Preferensi Konsumen ANALISIS TEKNIK DAN TEKNOLOGI 1. Teknologi Proses Produksi

119 Tabel 7. Pemanfaatan energi untuk satu kali pengeringan dendeng jantung pisang Agriana, 2006 Pemanfaatan energi Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 kJ kJ kJ Pemanasan udara 45866.29 105752.96 67289.68 Pemanasan bahan 319.81 528.29 186.39 Penguapan 20332.75 28949.38 25920.91 Kinerja alat pengering dinyatakan dalam nilai efisiensi baik efisiensi pengeringan, efisiensi termal maupun efisiensi sistem. Efisiensi merupakan perbandingan antara besarnya energi yang digunakan untuk mengeringkan bahan dengan besarnya energi yang tersedia untuk jalannya proses pengeringan. Dalam Agriana 2006, Perhitungan efisiensi dilakukan hanya pada percobaan 1 dan 2. Pada percobaan 3 tidak dilakukan karena bahan yang dikeringkan sedikit atau tidak memenuhi kapasitas alat. Efisiensi termal alat pengering ini untuk percobaan 1 dan 2 sebesar 17.04 dan 70.26. Efisiensi pengeringan pada percobaan 1 dan 2 sebesar 45.02 dan 27.87, sedangkan efisiensi sistemnya sebesar 7.63 dan 19.31. Energi spesifik yaitu energi total perkilogram massa air yang diuapkan pada percobaan 1 dan 2 sebesar 21.73 dan 10.85 MJkg uap air. Perbedaan efisiensi dan energi spesifik antara percobaan 1 dan 2 disebabkan pada percobaan 2 tidak menggunakan energi dari biomassa sehingga proses pengeringannya hanya menggunakan energi surya.

5. Preferensi Konsumen

Mutu hedonik dari dendeng dengan proses pengeringan di bawah sinar matahari langsung, di dalam oven, dan di dalam alat pengering memiliki beberapa perbedaan. Parameter-parameter yang menunjukkan tingkat perbedaan yang cukup besar adalah warna, kekerasan, dan aroma. Dendeng jantung pisang yang dikeringkan dengan alat pengering tipe ERK memiliki warna yang lebih cerah dibanding dengan yang dikeringkan dengan dua cara lain terutama yang dikeringkan dengan oven.. Ketebalan dendeng yang dikeringkan dengan alat pengering tipe ERK tidak jauh berkurang karena penguapannya berlangsung secara perlahan. Aroma 120 dendeng tetap kuat dan tidak bercampur dengan bau asap karena ruang pengering tertutup. Tingkat kekerasannya sedang. Dendeng tidak terlalu alot dan tidak terlalu renyah. Ini mempermudah proses penggorengan dan menjadikan dendeng yang dikeringkan dengan metode ini sangat mirip dengan dendeng daging pada umumnya. Pengeringan di bawah matahari langsung menyebabkan penguapan berlangsung dengan cepat sehingga dendeng kering cenderung tipis dan mudah patah, terutama setelah digoreng. Berbeda. Warna dendeng kering coklat gelap, lebih gelap daripada dendeng yang dikeringkan dengan alat pengering. Terkadang aroma dendeng bercampur dengan bau-bauan lain karena dendeng dijemur di tempat terbuka. Dendeng yang dikeringkan dengan oven berwarna kehitaman, namun berwarna cerah di bagian dalam. Dendeng cenderung lembek dan mudah digigit. Karena oven yang digunakan merupakan oven kompor, aroma dendeng sering tercampur dengan bau asap. Untuk menguji tingkat kesukaan konsumen terhadap dendeng jantung pisang dengan proses pengeringan yang berbeda, dilakukan uji hedonik terhadap sejumlah sampel. Karena batas bawah jumlah responden untuk uji hedonik mengenai preferensi konsumen adalah 30 orang, maka responden yang dipilih sebanyak 31 orang. Pengujian dilakukan untuk tiga parameter mutu, yaitu warna, kekerasan, dan aroma dengan tiga macam perlakuan pengeringan. Perlakuan yang dilakukan adalah pengeringan dengan oven, pengeringan dengan alat pengering tipe ERK, dan pengeringan di bawah sinar matahari langsung. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 12. Berdasarkan hasil Kruskal-Wallis Test Lampiran 13, ketiga perlakuan tidak berpengaruh bagi preferensi konsumen yang ditunjukkan dengan nilai kepercayaan kurang dari 95. Pengujian dilakukan tanpa memberitahukan perbedaan perlakuan yang dilakukan. Keadaan aktual yang terjadi di lapangan memberikan hasil yang berbeda Lampiran 14. Konsumen lebih memilih dendeng yang dikeringkan dengan menggunakan alat pengering tipe ERK karena lebih unggul dalam penggunaan teknologi. 121

C. ANALISIS FINANSIAL