5.2 Gambaran Pengawasan di RSU Daerah Kisaran
Pengawasan adalah kegiatan manager yang mengusahakan agar pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang
dikehendaki. Agar pengawasan berhasil maka manager harus melakukan kegiatan- kegiatan pemeriksaan, pengecekan, pencocokan, inspeksi, pengendalian dan
berbagai tindakan yang sejenis dengan itu, bahkan bilamana perlu mengatur dan mencegah sebelumnya terhadap kemungkinan adanya yang mungkin terjadi
Sarwoto 1991. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 88,7 pengawasan yang dilakukan
oleh pihak rumah sakit dalam penggunaan APD dinyatakan kurang baik, cara yang dilakukan pihak rumah sakit dalam memberikan pengawasan yaitu dengan
mendeteksi masalah dan tindakan sebanyak 52,6, dan bentuk kegiatan pengawasan dilakukan sebelum melakukan tindakan perawatan sebanyak 69,1.
Tabel 4.4 mengenai bentuk SOP dalam tahap pengawasan mayoritas menetapkan pada kualitas barang sebanyak 73,2, dan pihak rumah sakit
mengukur pengawasan melalui observasi 52.6, kemudian bila terdapat penyimpangan atau kesalahan dari suatu tindakan maka dilakukan perubahan
standar prosedur sebanyak 55,7, dan mayoritas pengawasan penggunaan APD dilakukan oleh teman sejawat sebesar 62,9.
Hal diatas membuktikan bahwa kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit terhadap penggunaan APD tidak maksimal, hal ini akan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
berdampak pada kepatuhan maupun kedisiplinan perawat dalam penggunaan APD, serta memperbesar risiko terjadinya infeksi nosokomial.
5.3 Gambaran Kepatuhan Perawat di RSU Daerah Kisaran
Kepatuhan akan berdampak pada penggunaan APD. Kepatuhan perawat terhadap pelaksanaan kewaspadaan universal merupakan hal yang penting karena
dengan perawat patuh, maka penularan penyakit dapat dicegah, dapat membantu proses penyembuhan pasien, akan tetapi bila perawat tidak patuh maka risiko
penularan dapat terjadi, dan tidak menutup kemungkinan proses kesembuhan pasien akan lama.
Kepatuhan perawat diukur melalui intruksi, interaksi, isolasi sosial, dan motivasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intruksi yang diberikan pihak
rumah sakit adalah baik 80,2, hal ini didukung dengan adanya pengarahan yang dilakukan sebelum melakukan tindakan 81,4, dan penjelasan informasi
dari pihak rumah sakit mengenai manfaat dan resiko pemakaian APD sebanyak 85,6 dan pengarahan yang diberikan pihak rumah sakit telah dipahami oleh
perawat dan mudah diinterpretasikan sebanyak 87,6 dan 71.7 menyatakan bahwa instruksi tertulis dengan jelas dan mudah dipahami. Dari hasil di atas
menunjukkan bahwa perawat mudah memahami instruksi yang diberikan. Berdasarkan tabel 4.10 menggambarkan bahwa 54,6 kepatuhan yang
berdasarkan interaksi dinyatakan tidak baik, 93,8 Perawat menggunakan APD saat melakukan tindakan perawatan dan jenis penggunaan APD masker sebanyak
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
89,7, penggunaan APD sarung tangan 82,5, penggunaan APD gaun sebanyak 10,3 dan penggunaan APD topi sebanyak 4,1 dan yang menyatakan tidak
nyaman menggunakan APD saat melakukan perawatan sebanyak 24,7 dan 43,3 perawat mendapatkan teguran langsung dari pihak RS apabila tidak
menggunakan APD.
Setiap penggunaan APD harus memenuhi syarat diantaranya : harus
memberikan perlindungan yang cukup terhadap bahaya yang dihadapi tenaga kerjasesuai dengan sumber bahaya yang ada, tidak mudah rusak, tidak
mengganggu aktifitas pemakai, mudah diperoleh dipemasaran, memenuhi syarat spesifik lain, nyaman dipakai. Dalam program pengadaan APD untuk melindungi
tenaga kerja dalam bekerja, maka penyimpanan, pemeliharaan APD sebaiknya dibilik yang sangat sensitif terhadap perubahan tertentu, waktu kadaluarsanya dan
tidak akan menimbulkan alergi terhadap sipemakai serta tidak menularkan penyakit Jurnal K3, 2011.
Isolasi sosial adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab
dan tidak mempunyai untuk membagi perasaan, pikiran prestasi, atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain,
yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan orang lain.
