Analisis kelayakan usaha industri dendeng jantung pisang dengan penggunaan alat pengering tipe efek rumah kaca (ERK) di CV. Bianca, Cimahi, Jawa Barat

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

INDUSTRI DENDENG JANTUNG PISANG DENGAN PENGGUNAAN ALAT PENGERING TIPE EFEK RUMAH KACA (ERK)

DI CV. BIANCA, CIMAHI, JAWA BARAT

Oleh :

GILANG ANGGITA RATNAWATI F14102107

2006

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

INDUSTRI DENDENG JANTUNG PISANG DENGAN PENGGUNAAN ALAT PENGERING TIPE EFEK RUMAH KACA (ERK)

DI CV. BIANCA, CIMAHI, JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

GILANG ANGGITA RATNAWATI F14102107

2006

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(3)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

INDUSTRI DENDENG JANTUNG PISANG DENGAN PENGGUNAAN ALAT PENGERING TIPE EFEK RUMAH KACA (ERK)

DI CV. BIANCA, CIMAHI, JAWA BARAT

Oleh :

GILANG ANGGITA RATNAWATI F14102107

Dilahirkan pada tanggal 25 Maret 1985 Di Bandung, Jawa Barat

Tanggal lulus : ... Menyetujui

Bogor, September 2006

Prof. Dr. Kamaruddin Abdullah, MSA. Pembimbing Akademik

Mengetahui

Dr.Ir. Wawan Hermawan, MS. Ketua Departemen Teknik Pertanian


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 25 Maret 1985 dan merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan orang tua dengan ayah bernama Budi Suratno dan ibu bernama Popon Maemunah.

Pada tahun 1996, penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Kencana Indah Rancaekek, Bandung. Kemudian melanjutkan pendidikan di SLTPN 3 Rancaekek, Bandung dan lulus tahun 1999. Pada tahun ajaran 1999/2000 penulis melanjutkan ke SMUN 5 Bandung dan lulus pada tahun 2002.

Pada tahun 2002, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui program SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian dan menyelesaikan studi sarjananya pada tahun 2006.

Selama menjadi mahasiswa penulis berkesempatan aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian dan tergabung dalam Klub Energi serta beberapa organisasi kemahasiswaan lain. Penulis melakukan kegiatan Praktek Lapangan di Koperasi BARRAK, Cimahi dengan topik ”Aspek Teknik dan Finansial Dari Alat Pengering Tipe Efek Rumah Kaca pada Proses Pengolahan Dendeng Jantung Pisang di Koperasi BARRAK, Cimahi, Jawa Barat”. Selanjunya penulis melakukan penelitian di tempat yang sama dengan topik lanjutan ”Analisis Kelayakan Usaha Industri Dendeng Jantung Pisang dengan Penggunaan Alat Pengering Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) di CV. Bianca, Cimahi, Jawa Barat” di bawah bimbingan Prof. Dr. Kamaruddin Abdullah, MSA.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Alloh swt., penguasa ilmu dan alam semesta karena atas segala rahmat dan izin-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Industri Dendeng Jantung Pisang dengan Penggunaan Alat Pengering Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) di CV. Bianca, Cimahi, Jawa Barat”. Isi tulisan ini memberikan penekanan pada kelayakan teknis dan finansial dari penggunaan alat pengering tipe ERK yang digunakan untuk mengeringkan dendeng jantung pisang.

Dari awal kegiatan penelitian dimulai hingga proses pembuatan skripsi ini selesai, penulis banyak menerima dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Kamaruddin Abdullah sebagai dosen pembimbing atas semua bimbingan dan arahannya.

2. Dr. Ir. I Wayan Astika dan Dr. Ir. Dyah Wulandani selaku dosen penguji skripsi.

2. Bapak Bambang Eko Putra, SE, selaku pimpinan CV. Bianca sekaligus pembimbing lapangan penulis selama penelitian berlangsung.

3. Kedua orang tua penulis serta keluarga besar Mama Idris dan Mbah Ratih di Bandung yang telah banyak memberikan dukungan moral dan material.

4. Saudara-saudara di Pondok Gina (Jatinangor), Wisma Balio Atas, dan PIM (Bogor) atas diskusi dan masukan-masukan yang berarti bagi penelitian dan penyusunan skripsi ini.

5. Kawan-kawan Ceuceu yang telah memberikan dukungan dan kepercayaan yang begitu besar kepada penulis.

6. Teman-teman Teknik Pertanian 39 atas semangat dan kebersamaan yang menguatkan penulis hingga diselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun, besar harapan penulis bahwa skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 4

C. RUANG LINGKUP ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. DENDENG ... 5

B. DENDENG JANTUNG PISANG ... 6

C. PENGERINGAN ... 7

1. Teori Pengeringan ... 7

2. Pengeringan dangan Tenaga Surya ... 7

D. HASIL-HASIL PENELITIAN TENTANG PENGERINGAN DENGAN ALAT PENGERING ERK ... 9

E. STUDI KELAYAKAN ...11

1. Aspek Pasar dan Pemasaran ...12

2. Aspek Teknis dan Teknologi ...13

3. Aspek Manajemen dan Organisasi ...14

4. Aspek Finansial ...14

5. Aspek Sosial Lingkungan ... 15

III. PENGUMPULAN DATA ...17

A. TEMPAT DAN WAKTU ...17

B. KERANGKA PEMIKIRAN ...17

C. METODE PENGUMPULAN BAHAN ...18

D. ANALISIS DATA ... 19

1. Aspek Pasar dan Pemasaran ... 19


(7)

3. Aspek Finansial ... 22

4. Aspek Sosial dan Lingkungan ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

A. ANALISIS PASAR DAN PEMASARAN ... 26

1. Permintaan dan Penawaran Pasar ... 26

2. Konsep Industri tentang Persaingan ... 28

3. Strategi Pemasaran ... 29

B. ANALISIS TEKNIK DAN TEKNOLOGI ...33

1. Teknologi Proses Produksi ... 33

2. Kapasitas Produksi ... 40

3. Lokasi dan Tata Letak Produksi ... 41

4. Kinerja Alat Pengering ... 45

5. Preferensi Konsumen ... 53

C. ANALISIS FINANSIAL ... 55

1. Biaya Investasi ... 56

2. Analisis Biaya ... 57

3. Aliran Kas ... 59

4. Kriteria Penilaian ... 60

5. Analisis Sensitivitas ... 61

D. ANALISIS MENGENAI DAMPAK SOSIAL DAN LINGKUNGAN ... 62

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. KESIMPULAN ... 64

B. SARAN ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Table 1. Komposisi kimia dari beberapa jenis jantung pisang (per 100 gram) ..6 Tabel 2. Penggolongan struktur pasar ... 29 Tabel 3. Daftar harga dendeng jantung pisang ... 31 Tabel 4. Data pasokan jantung pisang ... 41 Tabel 5. Produksi pisang segar bulanan dari beberapa kelompok tani di

Kabupaten Bandung ... 42 Tabel 6. Komposisi konsumsi energi untuk satu kali pengeringan dendeng

jantung pisang (Agriana, 2006) ... 52 Tabel 7. Pemanfaatan energi untuk satu kali pengeringan dendeng jantung

pisang (Agriana, 2006) ... 53 Tabel 8. Komponen modal tetap desain proyek ke-1 ... 56 Tabel 9. Komponen modal kerja desain proyek ke-1 ... 57 Tabel 10. Rekapitulasi aliran kas skenario ke-1 industri dendeng jantung

pisang CV. Bianca ... 59 Tabel 10. Rekapitulasi aliran kas skenario ke-2 industri dendeng jantung

pisang CV. Bianca ... 59 Tabel 12. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku dan input serta


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Proses pengeringan secara umum pada psychrometric chart... 7

Gambar 2. Profil penerimaan dan pengeluaran keuangan CV. Bianca selama Agustus 2005-April 2006 ... 28

Gambar 3. Diagram alir pengolahan dendeng jantung pisang ... 34

Gambar 4. Display dendeng jantung pisang merk ”Denjapi” kemasan 75 gram dan 100 gram. ... 38

Gambar 5. Bangunan pengering ERK. ... 45

Gambar 6. Grafik iradiasi surya pada percobaan 1 (Agriana, 2006) ... 49

Gambar 7. Grafik iradiasi surya hari ke-1 pada percobaan 2 (Agriana,2006) ... 49

Gambar 8. Grafik iradiasi surya hari ke-2 pada percobaan 2 (Agriana,2006) ... 49


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran1. Perkembangan jumlah pemakaian bahan bakar untuk industri

makanan di Jawa Barat tahun 1996-2000 ... 68

Lampiran 2. Data parameter lingkungan di Cimahi ( 6.5 oLS dan 107 oBT) ... 69

Lampiran 3. Foto alat pengering ... 70

Lampiran 4. Data perkebunan pisang di provinsi Jawa Barat ... 71

Lampiran 5. Profil suhu udara pengering dalam alat pengering tipe ERK ... 72

Lampiran 6. Rincian biaya investasi industri dendeng jantung pisang CV. Bianca ... 74

Lampiran 7. Penyusutan modal tetap CV. Bianca ... 78

Lampiran 8 Rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran keuangan CV. Bianca .. 80

Lampiran 9. Perhitungan biaya pokok produksi dendeng jantung pisang ... 81

Lampiran 10. Proyeksi aliran kas industri dendeng jantung pisang CV. Bianca .. 82

Lampiran 11. Analisis sensitivitas terhadap aliran kas berdasarkan penurunan harga jual dan kenaikan harga bahan baku dan input... 84

Lampiran 12. Tabulasi dampak industri dendeng jantung pisang terhadap keadaan sosial lingkungan... 88

Lampiran 13. Hasil pengolahan data uji hedonik dengan Kruskal Wallis Test.... 89

Lampiran 14. Form uji hedonik dendeng jantung pisang ... 90

Lampiran 15. Flow chart pengolahan dendeng jantung pisang per adonan (12kg bahan baku setelah pembersihan) ... 91


(11)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

INDUSTRI DENDENG JANTUNG PISANG DENGAN PENGGUNAAN ALAT PENGERING TIPE EFEK RUMAH KACA (ERK)

DI CV. BIANCA, CIMAHI, JAWA BARAT

Oleh :

GILANG ANGGITA RATNAWATI F14102107

2006

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

INDUSTRI DENDENG JANTUNG PISANG DENGAN PENGGUNAAN ALAT PENGERING TIPE EFEK RUMAH KACA (ERK)

DI CV. BIANCA, CIMAHI, JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

GILANG ANGGITA RATNAWATI F14102107

2006

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(13)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

INDUSTRI DENDENG JANTUNG PISANG DENGAN PENGGUNAAN ALAT PENGERING TIPE EFEK RUMAH KACA (ERK)

DI CV. BIANCA, CIMAHI, JAWA BARAT

Oleh :

GILANG ANGGITA RATNAWATI F14102107

Dilahirkan pada tanggal 25 Maret 1985 Di Bandung, Jawa Barat

Tanggal lulus : ... Menyetujui

Bogor, September 2006

Prof. Dr. Kamaruddin Abdullah, MSA. Pembimbing Akademik

Mengetahui

Dr.Ir. Wawan Hermawan, MS. Ketua Departemen Teknik Pertanian


(14)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 25 Maret 1985 dan merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan orang tua dengan ayah bernama Budi Suratno dan ibu bernama Popon Maemunah.

Pada tahun 1996, penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Kencana Indah Rancaekek, Bandung. Kemudian melanjutkan pendidikan di SLTPN 3 Rancaekek, Bandung dan lulus tahun 1999. Pada tahun ajaran 1999/2000 penulis melanjutkan ke SMUN 5 Bandung dan lulus pada tahun 2002.

Pada tahun 2002, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui program SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian dan menyelesaikan studi sarjananya pada tahun 2006.

