Landasan Teori Latar Belakang

2.2 Landasan Teori

Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki yang dikuasai sebaik-baiknya; dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran output yang melebihi masukan input Soekartawi, 2001. Usahatani merupakan suatu kegiatan produksi dimana peranan input faktor produksi atau korbanan produksi dalam menghasilkan output hasil atau produksi menjadi perhatian yang utama. Peranan input bukan saja dilihat dari macam atau ketersediaan dalam waktu yang tepat, tetapi dapat juga dari segi efisiensi penggunaan faktor tersebut Sianipar, 1998. Dalam usahatani, produksi diperoleh melalui suatu proses yang cukup panjang dan penuh resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama, tergantung pada jenis komoditas yang diusahakan. Tidak hanya waktu, kecukupan faktor produksipun ikut sebagai penentu pencapaian produksi Daniel, 2002. Produksi itu terjadi karena adanya perpaduan antara faktor-faktor alam, tenaga, dan modal dibawah asuhan atau usaha pengelolaan petani. Fungsi unsur alam dalam usahatani atau usaha pertanian dipandang dari sudut sosial ekonomis sangat tergantung daripada sifat atau tujuan dari usaha pertanian Tohir, 1991. Analisis usahatani merupakan suatu analisis pendapatan usahatani sehingga salah satu cara untuk mengetahui keuntungan atau kerugian dari suatu proses produksi, analisis usahatani hendaknya diketahui atau dimengerti oleh para Universitas Sumatera Utara petani sehingga mereka mengetahui keadaan usahataninya, yaitu apakah mereka memperoleh keuntungan atau sebaliknya. Hal ini berkaitan dengan bagaimana mereka mengelola usahatani. Beberapa faktor produksi yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produksi meliputi 1 luas lahan yang dimiliki, 2 jumlah benih yang digunakan, 3 jumlah tenaga kerja yang digunakan, 4 banyaknya pupuk yang digunakan, 5 banyaknya pestisida yang digunakan, 6 keadaan pengairan, 7 tingkat pengetahuan dan keterampilan petani atau tingkat teknologi, 8 tingkat kesuburan tanah, 9 iklim atau musim, 10 modal yang tersedia Soekartawi, 2002. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha, dan skala usaha ini akhirnya akan mempengaruhi efisiensi atau tidaknya suatu usaha pertanian. Seringkali dijumpai, makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian akan semakin tidak efisienlah lahan tersebut. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakam yang mengarah pada segi efisien akan berkurang. Sebaiknya pada luasan lahan yang sempit, upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan tersedia. Modal juga tidak terlalu besar, sehingga usaha pertanian seperti ini sering lebih efisien Soekartawi, 2002. Setelah tanah, modal adalah nomor dua pentingnya dalam produksi pertanian dalam arti sumbangan pada nilai produksi. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru yaitu dalam hal ini, hasil pertanian. Universitas Sumatera Utara Modal petani yang berupa barang diluar tanah adalah ternak beserta kandangnya, cangkul, bajak, dan alat-alat pertanian lain, bibit dan hasil panen yang belum dijual Mubyarto, 1989. Sebagai faktor produksi, tentu modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian. Tanpa modal, sudah pasti usaha tidak dapat dilakukan, paling tidak modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit dan upah tenaga kerja. Kecukupan modal mempengaruhi ketepatan waktu dan ketetapan takaran dalam pembinaan masukan Daniel, 2002. Faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulan komparatif suatu daerah antara lain adalah kedudukan geografi, topografi, faktor pedologi atau dalam hubungannya dengan faktor-faktor ekonomi atau pun sosial budaya. Dengan memperhatikan keungulan komparatif tersebut maka setiap petani tidak akan kecewa dalam usahataninya, karena kemungkinan untuk mengalami kegagalan secara agroekonomis kecil sekali, kecuali mengalami bencana alam yang kejadiannya secara