitu: a. Jenis Criollo Kakao jenis ini terdiri dari Criollo Amerika Tengah dan Criollo Amerika Selatan. Jenis ini menghasilkan biji kakao yang bermutu sangat baik dan dikenal dengan kakao mulia. Buahnya berwarna merah atau hijau, kulit buahnya tipis berbintil-bintil kasar dan lunak. Biji buahnya berbentuk bulat telur dan berukuran besar dengan kotiledon berwarna putih pada waktu basah. b. Jenis Forastero Kakao jenis ini diusahakan oleh berbagai negara produsen kakao dan menghasilkan biji kakao yang mutunya sedang atau dikenal juga sebagai ordinary cocoa. Buahnya berwarna hiaju, kulitnya tebal. Biji buahnya tipis atau gepeng dan kotiledon berwarna ungu pada waktu basah. c. Jenis trinitariao Kakao ini merupakan campuran atau hibrida dari jenis criollo.Dengan jenis forasteto alami, sehingga kakao jenis ini sangat heteregon. Kakao Trinitario menghasilkan biji kakao yang termasuk fine flavour cocoa dan Universitas Sumatera Utara ada yang termasuk bulk cocoa. Berdasarkan bentuk buahnya Trinitario dapat dibedakan menjadi 4 golongan: 1. Angoleta 2. Cundeamor 3. Amelonado 4. Calabacillo Sunanto, 1992. Tanaman kakao dikenal sebagai inang berbagai jenis hama dan penyakit. Adanya hama penyakit dapat menjadi kendala penting dalam budidaya kakao. Untuk mengatasi kendala tersebut, penggunaan bahan unggul yang toleran salah satu komponen dalam pengendalian hama penyakit secara terpadu akan memiliki peran yang penting alasannya, selain cepat mengurangi kehilangan hasil akibat serangan hama dan penyakit, penggunaan bahan unggul yang toleran dapat mengurangi penggunaan pestisida sehingga akan mengurangi biaya pemeliharaan tanaman secara keseluruhan Anonimus, 2004. Panen dan pascapanen kakao merupakan kegiatan yang penting, karena berpengaruh terhadap mutu biji kakao yang dihasilkan. Produktivitas yang tinggi tanpa diikuti cara panen dan pascapanen yang benar tidak akan menjamin pendapatan yang tinggi. Pada saat panen buah kakao harus diperhatikan tingkat kemasakan dan cara panennya. Sedangkan pada masa pasca panen kakao kegiatan yang dilaksanakan adalah pemeraman buah, fermentasi, pencucian, penuntasan, pengeringanpenjemuran, sortasi, dan penyimpanan Poedjiwidodo, 1996. Universitas Sumatera Utara Karet Ada dua jenis karet yang pertama yaitu karet sintesis yang merupakan karet olahan pabrik yang sebagian besar dibuat dengan mengandalkan minyak bumi dan yang kedua adalah karet alam yang berasal dari tanaman Hevea brasiliensis. Tanaman karet Hevea brasiliensis Muel.Agr termasuk famili Euphorbiaceae. Dalam dunia tumbuhan tanaman karet tersusun dalam sistematika sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta Klass : Dicotyledoneae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Hevea Spesies : Hevea brasilensis Tim penulis, 2004. Tanaman karet adalah tanaman tropis, secara geografis tersebar antara 10 LU sampai 10 LS. Zona paling cocok dan paling produktif adalah 6 LU sampai 6 LS. Penyebaran pertanaman karet sangat dipengaruhi oleh penyebaran hujan dan tinggi tempat dari permukaan laut. Itu sebabnya, tidak semua propinsi di Indonesia memiliki perkebunan rakyat Sianturi, 2001. Curah hujan rata-rata yang sesuai bagi pertumbuhan karet adalah sekitar 2000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 100-150 hari hujan. Suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata-rata 25-30 C. Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 1-600 m dpl Tim Penulis, 1998. Universitas Sumatera Utara Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti tanah berpasir hingga tanah laterik merah dan padsolik kuning, tanah abu gunung, tanah berliat serta tanah yang mengandung peat Syamsulbahri, 1996. Tanaman karet dapat diperbanyak dengan cara generatif maupun vegetatif, dimana tanaman karet terdiri dari beberapa bagian antara lain : 1. Batang Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. 2. Daun Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun antara 3-10 cm pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. 3. Bunga Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan betina yang terdapat dalam malai payung tambahan yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng. Pada ujungnya terdapat lima taju yang sempit. 4. Buah Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai enam ruang. Bila buah sudah masak, maka akan pecah dengan sendirinya. Pemecahan ini berhubungan dengan pengembangbiakan tanaman karet secara alami Tim Penulis, 2007. Universitas Sumatera Utara Adapun kelebihan dari karet alam adalah : 1. Memiliki daya elastisitas atau daya lenting sempurna. 2. Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah. 3. Mempunyai daya aus yang tinggi. 4. Tidak mudah panas. 5. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan. Disamping itu karet alam memiliki kelemahan, walaupun memiliki beberapa kelemahan dipandang dari sudut ilmiah dan bisnisnya, akan tetapi karet alam memiliki pangsa pasar yang baik. Beberapa industri tertentu tetap memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam ini Sianturi, 2001. Karet banyak digunakan dalam industri-industri barang antara lain aneka ban kendaraan sepeda motor, traktor hingga pesawat terbang, sepatu karet, peralatan rumah tangga dan lain-lain. Untuk memperoleh hasil karet yang bermutu tinggi, pengumpulan lateks hasil penyadapan di kebun dan kebersihan harus diperhatikan. Pengumpulan lateks dilaksanakan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks, diantaranya adalah: - Faktor kebun jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain. - Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan. - Pengangkutan goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu. - Kualitas air dalam pengolahan. - Komposisi lateks. Tim Penulis, 2004. Universitas Sumatera Utara Bibit karet yang dianjurkan dalam budidaya karet adalah bibit yang berasal dari klon-klon unggul untuk batang atas dalam okulasi bibit karet. Ferweda 1969 membuktikan bahwa penggunaan klon dapat menaikkan produksi yang mencolok dibandingkan dengan asal biji Setyamidjaja,1993. Adapun beberapa klon tanaman karet yang dihasilkan oleh lembaga- lembaga penelitian di Indonesia adalah sebagai berikut: - Dari lembaga penelitian di Sumatera: AVROS 33,AVROS 36,AVROS 49, AVROS 80, Serial klon TM seperti TM 2, TM 6, TM 8 dan TM 9. - Dari lembaga penelitian di Jawa : BD 5, WAR 4, TJIR 1, GT 1, LCB 497, LCB 510PR 107, LCB 1320, dan WR 101. Tim Penulis, 2004. Ada beberapa macam karet yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan. Bahan olahan ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga karet yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi. Jenis-jenis karet yang dikenal luas adalah: - Bahan olahan karetlateks kebun, sheet angin, slab tipis dan lump segar. - Karet olahan konvensional sheet dan crepe. - Lateks pekat. - Karet bongkah atau block rubber. - Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber - Type rubber - Karet rekin Tim Penulis, 2004. Universitas Sumatera Utara

2.2 Landasan Teori