Selama menjadi mahasiswa penulis berkesempatan aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian dan tergabung dalam Klub Energi serta beberapa organisasi kemahasiswaan lain. Penulis melakukan kegiatan Praktek Lapangan di Koperasi BARRAK, Cimahi dengan topik ”Aspek Teknik dan Finansial Dari Alat Pengering Tipe Efek Rumah Kaca pada Proses Pengolahan Dendeng Jantung Pisang di Koperasi BARRAK, Cimahi, Jawa Barat”. Selanjunya penulis melakukan penelitian di tempat yang sama dengan topik lanjutan ”Analisis Kelayakan Usaha Industri Dendeng Jantung Pisang dengan Penggunaan Alat Pengering Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) di CV. Bianca, Cimahi, Jawa Barat” di bawah bimbingan Prof. Dr. Kamaruddin Abdullah, MSA.


(15)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Alloh swt., penguasa ilmu dan alam semesta karena atas segala rahmat dan izin-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Industri Dendeng Jantung Pisang dengan Penggunaan Alat Pengering Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) di CV. Bianca, Cimahi, Jawa Barat”. Isi tulisan ini memberikan penekanan pada kelayakan teknis dan finansial dari penggunaan alat pengering tipe ERK yang digunakan untuk mengeringkan dendeng jantung pisang.

Dari awal kegiatan penelitian dimulai hingga proses pembuatan skripsi ini selesai, penulis banyak menerima dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Kamaruddin Abdullah sebagai dosen pembimbing atas semua bimbingan dan arahannya.

2. Dr. Ir. I Wayan Astika dan Dr. Ir. Dyah Wulandani selaku dosen penguji skripsi.

2. Bapak Bambang Eko Putra, SE, selaku pimpinan CV. Bianca sekaligus pembimbing lapangan penulis selama penelitian berlangsung.

3. Kedua orang tua penulis serta keluarga besar Mama Idris dan Mbah Ratih di Bandung yang telah banyak memberikan dukungan moral dan material.

4. Saudara-saudara di Pondok Gina (Jatinangor), Wisma Balio Atas, dan PIM (Bogor) atas diskusi dan masukan-masukan yang berarti bagi penelitian dan penyusunan skripsi ini.

5. Kawan-kawan Ceuceu yang telah memberikan dukungan dan kepercayaan yang begitu besar kepada penulis.

6. Teman-teman Teknik Pertanian 39 atas semangat dan kebersamaan yang menguatkan penulis hingga diselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun, besar harapan penulis bahwa skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.


(16)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 4

C. RUANG LINGKUP ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. DENDENG ... 5

B. DENDENG JANTUNG PISANG ... 6

C. PENGERINGAN ... 7

1. Teori Pengeringan ... 7

2. Pengeringan dangan Tenaga Surya ... 7

D. HASIL-HASIL PENELITIAN TENTANG PENGERINGAN DENGAN ALAT PENGERING ERK ... 9

E. STUDI KELAYAKAN ...11

1. Aspek Pasar dan Pemasaran ...12

2. Aspek Teknis dan Teknologi ...13

3. Aspek Manajemen dan Organisasi ...14

4. Aspek Finansial ...14

5. Aspek Sosial Lingkungan ... 15

III. PENGUMPULAN DATA ...17

A. TEMPAT DAN WAKTU ...17

B. KERANGKA PEMIKIRAN ...17

C. METODE PENGUMPULAN BAHAN ...18

D. ANALISIS DATA ... 19

1. Aspek Pasar dan Pemasaran ... 19


(17)

3. Aspek Finansial ... 22

4. Aspek Sosial dan Lingkungan ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

A. ANALISIS PASAR DAN PEMASARAN ... 26

1. Permintaan dan Penawaran Pasar ... 26

2. Konsep Industri tentang Persaingan ... 28

3. Strategi Pemasaran ... 29

B. ANALISIS TEKNIK DAN TEKNOLOGI ...33

1. Teknologi Proses Produksi ... 33

2. Kapasitas Produksi ... 40

3. Lokasi dan Tata Letak Produksi ... 41

4. Kinerja Alat Pengering ... 45

5. Preferensi Konsumen ... 53

C. ANALISIS FINANSIAL ... 55

1. Biaya Investasi ... 56

2. Analisis Biaya ... 57

3. Aliran Kas ... 59

4. Kriteria Penilaian ... 60

5. Analisis Sensitivitas ... 61

D. ANALISIS MENGENAI DAMPAK SOSIAL DAN LINGKUNGAN ... 62

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. KESIMPULAN ... 64

B. SARAN ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65


(18)

DAFTAR TABEL

Halaman Table 1. Komposisi kimia dari beberapa jenis jantung pisang (per 100 gram) ..6 Tabel 2. Penggolongan struktur pasar ... 29 Tabel 3. Daftar harga dendeng jantung pisang ... 31 Tabel 4. Data pasokan jantung pisang ... 41 Tabel 5. Produksi pisang segar bulanan dari beberapa kelompok tani di

Kabupaten Bandung ... 42 Tabel 6. Komposisi konsumsi energi untuk satu kali pengeringan dendeng

jantung pisang (Agriana, 2006) ... 52 Tabel 7. Pemanfaatan energi untuk satu kali pengeringan dendeng jantung

pisang (Agriana, 2006) ... 53 Tabel 8. Komponen modal tetap desain proyek ke-1 ... 56 Tabel 9. Komponen modal kerja desain proyek ke-1 ... 57 Tabel 10. Rekapitulasi aliran kas skenario ke-1 industri dendeng jantung

pisang CV. Bianca ... 59 Tabel 10. Rekapitulasi aliran kas skenario ke-2 industri dendeng jantung

pisang CV. Bianca ... 59 Tabel 12. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku dan input serta


(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Proses pengeringan secara umum pada psychrometric chart... 7

Gambar 2. Profil penerimaan dan pengeluaran keuangan CV. Bianca selama Agustus 2005-April 2006 ... 28

Gambar 3. Diagram alir pengolahan dendeng jantung pisang ... 34

Gambar 4. Display dendeng jantung pisang merk ”Denjapi” kemasan 75 gram dan 100 gram. ... 38

Gambar 5. Bangunan pengering ERK. ... 45

Gambar 6. Grafik iradiasi surya pada percobaan 1 (Agriana, 2006) ... 49

Gambar 7. Grafik iradiasi surya hari ke-1 pada percobaan 2 (Agriana,2006) ... 49

Gambar 8. Grafik iradiasi surya hari ke-2 pada percobaan 2 (Agriana,2006) ... 49


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran1. Perkembangan jumlah pemakaian bahan bakar untuk industri

makanan di Jawa Barat tahun 1996-2000 ... 68

Lampiran 2. Data parameter lingkungan di Cimahi ( 6.5 oLS dan 107 oBT) ... 69

Lampiran 3. Foto alat pengering ... 70

Lampiran 4. Data perkebunan pisang di provinsi Jawa Barat ... 71

Lampiran 5. Profil suhu udara pengering dalam alat pengering tipe ERK ... 72

Lampiran 6. Rincian biaya investasi industri dendeng jantung pisang CV. Bianca ... 74

Lampiran 7. Penyusutan modal tetap CV. Bianca ... 78

Lampiran 8 Rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran keuangan CV. Bianca .. 80

Lampiran 9. Perhitungan biaya pokok produksi dendeng jantung pisang ... 81

Lampiran 10. Proyeksi aliran kas industri dendeng jantung pisang CV. Bianca .. 82

Lampiran 11. Analisis sensitivitas terhadap aliran kas berdasarkan penurunan harga jual dan kenaikan harga bahan baku dan input... 84

Lampiran 12. Tabulasi dampak industri dendeng jantung pisang terhadap keadaan sosial lingkungan... 88

Lampiran 13. Hasil pengolahan data uji hedonik dengan Kruskal Wallis Test.... 89

Lampiran 14. Form uji hedonik dendeng jantung pisang ... 90

Lampiran 15. Flow chart pengolahan dendeng jantung pisang per adonan (12kg bahan baku setelah pembersihan) ... 91


(21)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Energi adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang memungkinkan manusia mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan standar hidup yang lebih tinggi. Kehidupan yang lebih baik berarti terpenuhinya kebutuhan dasar, yang mencakup akses yang terbuka terhadap pangan, pekerjaan, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. Dalam penyediaan kebutuhan ini, energi adalah elemen yang penting dalam ketersediaan lampu penerangan, pompa air dan kegiatan produktif lainnya. Konsumsi energi juga berhubungan dengan perkembangan ekonomi. Kebutuhan akan energi hampir selalu meningkat dari tahun ke tahun (Lampiran 1). Menurut Setianto (2002) dalam Hilman (2004), laju permintaan akan energi meningkat 7%-8% bahkan pada saat krisis ekonomi berlangsung. Secara keseluruhan, diperkirakan bahwa kebutuhan energi akan meningkat hingga dua kali lipat dalam sepuluh tahun mendatang.

Selain bahan bakar minyak (BBM), kebutuhan energi utama masyarakat dalam melaksanakan kegiatannya adalah listrik. Namun, tidak seluruh masyarakat memiliki akses terhadap energi listrik dengan mudah. Berdasarkan data statistik PLN pada tahun 2005, instalasi listrik PLN telah tersebar di 82% pedesaan di seluruh Indonesia. Namun, hanya 35.86% dari masyarakat pedesaan yang benar-benar menikmati listrik dan menjadi pelanggan PLN. Masyarakat yang memiliki akses terbatas kepada listrik dan BBM atau bahkan yang tidak dapat menikmati keduanya tetap membutuhkan sumber energi untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari. Sebagai alternatif, kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh penggunaan sumber energi terbarukan.

Sumber energi terbarukan (renewable energy) adalah sumber energi yang dalam waktu relatif singkat dapat diperbaharui lagi, baik oleh usaha manusia maupun alam. Karena eksistensinya lebih terjamin daripada energi tak terbarukan yang membutuhkan waktu yang sangat lama untuk dibuat, energi terbarukan menjadi solusi bagi permasalahan energi dunia belakangan ini, yaitu semakin menipisnya cadangan sumber energi tak terbarukan yang tersedia. Tidak hanya itu, energi terbarukan juga menjadi pilihan yang baik dalam


(22)

rangka pemulihan kondisi lingkungan dunia karena relatif lebih ramah lingkungan daripada energi tidak terbarukan.

Atas dasar kebutuhan tersebut, pengembangan teknologi mengenai energi terbarukan (selanjutnya disebut ET) terus menerus dilakukan dari tahun ke tahun, terutama teknologi ET yang tidak membutuhkan nilai investasi yang tinggi sehingga dapat digunakan oleh masyarakat pedesaan. Hal tersebut bertujuan untuk menutupi kebutuhan masyarakat pedesaan akan BBM dan listrik yang tidak dapat dipenuhi oleh produsen BBM dan PLN karena keterbatasan akses atau faktor penghambat lainnya. Selain itu, pengaplikasian teknologi ET di pedesaan juga diharapkan dapat memperlancar proses industrialisasi pedesaan sekaligus membuka lapangan kerja baru.

Salah satu bentuk aplikasi dari teknologi ET adalah penggunaan alat pengering bertenaga surya untuk mengeringkan produk-produk pertanian (Hughes, 1976). Alat yang mengandalkan energi surya sebagai suplai energi utamanya dan memanfaatkan prinsip Efek Rumah Kaca yang ditemukan oleh Joseph Fourier pada tahun 1872 ini digunakan untuk mengeringkan hasil pertanian berupa bahan mentah, bahan baku, dan produk hasil olahan (Lampiran 3). Salah satu produk olahan yang dapat dikeringkan oleh alat ini adalah dendeng jantung pisang.