tiba-tiba sehingga petani tidak mampu untuk menghindarinya dengan cepat Rodjak, 2002. Analisis komparasi atau perbedaan merupakan prosedur statistik untuk menguji perbedaan diantara dua data variabel atau lebih. Analisis perbedaan atau uji perbedaan ini sangat tergantung pada jenis data nominal, ordinal, interval, dan rasio dan kelompok sampel yang diuji. Jenis teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif harus sesuai dengan jenis data atau variabel berdasarkan skala pengukuran Hasan, 2003. Universitas Sumatera Utara Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani swasembada, khususnya faktor tenaga kerja petani dan para anggota keluarganya. Dalam usahatani swasembada atau uasahatani keluarga, faktor tenaga kerja keluarga petani merupakan unsur penentu Tohir, 1991. Tenaga kerja manusia terdiri atas tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Perhitungan tenaga kerja ketiga jenis tersebut berbeda-beda. Perhitungan tenaga kerja dalam kegiatan proses produksi adalah menggunakan satuan HKP. Pengukuran tenaga kerja dapat diukur dengan rumus sebagai berikut: 1. Untuk tenaga kerja pria : jam kerja 1 x 1 HKP 2. Untuk tenaga kerja wanita : jam kerja x 0,8 HKP 3. Untuk tenaga kerja anak-anak : jam kerja x 0,5 x 1 HKP Hernanto, 1993. Setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja. Oleh karena itu dalam analisa ketenagakerjaan di bidang pertanian, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Seperti dijelaskan sebelumnya skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya berapa tenaga kerja yang dibutuhkan dan menentukan macam tenaga kerja yang bagaimana yang diperlukan. Biasanya usaha pertanian skala kecil akan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan tidak perlu tenaga kerja ahli skilled. Sebaliknya pada usaha pertanian skala besar, lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dengan cara sewa dan sering dijumpai diperlukannya tenaga kerja yang ahli, misalnya tenaga kerja yang mampu mengerjakan traktor, dan sebagainya Soekartawi, 2002. Universitas Sumatera Utara Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut: TRi = Yi . Pyi Dimana: TR = Total penerimaan Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga y Bila jenis tanaman yang ditanam adalah lebih dari satu maka rumus diatas berubah menjadi: TR =   n i 1 Yi . Pxi Yaitu n = jumlah jenis tanaman yang diusahakan Oleh karena itu dalam menghitung total penerimaan usahatani perlu dipisahkan: 1. Analisi parsial usahatani 2 Analisis keseluruhan usahatani Soekartawi, 2001. Biaya usahatani biasanya dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: 1. Biaya tetap fixed cost 2. Biaya tidak tetap variable cost Biaya tetap ini umumnya didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Contoh biaya tetap antara lain: sewa tanah, pajak, alat pertanian dan iuran irigasi. Disisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Universitas Sumatera Utara Contohnya adalah biaya untuk sarana produksi. Cara menghitung biaya tetap adalah: FC =   n i 1 Xi Pxi Dimana : FC = Biaya tetap Xi = Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap Pxi = Harga input n = Macam input Rumus diatas dapat digunakan untuk menghitung biaya variabel, karena total biaya TC adalah jumlah dari biaya tetap FC dan biaya tidak tetap VC. TC = FC + VC Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya jadi : Pd = TR - TC Dimana: Pd = Pendapatan usahatani TR = Total penerimaan TC = Total biaya Soekartawi, 2001. Total pendapatan tenaga adalah jumlah penerimaan dikurangi ongkos terkecuali tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Sehingga dari defenisi diatas dapat diartikan bahwa total pendapatan tenagaHK adalah total Universitas Sumatera Utara pendapatan tenaga dibagi jumlah HK yang dikorbankan.hal ini perlu melihat Labour Income dan intensif atau tidaknya pencurahan tenaga kerja Butar - butar, 1991.

2.3. Kerangka Pemikiran