BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap gambaran morfologi, berat, dan gambaran histologis hepar mencit Mus musculus L. Strain DDW setelah pemberian
ekstrak N-Heksan buah andaliman Zanthoxylum acanthopodium DC. diperoleh hasil sebagai berikut:
4.1 Gambaran Morfologi Hepar Mencit Setelah Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman
Zanthoxylum acanthopodium DC.
Hasil pengamatan terhadap gambaran morfologi hepar mencit dapat dilihat pada Tabel 4.1. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa pada perlakuan K0A dan K0B tidak
ditemukan adanya perubahan warna dan permukaan hepar. Sedangkan pada perlakuan KPA, KPB, PA
1
, PB
1
, PA
2
, PB
2
, PA
3
, dan PB
3
ditemukan adanya perubahan seperti warna hepar pucat dan permukaan berbintik-bintik yang dapat dilihat pada Gambar
4.1 b.
a b
Gambar 4.1 Morfologi Hepar Mencit Setelah Pemberian Ekstrak N-Heksan
Buah Andaliman
Zanthoxylum acanthopodium DC.
a Hepar normal dengan warna merah kecoklatan
b
Hepar abnormal dengan warna pucat dan permukaan berbintik Tabel 4.1 Data Morfologi Hepar Mencit Setelah Pemberian Ekstrak N-Heksan
Buah Andaliman Zanthoxylum acanthopodium DC.
Universitas Sumatera Utara
Kelompok Perlakuan
Pengamatan Warna
Permukaan
Pra Implantasi 0-3 Hari K0A
100 N 100 N
KPA 83,33 N
16,67 A 83,33 N
16,67 A
PA
1
50 N 50 A
66,66 N 33,33 A
PA
2
50 N 50 A
66,66 N 33,33 A
PA
3
33,33 N 66,66 A
50 N 50 A
Pasca Implantasi 6-14 Hari K0B
100 N 83,33 N
16,67 A
KPB 83,33 N
16,67 A 83,33 N
16,67 A
PB
1
50 N 50 A
50 N 50 A
PB
2
50 N 50 A
66,66 N 33,33 A
PB
3
33,33 N 66,66 A
33,33 N 66,66 A
Keterangan: Warna : Normal N dan Abnormal A
Permukaan : Normal N dan Abnormal A
Dari Gambar 4.1 tersebut di atas dapat dilihat perbedaan diantara keduanya baik dari perubahan warna maupun permukaan hepar tersebut. Pada Gambar 4.1 a
terlihat warna hepar lebih merah kecoklatan dan permukaannya lebih halus. Sedangkan pada Gambar 4.1 b terlihat warna hepar lebih pucat dan permukaannya
berbintik-bintik. Kondisi tersebut sesuai dengan yang dinyatakan oleh Robins Kumar 1992, bahwa hati yang normal memiliki permukaan rata dan halus serta
berwarna merah kecoklatan, sedangkan hati yang abnormal memiliki permukaan seperti berupa jaringan ikat, kista maupun bintik-bintik dan mengalami perubahan
warna. Perubahan morfologis hepar yang terjadi kemungkinan besar diakibatkan oleh senyawa kimia seperti terpenoid dan steroid yang terkandung dalam ekstrak n-heksan
buah andaliman. Sebagaimana yang dikatakan Indriani 2007 bahwa steroid banyak ditemukan di alam, yaitu pada tumbuhan dan hewan. Steroid pada jaringan tumbuhan
disebut dengan sitosterol yang biasanya terdapat pada lapisan lilin daun yang
Universitas Sumatera Utara
berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan serangga insektisida. Tricklebank 1994 dalam Nurlaili, 2010 menyatakan bahwa suatu senyawa yang
bersifat toksik racun dapat mengganggu proses metabolisme sel yang mengakibatkan gangguan fungsi hepar.
Selain itu, perbedaan konsentrasi ekstrak yang diberikan dengan intensitas pemberian yang berbeda pula juga berpengaruh terhadap kondisi morfologis hepar.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Astusti et al., 2006, jika intensitas paparan suatu zat terhadap suatu organ ditingkatkan maka akan menimbulkan perubahan morfologis
dan fungsi, perubahan tersebut umumnya bersifat reversible.
4.2 Data Rerata Berat Hepar Mencit Setelah Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman Selama Masa Pra Implantasi dan Pasca Implantasi
Hasil pengamatan pengaruh pemberian ekstrak n-heksan buah andaliman selama masa pra implantasi 0-3 hari dan pasca implantasi 6-14 hari terhadap rerata berat hepar
mencit dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Setelah dilakukan uji statistik Lampiran C pada kelompok pemberian pra implantasi 0-3 hari menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan. Dimana
rerata berat hepar antara PA
1,
PA
2
, PA
3,
KPA, dan K0A, tidak berbeda nyata p0,05.