Dalam hal ini isolasi sosial dihubungkan dengan isolation precaution bertujuan untuk mencegah transmisi mikroorganisme pathogen dari satu pasien ke
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
pasien lain dan dari pasien ke petugas kesehatan atau sebaliknya. Karena agen dan host lebih sulit dikontrol maka pemutusan mata rantai infeksi dengan cara
isolation precaution sangat diperlukan Depkes RI, 2006. Tabel 4.11 menunjukkan bahwa 66, isolasi sosial dinyatakan baik, dan
diantaranya 79,4 perawat selalu mengingatkan teman untuk menggunakan APD, 78,4 perawat yang mengikuti anjuran teman untuk tetap menggunakan APD,
dan 67,0 perawat yang membedakan APD pada pasien dengan penyakit tertentu terlebih-lebih dilakukan pada penderita HIV dan AIDS dan penyakit menular
lainnya dan 52,6 menyatakan pihak rumah sakit telah menyediakan tempat penyimpanan APD dan 47,4 menyatakan bahwa APD disimpan secara
bersamaan dengan instumen lainnya dalam satu lemari. Tabel 4.12 menunjukkan bahwa 87,6 menyatakan motivasi yang
diberikan pihak rumah sakit tidak baik, akan tetapi sikap perawat termotivasi untuk menggunakan APD saat melakukan tindakan perawatan sebanyak 93,8
dan perawat berusaha untuk menyediakan APD sendiri walaupun perlengkapan telah habis di rumah sakit sebanyak 77,3 , menurut peneliti hal ini dilakukan
perawat karena kesadaran akan bahaya yang mengancam dirinya dan memungkinkan terjadi infeksi silang dari indikasi penyakit yang diderita pasien
terutama penyakit yang dapat menular seperti TBC, HIV, AIDS dan lain lain. Perawat menyatakan bahwa pihak rumah sakit tidak ada mengganti biaya
pembelian APD yang dibeli oleh perawat sebanyak 73,2 hal ini menunjukkan bahwa perawat telah menyadari risiko atau bahaya dari proses transmisi
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
mikroorganisme dan mayoritas perawat menyatakan bahwa pihak rumah sakit tidak memberikan penghargaan pada perawat sebanyak 90,7, menurut penulis
hal ini akan mempersulit tingkat stimulus kepatuhan perawat dalam penggunaan APD, sementara dengan diberikan stimulus reward seperti pujian atau acungan
jempol saja akan menambah kepedulian perawat untuk tetap memakai APD dan dengan sendirinya dapat menurunkan kejadian infeksi nosokomial.
Sementara 74,2 menyatakan tidak ada sanksi teguran lisan yang diberikan pihak rumah sakit kepada perawat, hal ini menurut peneliti bahwa
dengan tidak ditegakkan sanksi punishment yang tegas bagi perawat yang tidak menggunakan APD tentu perencanaan yang telah dibentuk sangat sulit dicapai
sampai pada titik hasil yang diharapkan, dan 93,8 menyatakan tidak ada sanksi teguran tertulis, menurut peneliti bahwa bentuk sanksi seperti teguran lisan
maupun tertulis perlu dilakukan karena dengan menetapkan ancaman sanksi yang tegas akan merubah perilaku perawat dan sebaliknya tanpa diberi sanksi maka
perawat akan sulit mematuhi aturan yang telah ditetapkan sesuai standar prosedur, dan menurut teori Kelman tentang perubahan perilaku bahwa pengawasan itu
tidak perlu berupa kehadiran fisik petugas atau tokoh otoriter, melainkan cukup rasa takut terhadap ancaman sanksi yang berlaku, jika individu tidak melakukan
tindakan tersebut Suparyanto, 2010. Dalam tahap ini pengaruh tekanan kelompok sangatlah besar, individu
terpaksa mengalah dan mengikuti perilaku mayoritas kelompok meskipun sebenarnya dia tidak menyetujuinya. Namun segera setelah dia keluar dari
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
kelompok tersebut, kemungkinan perilakunya akan berubah menjadi perilakunya sendiri.
Motivasi merupakan suatu proses emosi dan proses psikologis dan bukan logis. Motivasi pada dasarnya merupakan proses yang tidak disadari. Jadi dalam
tiap individu kebutuhan untuk memotivasi berbeda dari waktu ke waktu. Untuk memotivasi seorang perawat, selain kesadaran dari orang itu sendiri, perlu orang
lain yang memberi motivasi karena dengan kehadiran orang lain akan semakin meningkatkan motivasi dalam diri perawat. Dalam hal ini sosok manajer perawat
diharapkan dapat mengaplikasikan teknik, keterampilan dan pengetahuan termasuk teori motivasi untuk membantu perawat memperoleh apa yang mereka
inginkan dari pekerjaan perawatan. Semua orang mempunyai motivasi namun pilihan untuk bertindak tergantung dari individu. Untuk itu motivasi harus
memberikan stimulus yang baik bagi seseorang dalam melakukan sesuatu. Dengan motivasi diri yang tinggi dan kepatuhan dari seorang perawat maka
pencapaian tujuan akan pelaksanaan penggunaan APD dalam mencegah terjadinya infeksi nosokomial akan dilakukan dengan baik dan meningkatkan
pelayanan yang berkualitas dan profesional dalam bidang keperawatan Swansburg, 2001.
Menurut Aditama 1998 bahwa patuh adalah suatu sifat yang berfungsi untuk mendorong seseorang taat terhadap suatu ketentuan atau aturan. Sehingga
dengan adanya kepatuhan terhadap aturan maka perawat dapat melaksanakan kewaspadaan universal.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
5.4 Gambaran Observasi Sarana dan Prasarana