Dendeng jantung pisang adalah salah satu penganan alternatif yang merupakan produk khas dari Kota Cimahi, Jawa Barat. Produk yang memiliki merek DENJAPI ini diproduksi oleh CV. Bianca, sebuah Usaha Kecil Menengah yang memasarkan produk-produknya di bawah naungan badan usaha legal Koperasi BARRAK. Sesuai dengan namanya, bahan dasar dendeng jantung pisang adalah bunga pohon pisang atau yang biasa diebut sebagai jantung pisang karena bentuknya yang menyerupai jantung manusia.

Produk yang pertama kali dikreasikan oleh seorang wirausahawan dari Cimahi bernama Bambang Eko Putro ini menjadi salah satu oleh-oleh kebanggaan kota Cimahi. Dengan merek DENJAPI, dendeng jantung pisang ikut mendukung Cimahi terpilih sebagai Juara Ketahanan Pangan tingkat nasional kategori kelompok masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan dan penganekaragaman pangan (Putro dan Rosita, 2006). Oleh karena itu,


(23)

reputasinya semakin meningkat yang terbukti dengan meningkatnya omzet per bulannya serta meningkatnya pemberitaan media massa seperti Kompas, Pikiran Rakyat, dan beberapa media lainnya baik cetak maupun elektronik.

Dengan bertambahnya angka penjualan, bertambah pula masalah yang dialami oleh industri yang masih terbilang kecil dan tradisional ini. Industri ini memiliki kesulitan yang tidak jauh berbeda dengan industri tradisional lainnya. Menurut Kumalaningsih (2005), industri tradisional meskipun ditinjau dari aspek ketersediaan bahan baku dan juga aspek potensi tenaga kerja dapat dikatakan mempunyai keunggulan komperatif tetapi tidak memiliki keunggulan kompetitif. Biasanya hasil akhirnya masih memiliki kualitas yang rendah sehingga menghambat perkembangan dari industri tersebut. Mau tidak mau industri dendeng jantung pisang, meskipun hanya berbentuk Usaha Kecil

Menengah (UKM), harus memperkokoh ketujuh faktor keberhasilan usaha,

yaitu Material (bahan baku), Man Power (sumber daya manusia), Machine

(mesin atau dalam hal yang lebih luas teknologi), Method (metode), Money

(dana), Management (manajemen), dan Marketing (pemasaran).

Pada akhir tahun 2004, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (Dept. ESDM) melalui CREATA (Pusat Pengembangan Ilmu Teknik untuk Pertanian Tropika) IPB menyalurkan hibah berupa alat pengering tipe ERK (ELC-05) kepada beberapa Koperasi. Industri dendeng jantung pisang (CV. Bianca) yang berada di bawah naungan Koperasi BARRAK mendapatkan kesempatan untuk menggunakan alat ini karena Koperasi BARRAK adalah salah satu koperasi yang mendapatkan hibah.

Dengan pemberian hibah ini, teknologi energi terbarukan yang biasanya hanya bergulir di kalangan institusi pemerintah, lembaga penelitian, dan kalangan professional mulai diaplikasikan langsung di masyarakat. Namun tingkat keberhasilannya belum teruji karena alat ini belum pernah diuji secara langsung di masyarakat. Oleh karena itu, perlu diadakan uji kelayakan atas penggunaan alat ini di masyarakat.

Atas dasar alasan-alasan tersebut, penulis memutuskan untuk melakukan analisis kelayakan usaha dari industri dendeng jantung pisang dengan penggunaan alat pengering tipe ERK di CV. Bianca.


(24)

B. TUJUAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan-tujuan sebagai berikut:

1. Menguji kelayakan teknis dan finansial dari instalasi alat pengering tipe ERK pada industri dendeng jantung pisang.

2. Untuk mengetahui prakiraan dan perhitungan keuntungan maupun

kerugian yang didapat oleh industri dendeng jantung pisang selama alat pengering ERK digunakan..

3. Memberikan gambaran bagi investor atau bagi pengusaha lainnya untuk

melakukan investasi dan membangun industri yang menggunakan alat pengering ERK khususnya di daerah pedesaan.

C. RUANG LINGKUP

Penelitian ini akan dilakukan pada sebuah Usaha Kecil Menengah. Karena kajian lebih terfokus pada kelayakan dari alat pengering tipe ERK dalam penggunaannya pada proses produksi, maka ruang lingkup penelitian akan mencakup aspek-aspek berikut:

1. Aspek pasar dan pemasaran, meliputi permintaan, penawaran, dan strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan.

2. Aspek teknis dan teknologis, meliputi teknologi proses produksi, kapasitas produksi, lokasi produksi, kebutuhan banyaknya ruang dan pekerja, serta preferensi konsumen. Kajian khusus mengenai alat pengering tercakup dalam pembahasan aspek ini.

3. Aspek finansial, meliputi laporan arus kas, kriteria kelayakan investasi, penentuan harga, dan analisis sensitivitas.

4. Aspek sosial dan lingkungan, meliputi respon masyarakat dan dampak industri terhadap lingkungan sekitar.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. DENDENG

Dendeng adalah produk makanan berbentuk lempengan yang biasanya terbuat dari irisan atau gilingan daging sapi segar berasal dari sapi sehat yang diolah dengan proses tertentu. Dalam proses pembuatannya, dendeng menggunakan prinsip pengeringan dengan penambahan bumbu berupa gula dan rempah-rempah. Penambahan bahan-bahan tersebut selain memberikan rasa, rupa, warna, dan bau yang khas, juga mempunyai fungsi sebagai bahan pengawet (Desrosier, 1977). Proses pengawetan juga terjadi melalui proses pengeringan. Pengeringan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi kadar air dari bahan pangan tersebut karena ketersediaan air berhubungan dengan aktivitas enzimatik dan keberadaan mikroorganisme yang dapat menurunkan kualitas bahan pangan (Henderson dan Perry, 1976).

Kedua proses tersebut sangat penting peranannya dalam pengawetan dendeng karena dendeng tergolong ke dalam makanan semi basah (Intermediate moisture food). Makanan semi basah adalah suatu bahan makanan yang mempunyai kadar air yang tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah, kira-kira 15-50%. Agar makanan semi basah tahan selama penyimpanan maka nilai aBwB (aktivitas air) makanan harus di bawah 0.9 untuk

mencegah pertumbuhan bakteri dan harus ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah pertumbuhan ragi dan kapang (Winarno et al. 1980 UdalamU Maruti,

1997).

Mutu dendeng berdasarkan SNI 01-2908-1992 digolongkan menjadi 2 yaitu Mutu I dan Mutu II. Syarat mutu yang sama untuk kedua jenis mutu meliputi warna dan bau khas dendeng; kadar air (% bb) maksimal 12; kadar abu tidak larut dalam asam (%) maksimal 1; benda asing (%) maksimal ; kapang dan serangga tidak tampak. Sedangkan syarat mutu yang berbeda yaitu kadar protein (%) Mutu I 30 dan Mutu II 25. Cara uji meliputi pengujian warna, bau, kapang dan serangga secara organoleptik, kadar air, kadar protein, kadar abu tidak larut dalam asam dan kadar benda asing.


(26)

B. DENDENG JANTUNG PISANG

Dendeng jantung pisang adalah penganan alternatif dan inovatif berupa lempengan berwarna coklat kehitaman. Dendeng jantung pisang memiliki penampakan dan ciri fisik lain yang tidak jauh berbeda dengan dendeng daging sapi. Namun tidak seperti jenis dendeng lainnya, dendeng jantung pisang terbuat dari jantung pisang yang telah dihaluskan, diberi bumbu, dan dikeringkan. Karena terbuat dari bahan nabati, produk ini sangat cocok bagi konsumen vegetarian.

Bahan baku utama dendeng jantung pisang bisa menggunakan jantung pisang batu, siam, kepok, dan beberapa jenis jantung pisang lainnya (Putro dan RTosita, 200TT6T). Akan tetapi, tidak semua jantung pisang dapat

dimanfaatkan jantungnya untuk diolah menjadi dendeng jantung pisang. Ada beberapa jenis pisang yang tidak enak dimakan, seperti jantung pisang ambon dan pisang nangka. Tidak enaknya jantung pisang ini (rasa pahit) disebabkan banyaknya kandungan tanin dalam bunga pisang tersebut. Tetapi rasa pahit ini dapat dihindarkan bila sebelum disayur, bunga pisang dibakar lebih dahulu sampai setengah masak (Munadjim, 1983).

Sumber: Balai Industri, 1981 UdalamU Munadjim, 1983.

Berdasarkan pengujian pada beberapa syarat mutu yang dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Universitas Pasundan pada tahun 2004, didapatkan hasil berikut; kadar air 6.896%bb (metode destilasi), kadar lemak total 13.050% (metode ekstraksi), kadar protein 12.051% (metode mikrokjedahl), dan kadar karbohidrat sebesar 34.831% (metode spektrofotometri). Pengujian tersebut dilakukan terhadap dendeng masak yang telah melalui penggorengan dan dikemas dalam kemasan vakum.

Mineral Vitamin Jenis Jantung Pisang Protein (gram) Lemak (gram) Karbohidrat (gram) Ca (gram) Fe (gram) P

(gram) A B C Raja 1.38 0.43 8.65 4 0.2 60 160 0.04 8 Susu 1.32 0.32 7.72 4 0.3 40 150 0.05 10 Kepok 1.26 0.35 8.31 6 0.4 50 140 0.06 9 Klutuk 2.1 0.46 6.24 8 0.7 60 170 0.03 7 Lilin 1.02 0.38 7.5 3 0.1 30 165 0.04 8


(27)

C. PENGERINGAN 1. Teori Pengeringan

Perpindahan kandungan air dari suatu produk disebut proses pengeringan (Henderson, dan Perry., 1976). Secara lebih spesifik, pengeringan juga dapat dikatakan sebagai penggunaan panas pada kondisi terkontrol untuk memindahkan sejumlah banyak kadar air normal dari suatu bahan melalui penguapan. Pengeringan biasanya dilakukan hingga tercapai keseimbangan antara kadar air dalam bahan dengan kadar air lingkungan atau hingga mencapai kadar air tertentu yang diinginkan.

Gambar 1. Proses pengeringan secara umum pada psychrometricchart. Proses pengeringan terbagi ke dalam dua periode, yaitu periode laju pengeringan konstan dan periode laju pengeringan menurun. Pada periode pertama, bahan yang dikeringkan masih mengandung sejumlah banyak air dimana permukaan yang basah akan mengering sebanding dengan luasan permukaan air yang terbuka terhadap lingkungan.

2. Pengeringan dengan Tenaga Surya

Pengeringan dengan menggunakan energi surya telah dilakukan selama bertahun-tahun untuk mengeringkan berbagai macam produk dan komoditas, termasuk diantaranya adalah produk-produk pertanian. Dasar dari pemanfaatan energi surya pada proses pengeringan bahan pertanian adalah proses dimana radiasi surya dikonversikan menjadi energi panas.


(28)

Proses konversi menyediakan hubungan dasar antara energi matahari, beban energi, dan bahan/komoditas pertanian yang akan dikeringkan (Mujumdar, 1980).

Menurut Goswami (1986), ada dua prinsip utama pengkonversian energi surya. Prinsip ke-1, yaitu ketika radiasi surya yang datang mengenai permukaan suatu bahan, sebagian darinya akan terserap, sedangkan sebagian lainnya akan dipantulkan. Jika bahan tersebut tembus pandang, radiasi tersebut akan diteruskan. Besaran relatifnya bervariasi mengikuti karakteristik permukaan, geometri bahan, komposisi material, dan panjang gelombang. Porsi dari energi yang dipantulkan dan hilang relatif kecil, yaitu berkisar antara 15-20%. Untuk penggunaannya, energi harus terlebih dahulu diserap, kemudian dikonversikan menjadi energi panas, dan akhirnya dipindahkan melalui mekanisme pindah panas supaya dapat digunakan. Radiasi yang terserap memanaskan absorber(penyerap panas), yang akan mengeluarkan kembali energi panas dalam bentuk gelombang panjang infrared atau secara sederhana dapat dikatakan bahwa absorber digunakan untuk memanaskan ruangan dan mengeringkan bahan (Jansen, 1995). Jika permukaan atau absorber tertutupi oleh komoditas pangan, penyerap panas tidak bisa berfungsi dengan baik.

