Proses Pengawasan dan Pengendalian Wasdal

i. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional. Sistem pengawasan efektif harus menunjukkan, baik deteksi atau deviasi dari standar, tindakan koreksi apa yang seharusnya diambil. j. Diterima para anggota organisasi. Sistem pengawasan harus mampu mengarahkan pelaksanaan kerja para anggota dengan mendorong perasaan otonomi, tanggung jawab dan berprestasi Imam dan Siswandi, 2007.

2.2. Proses Pengawasan dan Pengendalian Wasdal

1. Proses Pengawasan Langkah umum yang diikuti dalam proses pengawasan yang dikutip dan dikemukakan oleh Harahap 2001 adalah : a. Penyusunan tujuan. b. Penetapan standar. c. Pengukuran hasil kerja. d. Perbandingan fakta dengan standar. e. Perbaikan tindakan. Kelima tahap ini bisa juga diringkas dalam bentuk 5P. Dari sudut lain pengawasan dapat dirumuskan sebagai ERMC yaitu: Expectation tujuan atau standar, Recording pencatatan kinerja, Monitoring perbandingan antara expectation dan catatan, dan correction tindakan koreksi terhadap penyimpanan yang ada. 2. Standar Pengawasan dan Pengendalian UNIVERSITAS SUMATRA UTARA Standar bisa bermacam-macam. Misalnya tujuan, budget perusahaan dapat dijadikan sebagai standar atau indikator yang akan dituju dicapai oleh manajemen. Untuk dapat melaksanakan pengawasan maka harus ada standar atau yardstick yang akan dibandingkan dengan hasil kerja. Standar ini memang sebaiknya dapat dikuantitatifkan agar mudah mengukurnya dan menghitung “varience” nya secara objektif. 3. Tujuan Pengawasan dan Pengendalian Wasdal Tujuan dan manfaat pengawasan dan pengendalian menurut Usman, 2006 antara lain : a. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan ketidakadilan. b. Mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidakadilan. c. Mendapatkan cara-cara yang lebih baik atau membina yang telah baik. d. Menciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, partisipasi dan akuntabilitas organisasi. e. Meningkatkan kelancaran operasi organisasi. f. Meningkatkan kinerja organisasi. g. Memberikan opini atas kinerja organisasi. h. Mengarahkan manajemen untuk melakukan koreksi atas masalah-masalah pencapaian kinerja yang ada. i. Menciptakan terwujudnya pemerintahan yang bersih. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 4. Pelaksanaan Pengawasan dan Kegunaan Mulanya dan bahkan sementara pihak saat ini menganggap bahwa fungsi pengawasan itu tidak perlu, dilupakan, dan disalah artikan. Namun, dalam organisasi modern dan dalam perusahaan besar dan kompleks semakin disadari pentingnya fungsi kontrol ini yang sebenarnya bermaksud baik yaitu sebagai fungsi manajemen untuk menjamin bahwa apa yang ditetapkan sebagai tujuan organisasi dapat dicapai dengan semestinya. Perkembangan organisasi modern dan karena semakin kompleksnya dimensi yang berkaitan dengan kontrol ini menyebabkan fungsi kontrol juga berkmbang dari segi teori maupun penerapannya. Mulanya kontrol ini dianggap sebagai kegiatan yang sifatnya pemaksaan kekuasaan sampai akhirnya merupakan fungsi yang difokuskan pada sikap perilaku individu yang mempunyai multidimensi dan berbagai sifat. Teknik kontrol semakin diperjelas dan di sederhanakan. 5. Keuntungan Pelaksanaan Kontrol yang Baik Apabila sistem pengawasan berjalan baik maka akan diperoleh bebagai keuntungan sebagai berikut: a. Tujuan akan diwujudkan lebih cepat, murah dan mudah dicapai. b. Menciptakan suasana keterbukaan, kejujuran. c. Menimbulkan saling percaya dan menghilangkan rasa curiga dalam organisasi. d. Menumbuhkan perasaan aman dihati setiap orang dalam organisasi sehingga mendorong kondisi jiwa yang sehat. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA e. Menumpuk perasaan memiliki atas perusahaanorganisasi f. Meningkatkan rasa tanggung jawab personil. g. Meningkatkan iklim persaingan yang sehat sehingga mereka yang beprestasi akan lebih dihargai. h. Meningkatkan rasa percaya diri dan meningkatkan produktivitas yang akhirnya meningkatkan laba perusahaan. i. Top pimpinan dapat lebih mudah memfokuskan perhatian kepada masalah lain yang lebih besar untuk kepentingan jangka panjang perusahaan karena operasi kegiatan perusahaan diasumsikan sudah dalam pngawasan yang baik. j. Akan memperlancar operasi, komunikasi dan kegiatan perusahaan karena semua serba terbuka, jelas, lurus dan tidak ada yang disembunyikan transparan. k. Merupakan persyaratan dalam “good corporate governance”. 2.3. Konsep Kepatuhan 2.3.1. Definisi Kepatuhan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Kepatuhan Perawat terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2014

17 158 133

Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Deli Serdang

3 59 90

Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Pencegahan Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai

14 122 86

Supervisi Kepala Ruangan dan Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan

9 64 94

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014

0 0 18

Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang

1 1 13

Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Pencegahan Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai

0 0 12

Lampiran 1 : Instrumen Penelitian Kuisioner PENGARUH PENGAWASAN DAN KEPATUHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KISARAN Instrumen Penelitian Kuisioner

0 2 37

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar – dasar Proses Pengawasan 2.1.1. Pengertian Pengawasan - Pengaruh Pengawasan Dan Kepatuhan Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit Sakit Umum Daerah Kisaran

0 0 29

PENGARUH PENGAWASAN DAN KEPATUHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KISARAN TESIS

0 1 16