Gambar 4.2. Rerata Berat Hepar Antara Kelompok Pra Implantasi 0-3 Hari A dan
Pasca Implantasi 6-14 Hari B. K0 = kontrol blank; KP = kontrol pelarut
CMC 1; P
1
, P
2
, dan P
3
= ekstrak n-heksan buah andaliman masing-masing konsentrasi 2, 4, dan 6. Huruf yang sama pada perlakuan yang berbeda
menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf 5. = p0,05
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan pada kelompok pemberian pasca implantasi 6-14 hari setelah dilakukan uji statistik Lampiran D ternyata menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.
Dimana antara kelompok KPB, PB
1,
PB
2
, dan PB
3
menunjukkan penurunan nyata terhadap rerata berat hepar bila dibandingkan dengan K0B.
Berdasarkan Gambar 4.2 tersebut di atas dapat dilihat bahwa pemberian ekstrak n-heksan buah andaliman yang diberikan selama masa pra implantasi 0-3 hari
tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap berat hepar, baik antara perlakuan ekstrak n-heksan buah andaliman maupun pada kontrol. Hal ini
kemungkinan dikarenakan intensitas waktu pemberiannya yang sangat singkat yaitu selama 4 hari, yang dimulai dari kehamilan 0 hari hingga kehamilan 3 hari. Sehingga
dapat dikatakan ekstrak tersebut tidak memiliki efek yang besar terhadap berat hati, meskipun konsentrasi yang diberikan ditingkatkan. Sedangkan pada kelompok
pemberian pasca implantasi 6-14 hari menunjukkan terjadinya penurunan berat hepar pada perlakuan KPB 1,13, PB
1
1,10, PB
2
0,91, dan PB
3
0,99 dibandingkan
dengan perlakuan K0B 1,89. Sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrak n-heksan buah andaliman yang diberikan selama masa pasca implantasi 6-14 hari berpengaruh
terhadap berat hepar. Hal ini kemungkinan dikarenakan intensitas waktu pemberiannya yang lebih lama yaitu selama 9 hari, yang dimulai pada kehamilan 6
hari hingga kehamilan 14 hari. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Astuti et al., 2006, bahwa jika suatu senyawa dengan konsentrasi yang tinggi masuk ke dalam
tubuh dan diberikan dalam jangka waktu yang lama maka akan menimbulkan degenerasi pada organ tersebut.
Hepar merupakan organ pertama yang dicapai oleh obat-obatan dan zat lain yang diabsorpsi usus melalui vena porta, sehingga hepar adalah tempat utama
metabolisme dan detoksifikasi Minckler, 1991 dalam Lisdiana, 2004. Hal ini sesuai dengan penjelasan Lu 1995, yang menyatakan bahwa hepar sangat rentan terhadap
pengaruh zat kimia dan menjadi sasaran utama dari zat beracun. Hal ini terjadi karena sebagian besar zat beracun atau zat toksik yang masuk ke dalam tubuh setelah diserap
oleh sel lalu dibawa ke hepar oleh vena porta, sehingga hepar berpotensi mengalami kerusakan Jayanti, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya berdasarkan hasil uji statistik terhadap perbandingan rerata berat hepar Lampiran E antara kelompok pemberian pra implantasi 0-3 hari dan kelompok
pasca implantasi 6-14 hari menunjukkan perbedaan nyata terhadap penurunan berat hepar yang diberikan selama masa pasca implantasi dibandingkan dengan kelompok
yang diberi perlakuan ekstrak n-heksan buah andaliman selama pra implantasi. Hal tersebut ditunjukkan dengan terjadinya perbedaan penurunan berat hepar antara kedua
kelompok pemberian yang terjadi seiring dengan kenaikan konsentrasi ekstrak yang diberikan serta lamanya waktu intensitas waktu paparan yang diberikan juga sangat
berpengaruh. Perbedaan ini dapat dilihat pada Gambar 4.2, dimana kelompok pemberian pasca implantasi 6-14 hari mengalami penurunan berat hepar dibandingkan
dengan kelompok pra implantasi 0-3 hari.
Kondisi ini sesuai dengan penyataan Dewi Saraswati 2009 dalam Nababan, 2012 yang menyatakan bahwa dosis dan pemasukan yang berulang sangat
mempengaruhi kerja suatu zat, dimana dosis yang diberikan secara berlebih dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada suatu organ tubuh, terlebih pada hepar yang
merupakan organ utama dalam metabolisme dan detoksifikasi zat. Menurut Tambunan 1994, hepar merupakan organ penting didalam tubuh karena hepar merupakan
tempat pertama dan terbesar untuk mendetoksifikasi berbagi zat yang dicerna oleh traktus digestivus.
Menurut Junquiera Carneiro 1992, hepar merupakan organ terpenting dalam biotransformasi dan hepar juga memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi.
Namun jika hepar dipapari dengan senyawa toksik secara terus menerus maka proses detoksifikasi akan berjalan lebih lambat yang mengakibatkan terjadinya penumpukan
senyawa toksik dan meyebabkan terjadinya kerusakan pada organ hepar.