Prinsip ke-2 menyatakan bahwa kebanyakan material penutup seperti kaca dan beberapa jenis plastik dapat tembus cahaya gelombang pendek namun tidak dapat ditembus oleh gelombang panjang. Menempatkan kaca atau plastik diatas komoditas pertanian akan menimbulkan efek rumah kaca untuk memerangkap energi matahari dalam dua cara:

a. Bahan penutup berlaku sebagai lapisan tak tembus cahaya bagi panas yang diradiasikan oleh komoditas pertanian, sehingga memerangkap panas didalam penutup (namun, sebagian besar dari radiasi yang dipantulkan akan tetap terlepas melalui penutup).

b. Bahan penutup berfungsi sebagai pelindung yang mengurangi kehilangan panas akibat konveksi. Sejumlah panas yang terserap oleh komoditas


(29)

akan hilang ke ground. Namun, hasilnya akan lebih baik dibandingkan pengeringan dengan prinsip pertama.

Meskipun desain dari alat pengering ERK tidak selalu sama, tetapi prinsip kerjanya tetap sama. Sinar matahari yang masuk ke dalam bangunan pengering digunakan untuk mengeringkan produk. Sinar matahari yang masuk dalam bentuk gelombang pendek akan dipantulkan oleh lantai menjadi gelombang panjang. Karena lapisan penutup bangunan pengering transparan, gelombang panjang akan terhambat untuk keluar dari ruangan dan dipantulkan kembali ke dalam ruangan. Ini menyebabkan terakumulasinya panas di dalam ruangan pengering secara terus menerus sehingga proses penguapan akan berlangsung secara terus menerus. Proses penguapan ini akan menurunkan kadar air produk.

Proses masuknya energi surya ke dalam ruangan pengering terjadi melalui proses yang tidak sederhana dan dipengaruhi oleh banyak variable. Nilai rata-rata energi yang masuk dipengaruhi oleh struktur bangunan, intensitas radiasi, serta jenis dan kondisi bahan penutup. Bagaimanapun juga, tidak semua energi yang masuk dapat dimanfaatkan sepenuhnya untuk proses pengeringan. Konduksi, konveksi, dan radiasi yang terjadi pada bangunan pengering akan menyebabkan kehilangan panas. Banyaknya panas yang hilang ditentukan oleh luas permukaan bangunan pengering, resistansi termal dari material, serta perbedaan suhu antara ruangan dan lingkungan.

D. HASIL-HASIL PENELITIAN TENTANG PENGERINGAN YANG MENGGUNAKAN ALAT PENGERING ERK

Pengeringan dengan energi surya, khususnya yang menggunakan prinsis efek rumah kaca di Indonesia telah dikembangkan ke dalam berbagai bentuk desain dan digunakan untuk komoditas yang bermacam-macam. Abdullah et. al. (1994) mengenalkan pengering berenergi surya dengan nama pengering Efek Rumah Kaca atau dikenal dengan nama pengering ERK. Pengering bangunan segi empat berdinding transparan, dilengkapi dengan plat absorber dan rak atau bak sebagai wadah produk yang dikeringkan. Dengan


(30)

menyatukan absorber di dalam ruang pengering memberikan keuntungan lebih dibanding dengan pengering berenergi surya lainnya, dengan kolektor terpisah yang umumnya memerlukan luasan yang besar. Dengan demikian biaya pembuatan alat pengering ini lebih dapat dihemat. Selanjutnya penelitian uji coba pengering ERK dilakukan untuk berbagai komoditi, mulai dari produk tanaman pangan, perkebunan, hortikultura hingga produk pangan.

Nelwan (1997) menggunakan pengering ERK tipe rak untuk pengeringan kakao. Plat hitam sebagai absorber diletakkan di atas rak pengering, dilengkapi dengan kisi-kisi pengatur aliran udara pada setiap rak. Efisiensi pengering yang dihasilkan adalah 18.4% dan efisiensi energi sebesar 12.9 MJ/kg uap air. Dengan beban 228 kg kakao yang telah difermentasi, lama pengeringan untuk menurunkan kadar air dari 80% bb hingga 7 % bb adalah 40 jam. Sumber energi tambahan yang digunakan selain energi surya adalah kerosene.

Wulandani (1997), melakukan percobaan pengeringan kopi berkapasitas 1.1 ton, dalam bangunan berdinding transparan UV stabilized plastic tipe bak. Efisiensi pengeringan yang dicapai 57.7 % dan efisiensi energi sebesar 6 MJ/kg uap air. Dengan suhu pengering 37P

o

P

C, untuk menurunkan kadar air kopi dari 68% bb sampai 13% bb diperlukan waktu 72 jam, efektif pada siang hari.

Sihabudin (2001) melakukan uji alat pengering tipe ERK untuk mengeringkan keripik kentang sebanyak 50 kg pada kadar air awal 86.8% bb hingga kadar air mencapai 12% bb. Kebutuhan bahan bakar serbuk gergaji sebanyak 49 kg dengan laju pembakaran 3.06 kg/jam. Suhu ruang pengering yang dicapai sebesar 36.49 P

o

P

C pada siang hari dan 20.95 P o

P

C pada malam hari. Efisiensi pengeringan alat sebesar 13.01%, efisiensi bangunan sebesar 12.98%, dan efisiensi sistemnya sebesar 11.37%. Berdasarkan analisis ekonomi yang dilakukan, didapatkan nilai IRR sebesar 14.5% pada tingkat sukubunga pinjaman sebesar 6% dan Pay Back Period 4.26 tahun.

Nugroho (2002), melakukan uji pengeringan cengkeh dengan menggunakan alat pengering ERK dengan kapasitas pengeringan sebanyak 160 kg. Suhu optimum untuk pengeringan cengkeh, yaitu 40-50 P

o

P


(31)

dicapai oleh alat pengering pada saat siang hari. Sedangkan pada malam hari suhu ini belum dapat dicapai meskipun sudah diberi panas tambahan dari pembakaran biomassa. Laju pengeringan rata-rata optimum adalah 3.43% dengan rendemen cengkeh 30%. Analisis finansial yang dilakukan menyatakan bahwa usaha pengeringan ini layak dilakukan karena Pay Back Period dicapai pada awal tahun ke-4 dengan B/C ratio sebesar 3.42 dan IRR sebesar 41.13%.

Madani (2002) melaporkan bahwa pengeringan kerupuk udang dengan menggunakan alat pengering ERK tipe rak dapat dilakukan pada suhu optimum 35-45 P

o

P

C dengan RH optimum 50-60%. Sebaran suhu di dalam ruang pengering ERK cenderung merata pada tiap titik pengukuran yang dilakukan dengan suhu tertinggi berada pad bagian tengah ruang pengering ERK. Rendemen pengeringan kerupuk udang berkisar antara 62-76% dengan rata-rata rendemen untuk keseluruhan percobaan 67.76%. Biaya pokok pengeringan Rp 404.49/kg bahan basah di siang hari dan Rp 397.32 /kg bahan basah di malam hari. Kelayakan finansial ditentukan oleh nilai PBP selama 1.34 tahun, NPV Rp 604.266.872,- (DF 18%), IRR 29.9%, dan Net B/C 1.07. Berdasarkan nilai-nilai tersebut, proyek pengeringan kerupuk udang dengan menggunakan metode ini dinyatakan layak pada umur proyek selama 5 tahun. E. STUDI KELAYAKAN (Feasibility Study)

Pengkajian yang bersifat menyeluruh dan mencoba menyoroti segala aspek kelayakan proyek atau investasi dikenal sebagai studi kelayakan (Soeharto, 1995). Karena sifatnya yang menyeluruh, studi kelayakan harus mampu menyuguhkan hasil analisis secara kuantitatif tentang manfaat yang akan diperoleh dibandingkan dengan sumber daya yang digunakan.

Pengkajian kelayakan suatu usulan proyek bertujuan mempelajari usulan tersebut dari segala segi secara profesional agar setelah diterima dan dilaksanakan betul-betul dapat mencapai hasil sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini dilakukan untuk menghindari resiko kerugian. Pembangunan suatu proyek, terutama yang berskala besar, memerlukan dana dan upaya lain yang besar pula, sehingga cukup berpengaruh bagi


(32)

kelangsungan hidup perusahan yang mengadakan proyek tersebut. Namun, studi kelayakan yang bersifat menyeluruh tidak diperlukan jika kelayakan suatu proyek cukup jelas terlihat (U.S. Departement of Energy, 2002). Jika proyek yang dikerjakan memenuhi persyaratan, dijalankan dalam platform yang jelas, dan memiliki resiko yang relatif kecil sehubungan dengan bidang usahanya, studi kelayakan cukup dilakukan terhadap aspek-aspek tertentu saja.

Kriteria kelayakan terkait erat dengan keberhasilan suatu usaha. Oleh karenanya, penilaian akan sangat berbeda antara satu proyek dengan proyek lainnya, tergantung dari sudut pandang serta kepentingan yang berlaku. Penilaian disini tidak lain adalah memberikan rekomendasi apakah sebaiknya proyek yang bersangkutan layak dikerjakan ataukan sebaiknya ditunda dulu (Suratman, 2002) . Tidak hanya itu, kriteria kelayakan juga bergantung kepada skala proyek. Semakin besar suatu proyek, semakin besar dana yang ditanam, sehingga semakin luas pula jangkauan usaha dan semakin dalam sifat pengkajiannya.

Karena peranannya yang cukup penting, khususnya sebagai masukan kepada pimpinan perusahaan atau organisasi untuk pengambilan keputusan mengenai kelangsungan proyek atau investasi, maka suatu pengkajian kelayakan harus memperhatikan aspek-aspek yang dikaji, mutu pengkajian, dan jangkauan pengkajian. Aspek yang dikaji tergantung dari tujuan pengkajian

1. Aspek Pasar dan Pemasaran

Analisis suatu aspek pasar dan pemasaran terhadap usulan suatu proyek ditujukan untuk mendapatkan gambaran mengenai potensi pasar yang tersedia untuk masa yang akan datang. Dalam mengkaji aspek pemasaran perlu dianalisis tentang permintaan produk, harga produk, dan perkiraan pangsa pasar yang akan dicapai. Selain itu analisis pemasaran mencakup gambaran mengenai strategi pemasaran yang digunakan untuk mencapai pangsa pasar yang telah ditetapkan (Husnan dan Suwarsono, 1997).


(33)

Menurut Suratman (2002), kajian aspek pasar berkaitan dengan ada tidaknya potensi pasar dan peluang pasar atas suatu produk yang akan diluncurkan di masa yang akan datang. Sementara itu, kajian aspek pemasaran berkaitan dengan bagaimana penerapan strategi pemasaran dalam rangka untuk meraih sebagian pasar potensial atau peluang pasar yang ada tersebut.

Produk yang akan diproduksi harus memiliki daya serap pasar. Daya serap pasar merupakan peluang pasar yang dapat dimanfaatkan dalam memasarkan hasil produksi dari usaha yang direncanakan. Suatu gagasan usaha yang direncanakan kendati telah layak untuk dikembangkan jika dilihat dari aspek teknis, manajemen, dan keuangan tapi kalau produk tidak mempunyai pemasaran maka tidak ada gunanya untuk dikembangkan (Ibrahim, 2003).

