123 Tabel 9. Komponen modal kerja skenario proyek ke-1
Komponen Nilai
Pemeliharaan Rp 1.166.000,-
Adminsitrasi dan telepon Rp 2.683.333,-
Promosipemasaran Rp 3.061.200,-
Bahan baku Rp 23.158.400,-
Kemasan Rp 6.386.800,-
Tenaga kerja Rp 19.529.867,-
Biaya operasi alat pengering Rp 153.333,-
Transportasidistribusi produk Rp 4.198.989,-
Total modal kerja Rp 60.337.923,-
Biaya investasi yang diperlukan oleh industri dendeng jantung pisang berasal dari modal sendiri dan kredit perbankan. Pinjaman dari
perbankan terdiri atas kredit modal tetap dan kredit modal kerja. Modal tetap yang dimaksud dalam skenario ke-1 adalah alat pengering ERK
sedangkan pada skenario ke-2 pinjaman dilakukan hanya untuk menambah modal kerja.
Jumlah keseluruhan modal skenario ke-1 adalah Rp 100.302.922,70. Debt to Equity Ratio
DER kredit skenario ke-1 adalah 30.9 : 69.1 yaitu 30.9 berasal dari modal pinjaman bank atau senilai Rp 31.000.000,-
berupa pinjaman untuk alat pengering dan tambahan modal kerja. 69.1 dari modal berasal dari dana sendiri. Jumlah keseluruhan modal skenario ke-
2 sebesar Rp 74.302.922,67. Perusahaan melakukan pinjaman kepada bank pada tahun ke-0 sebesar Rp 5.000.000,-
sebagai tambahan modal kerja. Dengan begitu, DER-nya adalah 6.73 : 93.27. Besarnya tingkat suku bunga
perbankan senilai 17.5 sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan yaitu tingkat suku bunga kredit Bank Jabar. Jangka waktu pengembalian
modal adalah sesuai dengan umur proyek yaitu selama 10 tahun.
2. Analisis Biaya
Analisis biaya dilakukan untuk skenario ke-1, skenario ke-2 dan pengeringan dengan penjemuran di bawah sinar matahari langsung. Dalam
penghitungan biaya pokok produksi dendeng jantung pisang, komponen- komponen usaha harus dibagi ke dalam perhitungan Biaya Tetap BT dan
124 Biaya Tidak Tetap BTT. Yang temasuk ke dalam komponen BT adalah
biaya penyusutan dan beban listrik. Sedangkan komponen BTT adalah biaya pemeliharaan, pengolahan, transportasi, pengemasan, administrasi, promosi
dan pemasaran, gaji pegawai, operasi alat pengering, dan biaya pengeringan manual. Perhitungan Biaya Pokok Produksi BPP ini menggunakan asumsi
bahwa kapasitas pengeringan sesuai dengan kapasitas efektif, yaitu 175 kemasan per hari.
Dalam skenario ke-1, biaya penyusutan fasilitas penunjang dan peralatan produksi termasuk di antaranya biaya penyusutan alat pada tingkat
suku bunga 17.5 berturut-turut adalah Rp 5.150.000,- dan Rp 43.067.630,- per tahunnya Lampiran 7. Beban listrik selama setahun sebesar Rp
216.000,-. Dengan begitu, BT selama setahun adalah Rp 48.433.630,-. Penggunaan biomassa untuk alat pengering dilakukan pada saat
musim hujan saja. BTT skenario 1 adalah Rp 60.337.923,-tahun. Setelah
diakumulasi, biaya totalnya sebesar Rp 108.771.553,-tahun. Setelah dibagi
dengan kapasitas pengeringan, BPP adalah Rp 2.260,19kemasan. Maksudnya adalah untuk menghasilkan tiap kemasan ukuran 75 gram,
dibutuhkan uang sebesar Rp 2.260,19. Dengan harga per kemasan Rp 4.000,-, keuntungan yang didapat tiap penjualan 1 kemasan 75 gram adalah
Rp 1.739,81. Untuk skenario ke-2, nilai penyusutan alat pengering tidak
dimasukkan. BPP sebesar Rp 1.731,74kemasan. Keuntungan yang didapatkan dari penjualan tiap kemasan adalah Rp 2.268,26.
Biaya produksi dengan penjemuran langsung dibawah sinar matahari langsung tidak memasukkan nilai penyusutan alat, namun ada penambahan
biaya penyewaan lahan pengeringan sebesar Rp 4.000.000,-tahun. Dengan biaya total sejumlah Rp 64.184.589,7tahun, maka BPP dengan penjemuran
langsung di bawah sinar matahari langsung adalah Rp 1.811,67kemasan. Keuntungan yang didapatkan dari tiap kemasan adalah Rp 2.185,15.
Berdasarkan ketiga analisis yang dilakukan, proses produksi pada skenario ke-2 lebih menguntungkan dengan BPP lebih rendah. Pembandingan secara
langsung ditunjukkan dalam Lampiran 9.
125 Tabel 11. Rekapitulasi aliran kas skenario ke-2 industri dendeng jantung pisang
CV Bianca
3. Aliran Kas