75 akan hilang ke ground. Namun, hasilnya akan lebih baik dibandingkan
pengeringan dengan prinsip pertama. Meskipun desain dari alat pengering ERK tidak selalu sama, tetapi
prinsip kerjanya tetap sama. Sinar matahari yang masuk ke dalam bangunan pengering digunakan untuk mengeringkan produk. Sinar matahari yang
masuk dalam bentuk gelombang pendek akan dipantulkan oleh lantai menjadi gelombang panjang. Karena lapisan penutup bangunan pengering
transparan, gelombang panjang akan terhambat untuk keluar dari ruangan dan dipantulkan kembali ke dalam ruangan. Ini menyebabkan
terakumulasinya panas di dalam ruangan pengering secara terus menerus sehingga proses penguapan akan berlangsung secara terus menerus. Proses
penguapan ini akan menurunkan kadar air produk. Proses masuknya energi surya ke dalam ruangan pengering terjadi
melalui proses yang tidak sederhana dan dipengaruhi oleh banyak variable. Nilai rata-rata energi yang masuk dipengaruhi oleh struktur bangunan,
intensitas radiasi, serta jenis dan kondisi bahan penutup. Bagaimanapun juga, tidak semua energi yang masuk dapat dimanfaatkan sepenuhnya untuk
proses pengeringan. Konduksi, konveksi, dan radiasi yang terjadi pada bangunan pengering akan menyebabkan kehilangan panas. Banyaknya
panas yang hilang ditentukan oleh luas permukaan bangunan pengering, resistansi termal dari material, serta perbedaan suhu antara ruangan dan
lingkungan.
D. HASIL-HASIL PENELITIAN TENTANG PENGERINGAN YANG MENGGUNAKAN ALAT PENGERING ERK
Pengeringan dengan energi surya, khususnya yang menggunakan prinsis efek rumah kaca di Indonesia telah dikembangkan ke dalam berbagai
bentuk desain dan digunakan untuk komoditas yang bermacam-macam. Abdullah et. al. 1994 mengenalkan pengering berenergi surya dengan nama
pengering Efek Rumah Kaca atau dikenal dengan nama pengering ERK. Pengering bangunan segi empat berdinding transparan, dilengkapi dengan plat
absorber dan rak atau bak sebagai wadah produk yang dikeringkan. Dengan
76 menyatukan absorber di dalam ruang pengering memberikan keuntungan lebih
dibanding dengan pengering berenergi surya lainnya, dengan kolektor terpisah yang umumnya memerlukan luasan yang besar. Dengan demikian biaya
pembuatan alat pengering ini lebih dapat dihemat. Selanjutnya penelitian uji coba pengering ERK dilakukan untuk berbagai komoditi, mulai dari produk
tanaman pangan, perkebunan, hortikultura hingga produk pangan. Nelwan 1997 menggunakan pengering ERK tipe rak untuk
pengeringan kakao. Plat hitam sebagai absorber diletakkan di atas rak pengering, dilengkapi dengan kisi-kisi pengatur aliran udara pada setiap rak.
Efisiensi pengering yang dihasilkan adalah 18.4 dan efisiensi energi sebesar 12.9 MJkg uap air. Dengan beban 228 kg kakao yang telah difermentasi,
lama pengeringan untuk menurunkan kadar air dari 80 bb hingga 7 bb adalah 40 jam. Sumber energi tambahan yang digunakan selain energi surya
adalah kerosene. Wulandani 1997, melakukan percobaan pengeringan kopi
berkapasitas 1.1 ton, dalam bangunan berdinding transparan UV stabilized plastic
tipe bak. Efisiensi pengeringan yang dicapai 57.7 dan efisiensi energi sebesar 6 MJkg uap air. Dengan suhu pengering 37
P
o
P
C, untuk menurunkan kadar air kopi dari 68 bb sampai 13 bb diperlukan waktu 72
jam, efektif pada siang hari. Sihabudin 2001 melakukan uji alat pengering tipe ERK untuk
mengeringkan keripik kentang sebanyak 50 kg pada kadar air awal 86.8 bb hingga kadar air mencapai 12 bb. Kebutuhan bahan bakar serbuk gergaji
sebanyak 49 kg dengan laju pembakaran 3.06 kgjam. Suhu ruang pengering yang dicapai sebesar 36.49
P
o
P
C pada siang hari dan 20.95
P
o
P
C pada malam hari. Efisiensi pengeringan alat sebesar 13.01, efisiensi bangunan sebesar
12.98, dan efisiensi sistemnya sebesar 11.37. Berdasarkan analisis ekonomi yang dilakukan, didapatkan nilai IRR sebesar 14.5 pada tingkat
sukubunga pinjaman sebesar 6 dan Pay Back Period 4.26 tahun. Nugroho 2002, melakukan uji pengeringan cengkeh dengan
menggunakan alat pengering ERK dengan kapasitas pengeringan sebanyak 160 kg. Suhu optimum untuk pengeringan cengkeh, yaitu 40-50
P
o
P
C dapat
77 dicapai oleh alat pengering pada saat siang hari. Sedangkan pada malam hari
suhu ini belum dapat dicapai meskipun sudah diberi panas tambahan dari pembakaran biomassa. Laju pengeringan rata-rata optimum adalah 3.43
dengan rendemen cengkeh 30. Analisis finansial yang dilakukan menyatakan bahwa usaha pengeringan ini layak dilakukan karena Pay Back
Period dicapai pada awal tahun ke-4 dengan BC ratio sebesar 3.42 dan IRR sebesar 41.13.
Madani 2002 melaporkan bahwa pengeringan kerupuk udang dengan menggunakan alat pengering ERK tipe rak dapat dilakukan pada suhu
optimum 35-45
P
o
P
C dengan RH optimum 50-60. Sebaran suhu di dalam ruang pengering ERK cenderung merata pada tiap titik pengukuran yang
dilakukan dengan suhu tertinggi berada pad bagian tengah ruang pengering ERK. Rendemen pengeringan kerupuk udang berkisar antara 62-76 dengan
rata-rata rendemen untuk keseluruhan percobaan 67.76. Biaya pokok pengeringan Rp 404.49kg bahan basah di siang hari dan Rp 397.32 kg bahan
basah di malam hari. Kelayakan finansial ditentukan oleh nilai PBP selama 1.34 tahun, NPV Rp 604.266.872,- DF 18, IRR 29.9, dan Net BC 1.07.
Berdasarkan nilai-nilai tersebut, proyek pengeringan kerupuk udang dengan menggunakan metode ini dinyatakan layak pada umur proyek selama 5 tahun.
E. STUDI KELAYAKAN Feasibility Study