Menurut Kotler (2002), pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan serta inginkan dengan cara menciptakan serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain. Pemasaran dapat pula diartikan sebagai upaya untuk menciptakan dan menjual produk kepada konsumen di pasar. Penciptaan suatu produk didasarkan kepada kebutuhan dan keinginan pasar. Konsumen yang menginginkan dan membutuhkan produk terdiri dari individu (perorangan) atau kelompok tertentu (industri). 2. Aspek Teknis dan Teknologi

Menurut Choliq et. al. (1993), aspek ini berhubungan dengan penerimaan dan pengeluaran dari barang dan jasa yang akan digunakan dan dihasilkan dalam suatu proyek. Aspek teknis akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek, sehingga dapat mengidentifikasikan perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam informasi yang harus dipenuhi; baik sebelum perencanaan proyek atau pada awal pelaksanaan proyek tersebut.

Pengkajian aspek teknis dalam studi kelayakan dimaksudkan untuk memberikan batasan garis besar parameter-parameter teknis yang berkaitan dengan perwujudan fisik proyek (Soeharto, 1995). Pengkajian aspek teknis


(34)

amat erat hubungannya dengan aspek-aspek lain. Hubungan erat ini diartikan sebagai saling memberi masukan dan keputusan mengenai aspek yang satu tergantung bagaimana dampaknya terhadap aspek yang lain dan sebaliknya. Aspek teknis memiliki pengaruh besar terhadap perkiraan biaya dan jadwal, karena akan memberikan batasan-batasan lingkup proyek secara kuantitatif. Pada studi kelayakan aspek ini masih dalam bentuk konseptual. Baru nanti di tahap-tahap berikutnya dilanjutkan dan dikembangkan menjadi desain engineering terinci, dan menjadi cetak biru proyek yang dibangun.

Pengkajian aspek teknis mencakup penentuan letak geografis lokasi, pemilihan teknologi proses produksi, tata letak dan denah produksi, serta penentuan kapasitas produksi.

3. Aspek Manajemen dan Organisasi

Perhatian utama dalam aspek organisasi ditujukan kepada hubungan antara administrasi proyek dengan administrasi pemerintah. Aspek ini diharapkan dapat mempersatukan sumberdaya-sumberdaya dengan cara yang teratur dan mengatur orang-orang dalam pola sedemikian rupa, sehingga dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan dari proyek tersebut (Choliq et. al., 1993).

Soeharto (1995) menggolongkan aspek manajemen dan organisasi menjadi manajemen proyek dan manajemen operasi. Manajemen proyek yaitu pengelolaan kegiatan yang berkaitan dengan mewujudkan gagasan sampai menjadi hasil proyek berbentuk fisik sedangkan manajemen operasi yang menangani kegiatan operasi atau produksi fasilitas hasil proyek. Lingkup manajemen proyek adalah pengelolaan kegiatan yang langsung berhubungan dengan memproduksi barang atau memberikan pelayanan. 4. Aspek Finansial

Untuk dapat memutuskan layak atau tidaknya suatu gagasan usaha, perlu pula dipertimbangkan aspek keuangan atau finansial. Aspek finansial menyangkut masalah kemampuan proyek dalam mengembalikan dana-dana proyek (Choliq et. al., 1993). Keputusan untuk melakukan investasi yang menyangkut sejumlah besar dana dengan harapan mendapatkan keuntungan


(35)

bertahun-tahun dalam jangka panjang, seringkali berdampak besar bagi kelangsungan usaha suatu perusahaan. Oleh karena itu, sebelum mengambil keputusan jadi tidaknya suatu investasi, salah satu syarat terpenting adalah mengkaji aspek finansial dari proyek tersebut.

Meskipun langkah ini sering memerlukan waktu yang cukup lama, bukan berarti memperlambat perusahaan mencari peluang mengembangkan usahanya, tetapi justru berupaya memilih dan menyaring macam proyek atau investasi yang memiliki potensi keberhasilan paling besar. Dasar dan tujuan analisis aspek finansial dibedakan dari aspek sosial-ekonomi. Analisis finansial berangkat dari tujuan yang umumnya dimiliki oleh perusahaan swasta yaitu berkepentingan untuk meningkatkan kekayaan perusahaan. Sedangkan aspek ekonomi, mengkaji manfaat dan biaya bagi masyarakat secara menyeluruh, misalnya proyek untuk keperluan negara atau publik.

Sutojo (2000) dalam Simangunsong (2005) menyatakan bahwa evaluasi aspek finansial dilakukan setelah evaluasi aspek-aspek lain selesai. Evaluasi aspek finansial meliputi hal-hal berikut:

a. Struktur dan sumber pembiayaan proyek yang akan dibangun.

b. Penyusunan anggaran investasi, yaitu jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan mengoperasikan proyek.

c. Prakiraan jumlah standar biaya produksi. d. Kemampuan proyek menghasilkan keuntungan. 5. Aspek Sosial dan Lingkungan

Aspek sosial dan lingkugan mengkaji tentang dampak keberadaan proyek terhadap kehidupan masyarakat setempat, baik dari sisi sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan. Istilah setempat disini dapat diartikan sempit atau luas, bergantung dari besar kecilnya proyek investasi. Dalam arti sempit bisa wilayah desa, kecamatan, dan sebagainya. Sementara dalam arti luas bisa mencakup provinsi atau negara.

Pengkajian dari sisi ekonomi apakah keberadaan proyek dapat meningkatkan atau justru mengurangi income per kapita masyarakat


(36)

setempat. Dari sisi sosial apakah dengan adanya proyek tersebut wilayah setempat menjadi semakin ramai, lalu lintas menjadi semakin lancar, adanya jalur komunikasi, penerangan listrik, dan lain sebagainya. Sementara itu dari aspek budaya apakah dengan adanya proyek tersebut terjadi pergeseran perilaku masyarakat dari adat kebiasaannya. Perlu diingat bahwa budaya masyarakat sangat lama dan sulit untuk dirubah.

Pengkajian terhadap aspek lingkungan dalam studi kelayakan usaha adalah pengkajian terhadap dampak atau segala perubahan lingkungan yang disebabkan oleh suatu kegiatan, dalam hal ini berupa pembangunan proyek dan beroperasinya unit hasil proyek. salah satu mekanisme untuk mencapai maksud tersebut adalah AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).


(37)

III. PENGUMPULAN DATA

A. TEMPAT DAN WAKTU

Pengambilan data dilakukan di CV. Bianca, Cimahi, Jawa Barat. Kegiatan berlangsung selama 3 bulan, terhitung dari tanggal 10 Maret 2006 hingga 9 Juni 2006.

B. KERANGKA PEMIKIRAN

Hal yang dikaji adalah aspek pasar, pemasaran, teknik, teknologi, finansial, serta aspek sosial dan lingkungan dari industri dendeng jantung pisang yang menggunakan alat pengering tipe ERK dalam proses produksinya. Pengkajian dilakukan untuk menganalisis pengaruh penggunaan alat pengering tipe ERK ini dalam mendukung kelayakan industri dendeng jantung pisang di Usaha Kecil Menengah CV. Bianca.

Instalasi dari alat pengering tipe ERK di industri kecil diharapkan dapat memberikan manfaat dalam banyak aspek. Secara khusus, penggunaan alat ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas usaha dan meningkatkan nilai tambah dari produk yang dihasilkan sehingga memberikan keuntungan secara finansial. Selain itu, penempatan alat pengering ini secara tidak langsung dimaksudkan untuk mensosialisasikan teknologi energi terbarukan kepada kalangan masyarakat umum.

Penempatan suatu teknologi baru, dalam hal ini teknologi energi terbarukan di masyarakat membutuhkan sejumlah investasi yang sesuai dengan besar kecilnya proyek yang akan dilaksanakan. Langkah ini harus dimulai dengan mengetahui dan memahami faktor-faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan pelaksanaan proyek. Langkah selanjutnya adalah dengan menganalisa dan meramalkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang setelah kegiatan dijalankan.

Untuk meminimumkan resiko kegagalan dalam pengambilan keputusan, dilakukan studi kelayakan perencanaan proyek tersebut. Pada umumnya, aspek-aspek yang mempengaruhi pelaksanaan suatu proyek adalah aspek produk, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek


(38)

manajemen organisasi, aspek sosial ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek finansial. Namun, aspek-aspek yang dikaji tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Untuk masalah penggunaan alat pengering tipe ERK ini, pengkajian akan lebih dititikberatkan pada aspek teknis dan finansial. Sedangkan aspek-aspek yang lain seperti aspek-aspek pasar dan pemasaran serta aspek-aspek sosial dan lingkungan hanya dikaji secara terbatas, untuk mendukung analisis teknis dan finansial. Secara khusus, hasil dari analisis finansial akan memberikan gambaran kepada investor, pengusaha, atau para pengambil keputusan apakah penggunaan alat pengering tipe ERK ini layak untuk dikembangkan atau tidak. C. METODE PENGUMPULAN BAHAN

Pengumpulan bahan bertujuan untuk memperoleh informasi, gambaran, dan keterangan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan studi kelayakan sehingga data tersebut diharapkan dapat digunakan dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Data-data yang dikumpulkan meliputi: 1. Data Primer

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data primer adalah dengan wawancara dan pengambilan data kuantitatif langsung di lapangan. Responden yang diwawancara meliputi direktur CV. Bianca, para karyawan dan pekerja magang CV. Bianca, pihak CREATA, pemasok jantung pisang, dan distributor dendeng jantung pisang “Denjapi”. Data-data kuantitatif yang diambil adalah data-data yang berhubungan dengan aspek teknis dan finansial.

2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka dan mencatat data-data yang telah tersedia pada instansi-instansi yang terkait dengan studi ini. Data sekunder ini diperoleh dari literatur-literatur, internet, serta instansi-instansi pemerintah seperti Departemen Industri dan Perdagangan.


(39)

D. ANALISIS DATA

Analisis data dilakukan dengan dua cara, yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan bantuan komputer, yaitu oleh Microsoft Excel dan SPSS 12. Analisis yang dilakukan adalah analisis teknik dan teknologi serta analisis finansial.

1. Aspek Pasar dan Pemasaran

Pada analisis aspek pasar dan pemasaran aspek yang dikaji adalah mengetahui bentuk pasar, proyeksi permintaan dan penawaran, pangsa pasar yang mungkin diraih, mengetahui perilaku konsumen, dan strategi pemasaran untuk mencapai pangsa tersebut. Semua aspek tersebut diukur dengan menggunakan teknik yang sesuai dengan kebutuhan penelitian dan data yang diperoleh.

Perkiraan jumlah permintaan pasar pada saat ini adalah dengan mengetahui jumlah seluruh potensi pasar. Jumlah seluruh pasar adalah jumlah maksimal hasil penjualan yang tersedia bagi perusahaan selama waktu tertentu dengan kegiatan pemasaran tertentu dalam lingkungan tertentu. Prakiraan penawaran dan permintaan pasar akan memberikan informasi mengenai masa yang akan datang untuk digunakan dalam pembuatan keputusan atau kebijakan yang berhubungan dengan perusahaan (Byrd, 1982). Untuk membuat analisisnya diperlukan data-data serta informasi mengenai beberapa hal sebagai berikut:

1) Perincian permintaan

Permintaan produk dapat diperinci menjadi area (dikaji potensi daya serapnya) dan spesifikasi produk (dibedakan atas berbagai tingkatan spesifikasi).

2) Permintaan masa depan dan saat ini

Permintaan saat ini dikumpulkan berdasarkan catatan administrasi keuangan perusahaan. Sedangkan untuk masa depan digunakan peramalan dengan menggunakan berbagai variable yang didasarkan pada informasi saat ini. Permintaan diasumsikan sesuai dengan penawaran yang diberikan oleh perusahaan.


(40)

3) Penawaran

Dalam hal penawaran produk, yang perlu diamati adalah besarnya penawaran dan potensi di masa yang akan datang, besarnya kapasitas produksi aktual, dan spesifikasi produk.

2. Aspek Teknik dan Teknologi a. Teknologi proses produksi

Proses produksi mencakup teknik atau metode yang dipakai untuk meningkatkan nilai barang. Pemilihan teknologi produksi berarti memilih proses menghasilkan produk atau pelayanan, menyangkut macam teknologi dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Teknologi proses produksi berupa proses pengolahan, macam mesin dan peralatan, fasilitas penunjang dan rancangan teknik yang digunakan.

b. Kapasitas produksi

Kapasitas produksi memberikan arti batas atas atau plafon produksi yang dapat dicapai oleh suatu instalasi, atau batas atas beban yang dapat ditampung. Selain oleh pangsa pasar, kapasitas produksi juga ditentukan oleh kapasitas alat, bahan baku yang tersedia, dan tenaga kerja yang ada.

Kapasitas produksi dibedakan menjadi kapasitas desain dan kapasitas efektif. Kapasitas desain adalah kapasitas menurut rancangan teknik, yaitu maksimum output yang dapat dicapai menurut perhitungan. Sementara itu, kapasitas efektif adalah kapasitas sesungguhnya setelah memasukkan parameter-parameter seperti faktor servis, pemeliharaan, dan kondisi-kondisi lain yang dihadapi dalam operasi.

c. Lokasi dan tata letak produksi

Pemilihan lokasi dan tata letak produksi didasarkan atas pengkajian yang berkaitan dengan unit ekonomi dari instalasi spesifik yang dibangun, baik dari segi teknis konstruksi, maupun kelangsungan operasi dan produksi di masa yang akan datang. Secara teknis, tata letak dan ketersediaan ruang akan sangat mempengaruhi kinerja dan


(41)

produktivitas usaha. Jumlah pekerja disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang ada dan keahlian yang dibutuhkan.

d. Kinerja Alat Pengering

Kinerja alat pengering merupakan pembuktian dari kerja dan kemampuan alat dalam menjalankan fungsinya. Bentuk dari kinerja alat dapat berupa performansi teknis alat, rendemen yang dihasilkan, serta efisiensi sistem. Untuk menentukan baik buruknya kinerja alat pengering, dilakukan pembandingan dengan kinerja alat pengeringan yang lain. e. Preferensi konsumen

Konsumen mempunyai sikap tertentu pada komoditas yang menjadi perhatiannya atau minatnya, yaitu terhadap mutu dan harga komoditas. Tingkah laku konsumen yang dipengaruhi oleh mutu dan harga yang melekat pada suatu barang disebut perilaku konsumen (Soekarto, 1990 dalam Nurani, 2002). Uji preferensi menyangkut penilaian seseorang akan suatu sifat atau mutu suatu produk yang menyebabkan orang menyenangi produk tersebut. Uji ini dilakukan untuk melihat sekaligus membandingkan kualitas hasil pengeringan dengan beberapa metode yang berbeda berdasarkan sudut pandang konsumen. Ketiga perlakuan tersebut berupa pengeringan di bawah sinar matahari secara langsung, pengeringan dengan oven, dan pengeringan dengan alat pengering tipe ERK. Data hasil pengujian diolah dengan menggunakan program SPSS 12.

3. Aspek finansial

Sebagai titik tolak analisis finansial, parameter-parameter dan asumsi-asumsi dasar harus ditentukan untuk landasan membuat perkiraan biaya investasi. Parameter dasar memberikan ketentuan, antara lain mengenai kapasitas produksi, jumlah produksi, pangsa pasar, proyeksi harga produk, dan lain-lain. Dengan demikian telah ada batasan lingkup proyek yang memungkinkan pembuatan prakiraan biaya pertama. Parameter dasar disusun berdasarkan masukan dari pengkajian dan penelitian aspek-aspek


(42)

yang terkait terutama pemasaran dan teknologi. Sistematika lengkap dalam analisis finansial setelah menentukan parameter dasar adalah:

a. Membuat prakiraan biaya investasi

Biaya investasi terdiri dari dua komponen utama , yaitu modal tetap dan modal kerja (working capital). Modal tetap merupakan seluruh aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan untuk mendirikan usaha. Modal kerja adalah keseluruhan biaya yang diperlukan perusahaan untuk memulai aktivitas atau proses produksi pada awal pendirian perusahaan. b. Analisis biaya

Membuat analisis biaya pokok produksi. Disesuaikan dengan perkiraan atau proyeksi pendapatan (revenue) yang masuk sebagai hasil penjualan produk.

c. Membuat aliran kas

Laporan keuangan yang akan dikaji adalah aliran kas (cash flow) selama umur investasi, bukan neraca atau laporan rugi-laba. Aliran kas tersebut akan dikelompokkan menjadi aliran kas awal, operasional, dan terminal. Selanjutnya, diskonto aliran kas tersebut dihitung.

d. Kriteria penilaian

Kriteria penilaian atau yang biasa disebut sebagai kriteria investasi dilakukan untuk membandingkan dan memilih alternatif investasi yang tersedia. Terdapat beberapa macam kriteria penilaian yang dianggap baku. Kriteria yang akan digunakan yang memperhitungkan konsep equivalent (memberikan bobot kuantitatif faktor waktu terhadap nilai uang seperti bunga dan rendemen) adalah:

1) Net Present Value (NPV)

Net Present Value merupakan perbedaan antara nilai sekarang (present value) dari manfaat dan biaya (Soeharto, 1995). Dengan demikian apabila NPV bernilai positif, dapat diartikan juga sebagian besarnya keuntungan yang diperoleh dari proyek. Sebaliknya NPV


(43)

(-) NPV

) ( NPV B/C

Net = +

yang bernilai negatif menunjukkan kerugian. NPV dapat dihitung dengan persamaan (1).

NPV = Σ ((BBtB – CBtB) / (1 + i)P t

P

) ... (1) Dimana:

NPV = Net Present Value (Rp)

BBtB = Keuntungan pada tahun ke-t (Rp)

CBtB = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rp)

t = tahun ke-t

Dari hasil perhitungan NPV yang diperoleh dapat diambil keputusan sebagai berikut:

Jika NPV ≥ 0 , maka proyek layak untuk dijalankan Jika NPV < 0 , maka proyek tidak layak untuk dijalankan. 2) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat (benefit) yang diperoleh dari biaya (cost) yang dikeluarkan. Apabila net B/C > 1, maka proyek layak dilaksanakan. Demikian pula sebaliknya, apabila net B/C < 1, maka proyek tidak layak dilaksanakan. Adapun cara perhitungan net B/C adalah sebagai berikut:

... (2) Dimana:

NPV (+) = NPV yang bernilai positif selama proyek berlangsung (Rp) NPV (-) = NPV yang bernilai negatif selama proyek berlangsung (Rp) 3) Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan suatu tingkat pengembalian modal yang digunakan dalam suatu proyek, yang nilainya dinyatakan dalam persen per tahun. Suatu proyek yang layak dilaksanakan akan mempunyai nilai IRR yang lebih besar dari nilai discount rate (dr) .


(44)

Nilai IRR adalah merupakan nilai tingkat bunga, dimana nilai NPV-nya sama dengan nol. Dalam persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut:

... (3) Dari hasil perhitungan IRR yang diperoleh dapat diambil keputusan sebagai berikut :

Jika IRR ≥ dr, maka proyek layak untuk dilaksanakan Jika IRR < dr, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

Untuk memperoleh nilai IRR dari persamaan di atas dilakukan dengan cara coba-coba (trial dan error), karena tidak dapat diselesaikan secara langsung. Perkiraan nilai IRR dapat didekati dengan persamaan (4).

... (4) Dimana:

i’ = tingkat suku bunga dugaan pertama yang mendekati nilai IRR i’’ = tingkat suku bunga dugaan kedua yang mendekati nilai IRR NPV’ = nilai NPV dengan i’

NPV” = nilai NPV dengan i”

Nilai IRR yang diperoleh merupakan nilai pendekatan. Karena hubungan antara perubahan i dan NPV tidak merupakan suatu garis linear, ketepatan nilai IRR akan dipengaruhi dari besarnya perbedaan nilai i’ dan i”. Artinya semakin kecil perbedaan nilai i’ dan i”, nilai IRR yang memiliki ketepatan yang semakin tinggi atau mendekati nilai sebenarnya.

4) Pay Back Period (PBP)

Pay Back Period atau periode pengembalian adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal suatu investasi, dihitung dari aliran kas bersih (net). Aliran kas bersih adalah selisih pendapatan (revenue) terhadap pengeluaran (expenses) tiap tahun. Periode pengembalian dinyatakan dalam jangka waktu per tahun.

) ' " ( ) " ' ( '

' i i

NPV NPV NPV i IRR − − + =

= = + − n i t t IRR C B 1 0 ) 1 (


(45)

e. Analisis sensitivitas

Analisis ini dilakukan dengan anggapan bahwa terjadi suatu kesalahan pendugaan suatu nilai biaya atau manfaat dan adanya kemungkinan akan terjadinya perubahan suatu unsur harga pada saat proyek tersebut dilaksanakan. Dalam melakukan analisis sensitivitas, perhitungan-perhitungan yang telah dilakukan perlu diulang kembali dengan perubahan yang terjadi atau mungkin akan terjadi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses analisis adalah adanya cost overrun (misalnya kenaikan biaya), perubahan dalam perbandingan harga terhadap tingkat harga umum (misalnya penurunan harga hasil produksi), mundurnya jadwal pelaksanaan proyek, dan terjadi kesalahan dalam penaksiran supply material dan bahan baku.

f. Melakukan penilaian

Penilaian akan menghasilkan mana usulan yang mempunyai prospek baik dan tidak baik, untuk selanjutnya ditolak atau diterima. Ini dikenal dengan accept-reject decision.

4. Aspek Sosial dan Lingkungan

Aspek sosial dan lingkungan mengkaji tentang dampak keberadaan proyek terhadap kehidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi, dan budaya serta keadaan lingkungan di sekitar proyek berlangsung. Jenis data yang diperlukan untuk aspek ekonomi mencakup Upah Minimum Regional (UMR) dan upah rata-rata. Untuk aspek sosial mencakup jenis pekerjaan dan status pendidikan. Untuk aspek budaya mencakup adat kebiasaan. Data tentang aspek lingkungan berupa data mengenai pengaruh proyek terhadap keseimbangan ekosistem. Sumber data diperoleh dari instansi terkait maupun masyarakat setempat.


(46)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. ANALISIS PASAR DAN PEMASARAN

Dalam mengkaji aspek pasar dan pemasaran, hal yang perlu diperhatikan adalah kedudukan produk dalam pasar saat ini, komposisi dan perkembangan permintaan produk di masa lalu dan sekarang, proyeksi permintaan produk di masa yang akan datang, kemungkinan adanya pesaing dan peranan pemerintah dalam menunjang perkembangan produk. Untuk memasuki pasar, industri harus memperkirakan pasar potensial agar sumber daya yang dimiliki tersebar efektif. Pasar potensial adalah sejumlah konsumen yang mempunyai kadar minat tertentu pada tawaran produk tertentu.

1. Permintaan dan Penawaran Pasar

Pengukuran permintaan dendeng jantung pisang dilakukan dengan pendekatan jenis produk dendeng jantung pisang sebagai jenis produk pangan yang langsung dapat dinikmati oleh konsumen dan identitasnya sebagai oleh-oleh khas kota Cimahi. Berdasarkan penelusuran data dari Departemen Perindustrian, saat ini belum ada belum ada industri dendeng jantung pisang yang beroperasi di Indonesia. Dengan begitu, dapat dipastikan bahwa permintaan masyarakat akan dendeng jantung pisang hanya dapat dipenuhi oleh dendeng jantung pisang dengan merk dagang Denjapi.

Menurut Kotler (2002), permintaan pasar atas suatu produk adalah volume yang akan dibeli oleh suatu kelompok konsumen tertentu, dalam suatu wilayah geografis tertentu, dalam suatu waktu tertentu yang berada dalam lingkungan pemasaran tertentu, dengan suatu program pemasaran tertentu. Permintaan dendeng jantung pisang diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi penduduk Indonesia yang akan sebanding lurus dengan tingkat kebutuhan mereka terhadap produk-produk pangan sehat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kesadaran masyarakat Indonesia akan kesehatan.

Secara khusus, permintaan dendeng jantung pisang dibedakan menjadi tiga kelompok area, yaitu individu, pameran, dan toko atau


(47)

swalayan. Pada kelompok individu, penjualan, dilakukan secara langsung atau retail kepada konsumen perorangan. Yang dimaksud dengan area pameran adalah penjualan pada event-event khusus seperti pameran dan expo. Biasanya angka penjualan pada tiap pameran mencapai tingkat yang cukup tinggi. Dalam satu hari, penjualan bisa mencapai 300 bungkus (kemasan 75 gram) atau bahkan lebih. Kelompok ketiga adalah penjualan toko atau swalayan.

Hingga saat ini, dendeng jantung pisang telah dipasarkan di beberapa toko dan swalayan di Kota Cimahi, Bandung, dan sekitarnya. Diantaranya adalah Toko Putri (Cihampelas), Talipang (jl. Banda), dan Carrefour. Selain itu, beberapa koperasi juga memasarkan produk ini. Koperasi-koperasi yang turut memasarkan produk ini adalah Koperasi BARRAK, Koperasi ITB, dan Koperasi PT. INTI.

Sejauh ini, permintaan paling tinggi berasal dari penjualan individu. Akan tetapi, jika permintaan dihitung per penjualan dalam kurun waktu tertentu, permintaan dari pameran jauh lebih besar dari pada penjualan pada kelompok yang lain. Namun, pameran tidak rutin diadakan sehingga pendapatan dari penjualan di pameran tidak berpengaruh terlalu besar bagi keuangan (aliran kas) perusahaan. Data permintaan dikumpulkan dari catatan administrasi keuangan perusahaan per Agustus 2005 hingga April 2006.

Pendugaan permintaan masa depan didasarkan pada jumlah permintaan pada saat ini (Lampiran 8). Karena yang dibutuhkan dalam analisis finansial adalah permintaan tiap tahun, maka dilakukan pendugaan dengan menggunakan asumsi. Pada tahun pertama, permintaan yang datang sebanyak 16680 kemasan (75 gram) atau 61 kemasan per harinya. Banyaknya permintaan disesuaikan dengan penawaran perusahaan dengan asumsi seluruh produk yang dihasilkan oleh perusahaan akan terjual habis. Dengan begitu, permintaan akan meningkat terhadap permintaan tahun pertama hingga 189 % pada tahun kedua dan 284% pada tahun ketiga dan seterusnya.


(48)

0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000 8000000 9000000 Agus tus '

05

Sep tember

'05 Oktobe

r '05 Nove

mbe r '05

Des ember

'05 Januar

i '06 Febr

uari '0 6

Mar et '0

6 April '0

6

Bulan

Ju

m

lah

Pengeluaran per bulan Penerimaan per bulan

Gambar 2. Profil penerimaan dan pengeluaran keuangan CV. Bianca selama Agustus 2005-April 2006.

Penawaran ditentukan oleh potensi di masa yang akan datang, kapasitas produksi aktual, dan spesifikasi produk. Saat ini, batas bawah penawaran pada penjualan pameran adalah 500 bungkus. Penawaran individu > 700 bungkus per bulannya. Untuk toko dan swalayan, penawaran mulai dari 750 bungkus per bulannya. Namun Penawaran pada tahun pertama hanya mencapai 35% dari kapasitas produksi yang diharapkan. Hal ini dikarenakan oleh produktivitas kerja yang belum stabil serta pasokan bahan baku yang tidak teratur. Walaupun begitu, penawaran diasumsikan akan meningkat hingga 66.67 % dari kapasitas produksi efektif pada tahun kedua dan 100% pada tahun ketiga dan seterusnya.

2. Konsep Industri Tentang Persaingan

Industri didefinisikan sebagai sekelompok perusahaan yang menawarkan suatu produk atau kelas produk yang merupakan substitusi dekat satu dengan yang lainnya. Industri-industri dikelompokkan menurut jumlah penjual dan tingkat diferensiasi produk, ada atau tidaknya hambatan


(49)

masuk, mobilitas keluar, struktur biaya, tingkat integrasi vertikal, dan tingkat globalisasi.

Struktur pasar menjadi parameter penting dalam mengamati persaingan dan tingkat harga. Beberapa struktur pasar dapat diidentifikasikan dengan mengamati konsentrasi penjualan dan aktivitas ekonomi pasar yang sedang berlangsung. Macam-macam struktur pasar dikemukakan oleh Dahl dan Hammond (1997) UdalamU Tahmid (2005).

Tabel 2. Penggolongan struktur pasar

Tipe Jumlah

Perusahaan Sifat Produk Dari sudut penjual Dari sudut pembeli 1 Banyak Standar/Homogen Persaingan murni Persaingan murni 2 Banyak Diferensiasi Persaingan

monopolistik

Persaingan monopolistik 3 Sedikit Standar Oligopoli murni Oligopsoni murni 4 Sedikit Diferensiasi Oligopoli

diferensiasi Oligopsoni murni 5 Unik Unik Monolpoli Monopsoni Sumber: Dahl dan Hammond (1997) UdalamU Tahmid (2005).

Berdasarkan struktur pasar pada Tabel 2, industri dendeng jantung pisang termasuk ke dalam kategori tipe 5, dimana saat ini tidak ada industri dendeng jantung pisang lain yang berdiri di Indonesia serta jenis produknya yang unik. Namun, diperkirakan beberapa tahun kedepan setidaknya akan ada satu perusahaan lain yang mendirikan industri dendeng jantung pisang juga di Indonesia.

3. Strategi Pemasaran

Menurut teori Marshal (Marshal, 1927, UdalamU Chandrady, 1978),

keputusan-keputusan para konsumen untuk membeli (purchasing decisions) pada umumnya merupakan hasil dari perhitungan ekonomi yang didasarkan atas rasio dan kesadaran. Konsumen pada umumnya cenderung bertindak atas kepentingan sendiri dengan membelanjakan uangnya untuk barang-barang yang dapat memberikan kepuasan padanya, sesuai dengan cita rasanya dan perbandingan harga-harga relatif dari barang-barang tersebut.

Untuk memenangkan persaingan pasar dan menarik konsumen sebanyak-banyaknya, dibutuhkan strategi pemasaran. Strategi pemasaran adalah logika pemasaran dimana suatu unit bisnis berusaha dan


(50)

mengharapkan tercapainya tujuan pemasaran. Strategi pemasaran terdiri dari beberapa strategi spesifik, yaitu strategi produk, promosi, harga, dan distribusi.

a. Strategi produk

Karena jenis produk yang unik dan merupakan kreasi baru, dendeng jantung pisang dapat tetap menguasai pasar dan menjadi pemimpin pasar. Strategi yang dikembangkan dalam ceruk produk pangan eksotik ini adalah dengan mempertahankan originalitas dari produk. Meskipun pada bulan-bukan awal produksi industri sempat mengeluarkan beberapa varian lain seperti dendeng jantung pisang rasa ayam, produk dengan rasa asli dendeng (manis dan pedas) tetap dipertahankan. Bahkan pada akhirnya hanya dendeng jantung pisang rasa manis dan pedas saja yang diproduksi.

Strategi lain untuk meningkatkan kekuatan pemasaran produk adalah dengan mencoba beradaptasi dengan kebutuhan konsumen. Saat ini, produk yang dijual hanya produk yang telah mengalami proses penggorengan. Hal ini dikarenakan banyaknya keluhan yang datang dari konsumen akibat kegagalan konsumen dalam menggoreng dendeng. Ketika industri masih menjual dendeng mentah (belum digoreng), konsumen yang membeli produk belum mengerti mengenai proses penggorengan yang benar sehingga dendeng yang mereka goreng biasanya terlalu matang atau gosong.

Kebutuhan konsumen lain yang coba dipenuhi oleh industri adalah kebutuhan akan dendeng yang cocok bagi kaum vegetarian. Selama ini bahan dasar pembuatan dendeng menggunakan bahan tambahan kaldu daging sapi sebagai penguat rasa. Namun untuk kedepannya penggunaan kaldu daging sapi akan ditiadakan khusus untuk dendeng bagi kaum vegetarian.

Untuk memberikan kebebasan bagi konsumen untuk memilih serta untuk memperluas segmen pasar, produk dibagi menjadi beberapa varian berdasarkan berat bersih, yaitu ukuran 75 gram, 100 gram, 250 gram, 500 gram, dan 1 kg. Varian yang paling banyak dijual adalah


(51)

kemasan ukuran 75 gram dan 100 gram kemasan 250 gram, 500 gram, dan 1 kg biasanya dijual hanya pada momen-momen tertentu seperti pameran atau ketika ada yang memesan.

b. Strategi promosi

Strategi yang digunakan untuk mempromosikan dendeng jantung pisang tidak jauh berbeda dengan strategi promosi Usaha Kecil Menengah pada umumnya mengingat keterbatasan dana yang ada. Media promosi yang dipakai adalah promosi secara tidak langsung dari mulut ke mulut. Pemberitaan oleh beberapa media cetak dan visual juga membantu promosi produk ini. Penggunaan spanduk dan pamflet sebagai sarana promosi hanya digunakan jika ada event-event khusus seperti pameran.

c. Strategi harga

Industri membuat pembedaan harga berdasarkan ukuran kemasan produk. Strategi yang digunakan untuk mendorong penjualannya adalah dengan menerapkan rentang harga tertentu untuk tiap ukuran kemasan. Daftar harga produk yang dijual ditunjukkan oleh Tabel 3.

Tabel 3. Daftar harga dendeng jantung pisang

No. Ukuran kemasan Harga (Rp.) 1 75 gram 3500-5000 2 100 gram 4500-6000 3 250 gram 12000-13000 4 500 gram 24000-26000 5 1000 gram 50000-54000

Rentang terbawah biasanya dikenakan kepada penyalur perorangan, yaitu individu yang membeli dalam jumlah banyak untuk dijual kembali secara retail. Sedangkan untuk perorangan, harga sangat bervariasi mulai dari harga terendah hingga tertinggi sesuai dengan kondisi dan kedekatan pembeli dengan industri. Penentuan harga dalam penjualan perorangan memang subjektif. Bahkan jika pembeli adalah konsumen yang cukup sering membeli produk, pembeli akan diberikan diskon khusus.

Untuk toko dan swalayan, industri melepaskan produk dengan harga terendah. Penentuan harga akhir yang harus dibayar konsumen


(52)

toko disesuaikan dengan jumlah keuntungan yang ingin didapatkan oleh toko. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan harga yang cukup jauh diantara toko dan swalayan yang menjual dendeng jantung pisang. Sebagai contoh, Toko Putri menjual denjapi kemasan 75 gram dengan harga Rp 5000,-/bungkus sedangkan Carefour mematok harga Rp 6750,-per bungkus.

Untuk penjualan di event-event khusus seperti pameran, produk dilepas pada harga dengan rentang tertinggi. Meskipun dijual dengan harga lebih tinggi dari biasanya, pembeli tetap antusias dan tingkat pembelian cukup tinggi. Dengan begitu, keuntungan yang didapatkan lebih banyak dibandingkan dengan keuntungan dari penjualan langsung ke konsumen atau toko dan swalayan pada tingkat penjualan yang sama. d. Strategi distribusi

Jangkauan pemasaran tidak hanya melingkupi daerah Jawa Barat saja, tetapi hingga ke luar daerah bahkan ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Saat ini, pemasaran dendeng jantung pisang telah mencapai DKI Jakarta dan beberapa kota di Kalimantan. Bahkan persebarannya tidak terbatas mengingat produk ini merupakan oleh-oleh khas Kota Cimahi. Jadi, siapapun yang membeli produk ini dapat menyebarkannya di kotanya masing-masing.

Saluran penjualan yang digunakan diantaranya adalah penyalur perorangan (distributor perorangan), pameran, toko dan swalayan. Selain itu juga perusahaan menerima pembelian langsung dari konsumen. Saluran-saluran tersebut memiliki perbedaan dalam sumplai yang disediakan dan skala prioritas yang diberikan.

Hingga saat ini, peran penyalur perorangan dan pameran lebih dijadikan sebagai sarana promosi. Hal ini dikarenakan angka

permintaannya yang tidak stabil dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, saat ini hingga kedepannya perusahaan memprioritaskan toko dan swalayan sebagai saluran penjualan utama.

B. ANALISIS TEKNIK DAN TEKNOLOGI 1. Teknologi Proses Produksi

Teknologi proses produksi yang digunakan dalam pembuatan dendeng jantung pisang adalah proses produksi kontinu. Disebut kontinu karena sifat operasinya yang berulang-ulang dan hanya menghasilkan satu jenis komoditas yang dimaksudkan untuk menghasilkan volume yang besar.


(53)

Teknologi proses produksi mencakup proses pengolahan, macam peralatan, fasilitas penunjang, dan rancangan teknik yang digunakan.

a. Proses pengolahan

Sebagai hasil formulasi dan pengujian berulang-ulang, maka dihasilkan sebuah formula yang berbeda dengan jenis dendeng lainnya. Berdasarkan proses kreatif yang dilakukan selama berbulan-bulan, didapatlah serangkaian proses untuk mengolah dendeng jantung pisang yang diracik dengan bahan-bahan lainnya menjadi produk dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi berupa dendeng jantung pisang.

Pengolahan dilakukan dalam 10 tahapan. Kesepuluh tahapan proses tersebut dilaksanakan secara berurutan seperti ditunjukkan oleh Gambar 3.

1) Sortasi

Kegiatan awal yang dilakukan dalam kegiatan pengolahan ini adalah pemilihan atau sortasi. Pemilihan masih dilakukan secara manual untuk memisahkan jantung pisang yang berkualitas dan layak untuk diproses dari jantung pisang berkualitas buruk.

Sortasi dilakukan dua kali. Sortasi yang pertama dilakukan oleh pemasok, sedangkan sortasi yang kedua dilakukan ketika jantung pisang yang didatangkan oleh pemasok dimasukkan ke dalam gudang penyimpanan.

Pengawasan kualitas bahan baku


(54)

Bahan baku yang lolos sortasi adalah jantung yang memiliki berat bruto ±1.3 kg/buah serta rasa yang sesuai. Helai-helai kulit terluar dikupas hingga deret bunga pertama terlihat. Salah satu bunga yang menjadi cikal bakal pisang tersebut dipatahkan dan dicicipi getahnya. Jika rasanya pahit, maka jantung pisang tersebut akan Gambar 3. Diagram alir pengolahan dendeng jantung pisang.

1

1 1

2

9 6 4 3

10 7

8 8 8

2 1

Sortasi

Pembersihan

Pengecilan ukuran I

Perebusan

Freezer

Bumbu Pembuatan adonan

Pencetakan

Tanpa alat Oven Pengeringan dengan alat

pengering tipe ERK

Penggorengan

Pengemasan

Penyimpanan untuk selanjutnyadijual


(55)

dipisahkan. Jantung pisang yang baik memiliki getah yang rasanya hambar atau semu manis.

2) Pembersihan

Pembersihan dilakukan dengan mengupas helai-helai kulit bagian luar hingga tampak bagian dalam yang berwarna putih kemerah-merahan. Setelah pengupasan ini, jantung pisang yang bagus akan memiliki berat ±0.8 kg. Setelah dikupas, jantung pisang tersebut dicuci dengan air bersih. Dalam proses pencucian ini, jantung pisang tidak memerlukan perlakuan khusus. Air yang digunakan hanya air kran atau air sumur tanpa penambahan zat pembersih lain.

3) Pengecilan Ukuran I

Bagian dalam yang berwarna keputih-putihan tersebut selanjutnya diiris-iris dengan ukuran ≥ 2 x 2 cm. Pengirisan dilakukan secara manual dengan menggunakan pisau dapur atau golok.

4) Perebusan

Tahap ini dilakukan untuk memperhalus tekstur jantung pisang sehingga proses selanjutnya akan lebih mudah dilakukan. Pemanasan menggunakan kompor semawar (menggunakan bahan bakar minyak tanah) karena perebusan menjadi lebih cepat. Biasanya jantung pisang yang akan direbus dimasukkan ke dalam wajan berdiameter 80 cm atau panci berdiameter 40 cm.

Penambahan air dilakukan untuk menghindari kegosongan dan mempercepat penghalusan tekstur jantung pisang. Untuk sekali perebusan (6-7 jantung pisang yang telah diiris) cukup ditambahkan air sebanyak ± 600 ml atau 3 gelas kecil. Perebusan dihentikan setelah warna jantung pisang berubah menjadi coklat merata dan air perebusan menyusut.

5) Pengecilan Ukuran II

Setelah disaring dan didiamkan beberapa saat untuk menurunkan suhu dan kandungan airnya, jantung pisang kemudian dihaluskan. Pengecilan ukuran pada tahap ini dapat dilakukan secara manual melalui penumbukan dengan menggunakan lesung dan alu


(1)

Lampiran 15. Flow chart pengolahan dendeng jantung pisang per adonan (12 kg bahan baku setelah pembersihan)

Waktu (jam)

Deskripsi Proses Simbol Operasi Inspeksi Trans. Delay Storage Tenaga kerja (orang) Proporsi bahan baku Pengawasan kualitas bahan

baku 0.5 1

Penyimpanan di gudang

bahan baku 24 100%

Sortasi 0.5 2 100%

Pembersihan 1 2 62%

Pengecilan ukuran I 1.5 2

Perebusan 3 2

Pengecilan ukuran II 0.5 3

Penundaan (penyimpanan

di freezer) 16

Pembuatan adonan 1 2

Pencetakan 1.5 10

Pengeringan 5 2 26-28%

Penggorengan 1 2 20%

Pengemasan 1.5 3

Penyimpanan untuk selanjutnya dijual

Total 16.5 0.5 0 16 24 31

1 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2 1


(2)

158 Lampiran 16. Laju pengeringan selama percobaan pengeringan berlangsung

Tabel lampiran 36. Laju pengeringan rata-rata pada percobaan 1 (Agriana, 2006) Rak

Laju Pengeringan (%bk/jam)

I(bawah) 25.68 II 21.69 III 28.16 IV 24.21 V 27.60 VI 28.49 VII 25.46 VIII 28.37 IX 19.87 X(atas) 20.60 Rata-rata 25.01 Standar deviasi 3.13

Jemur 27.23

Tabel lampiran 37. Laju pengeringan rata-rata pada percobaan 2 (Agriana, 2006) Rak

Laju Pengeringan (%bk/jam)

I(bawah) 17.39 II 17.69 III 16.58 IV 17.84 V 16.78 VI 17.25 VII 16.57 VIII 16.91 IX 15.25 X(atas) 15.46 Rata-rata 16.77 Standar deviasi 0.82


(3)

Lampiran 16. Laju pengeringan selama percobaan pengeringan berlangsung (lanjutan)

Tabel lampiran 38. Laju pengeringan rata-rata pada percobaan 3 (Agriana, 2006) Rak

Laju Pengeringan (%bk/jam)

I(bawah) 27.06 II 30.29 III 23.94 IV 24.02 V 35.91 VI 26.50 VII 18.93 VIII 20.07 IX 20.07 X(atas) 20.32

Rata-rata 24.71 Standar deviasi 5.12


(4)

160 Lampiran 18. Data listrik pedesaan PLN tahun 2005


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, K., S. E. Agustina, D. Wulandani, Tamrin and F. Wenur. 1994. Optimasi dalam Perencanaan Alat Pengering Hasil Pertanian dengan Energi Surya. Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing I. Dirjen DIKTI, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. IPB. Bogor.

Abdullah, K. 2002. Renewable energy for small agro processing unit. Proceedings of World Renewable Energy Congress, Germany, 29 June- 5 July 2002. Agriana, D. 2006. Kinerja Lapang Alat Pengering Surya Hibrid Tipe Efek Rumah

Kaca untuk Pengeringan Dendeng Jantung Pisang. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.

Chandrady, D. 1978. Strategi-Strategi Pemasaran di Indonesia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Choliq, A., R.A.R. Wirasasmita, and S. Hasan. 1993. Evaluasi Proyek (Suatu pengantar). Pionir Jaya. Bandung.

Departemen Perindustrian. 2006. Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi

Dalam Negeri. http://ilmea.dprin.go.id. Diakses pada 9Agustus 2006.

Departemen Pertanian. 2006. Tanaman Pangan dan Hortikultura Pisang.

http://database.deptan.go.id/bdspweb/f4-free-frame.asp. Diakses pada 9

Agustus 2006.

Desrosier, N. W. 1963. The Technology of Food Dehydration. The Avi Publishing Company, Inc.. U. S.A.

Goswami, D. Y. 1986. Alternative Energy in Agriculture Volume 1. CRC Press Inc.. U. S.A.

Goto, J. and H. Mayrowani. 2002. Potentials and Constraints of Banana-Based Farming System: A case of an upland village in West Java. Japan International Research Center for Agricultural Sciences. Indonesia. Henderson, S. M., dan R. L. Perry. 1976. Agricultural Process Engineering. The


(6)

65 Husnan, S. dan Suwarsono. 1997. Studi Kelayakan Proyek: Konsep, Teknik, dan

Penyusunan Laporan. UPP AMP YKPN. Yogyakarta..

Jansen, T. J. 1995. Teknologi Rekayasa Surya. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. Kotler, P. 2002. Marketing Management: Analysis, planning, implementation, and

control. Prentice Hall. U.K.

Madani, S. 2002. Uji Kinerja Lapang Alat Pengering ERK Tipe Rak dengan Energi Surya untuk Pengeringan Kerupuk Udang.. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.

Manalu, L. P. 1998. Studi kebutuhan energi untuk pengering kakao dengan alat pengering tenaga surya. Buletin Teknik Pertanian 12(3) : 174.

Mujumdar, A. S. 1980. Advances in Drying Volume 1. McGraw-Hill Companies, Inc.. U.S.A.

Munadjim. 1982. Teknologi Pengolahan Pisang. PT. Gramedia. Jakarta.

Nelwan, L. O. 1997. Pengeringan Kakao dengan Energi Surya Menggunakan Rak Pengering dengan Kolektor Tipe Efek Rumah Kaca. Tesis. Program Studi Keteknikan Pertanian. Program Pascasarjana. IPB. Bogor.

Nugroho, W. A. 2002. Uji Performansi Alat Pengering Cengkeh (Eugenia

aromatica) Tipe ERK. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.

Pramudya, B. and N. Dewi. 1991. Ekonomi Teknik. Proyek Peningkatan

Perguruan Tinggi IPB. Bogor.

Putro, B. E. dan T. Rosita. 2006. Membuat Dendeng Rendah Kolesterol dari Jantung Pisang. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Simangunsong, J. 2005. Studi Kelayakan Pendirian Industri Suplemen Omega-3 untuk Ayam Petelur di Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.

Soeharto, I. 1995. Manajemen Proyek: Dari konseptual sampai operasional. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Tahmid, M. 2005. Studi Kelayakan Pendirian Industri Gelatin Tipe B Berbasis Tulang Sapi di Indonesia. Skripsi. Departemen Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.

U.S. Dept. of Energy. 2002. Template of Feasibility Study Report. U.S Dept. of Energy. U.S.A.

Wulandani, D. 1997. Analisis Pengeringan pada Alat Pengering kopi (Coffea Sp.)

Efek Rumah Kaca Berenergi Surya. Tesis. Program Studi Keteknikan Pertanian. Program Pascasarjana. IPB. Bogor.