4.3 Tingkat Kerusakan Hepatosit Mencit Setelah Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman Selama Masa Pra Implantasi dan Pasca Implantasi
Hasil pengamatan terhadap tingkat kerusakan hepatosit pada kelompok pemberian Pra Implantasi 0-3 Hari setelah dilakukan uji statistik Lampiran F menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan. Dimana antara PA
1
238,16
,
PA
2
239,11, dan PA
3
Universitas Sumatera Utara
245,77 menunjukkan perbedaan nyata terhadap peningkatan kerusakan hepatosit bila
dibandingkan dengan KPA 191,55 dan K0A 113,83 . Sedangkan pada kelompok pemberian Pasca Implantasi 6-14 Hari setelah dilakukan uji statistik Lampiran G
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Dimana antara PB
1
239,05
,
PB
2
242,49, dan PB
3
265,89 menunjukkan perbedaan nyata terhadap peningkatan
kerusakan hepatosit bila dibandingkan dengan KPA 174,50 dan K0A 119,83. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3. Tingkat Kerusakan Hepatosit Antara Kelompok Pra Implantasi
A dan Pasca Implantasi B. K0 = kontrol blank; KP = kontrol
pelarut CMC 1; P
1
, P
2
, dan P
3
= ekstrak n-heksan buah andaliman masing-masing konsentrasi 2, 4, dan 6. Huruf yang sama pada
perlakuan yang berbeda menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf 5. tn = p0,05
Berdasarkan Gambar 4.3 tersebut di atas dapat dilihat bahwa pemberian ekstrak n-heksan buah andaliman selama masa pra implantasi 0-3 hari sudah
mempengaruhi tingkat kerusakan hepatosit. Meskipun ekstrak tersebut tidak begitu berpengaruh terhadap rata-rata berat hepar namun secara histologis ekstrak tersebut
berpengaruh. Peningkatan kerusakan hepatosit yang terjadi kemungkinan besar diakibatkan oleh senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak n-heksan buah
andaliman seperti steroid, yang menurut Indriani 2007 bahwa steroid banyak ditemukan di alam, yaitu pada tumbuhan dan hewan. Steroid pada jaringan tumbuhan
disebut dengan sitosterol yang biasanya terdapat pada lapisan lilin daun yang berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan serangga insektisida.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya setelah dilakukan uji statistik lampiran H terhadap perbandingan tingkat kerusakan hepatosit setelah diberikan ekstrak n-heksan buah andaliman antara
kelompok pemberian selama masa pra implantasi 0-3 hari dan pasca implantasi 6-14 hari menunjukkan hasil tidak berbeda nyata antara kedua kelompok pemberian
tersebut p0,05. Akan tetapi terjadi peningkatan kerusakan seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak dan lamanya waktu pemberian. Hal ini berarti
senyawa yang dikandung dalam ekstrak n-heksan buah andaliman yang umumnya merupakan senyawa non polar seperti steroid dan minyak atsiri memberikan pengaruh
terhadap tingkat kerusakan hepatositnya.
Menurut Moslen, 2001 dalam Hapsari, 2010, bahwa kerusakan hepar karena zat toksik dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis zat kimia, dosis yang
diberikan, dan lamanya paparan zat tersebut seperti akut, subkronik atau kronik. Dimana semakin tinggi konsentrasi suatu senyawa yang diberikan maka respon toksik
yang ditimbulkan semakin besar Amalina, 2009. Akan tetapi walaupun hepar merupakan organ yang sel-selnya mengalami pembaharuan yang lambat, hepar juga
mempunyai kemampuan regenerasi yang cukup cepat.
Kondisi tersebut sesuai dengan pernyataan Junqueira dan Carneiro 1997, dimana kehilangan jaringan akibat zat-zat toksik atau pembedahan memacu suatu
mekanisme dimana sel-sel hepar mulai membelah dan hal ini terus berlangsung sampai perbaikan massa jaringan semula tercapai. Akan tetapi BPOM 2004 dalam
Dewi, 2010 menyatakan bahwa hepar yang tidak sehat memiliki kemampuan detoksifikasi yang lebih lambat, sehingga jika hepar dipapari dengan senyawa toksik
secara terus menerus maka proses detoksifikasi akan berjalan lebih lambat yang mengakibatkan ternjadinya penumpukan senyawa toksik dan meyebabkan terjadinya
kerusakan pada organ hepar. Kerusakan hepar dapat terjadi segera atau setelah beberapa minggu sampai beberapa bulan. Kerusakan dapat berbentuk nekrosis
hepatosit, kolestasis, atau timbulnya disfungsi hepar secara perlahan-lahan Amalina, 2009.
Hepatotoksisitas akibat senyawa kimia merupakan komplikasi potensial yang hampir selalu ada pada setiap senyawa kimia yang diberikan karena hepar merupakan
Universitas Sumatera Utara
pusat disposisi metabolik dari semua obat dan bahan asing yang masuk tubuh Dirjen POM, 2000 dalam Hapsari, 2010 termasuk andaliman. Kerusakan sel hepar jarang
disebabkan oleh suatu substansi secara langsung, melainkan seringkali oleh metabolit toksik dari substansi yang bersangkutan Robins Kumar, 1992.
Hati merupakan organ paling sering rusak Lu 1995. Karena metabolisme obat berbagai senyawa terutama terjadi dalam hati, sehingga kemungkinan terjadinya
kerusakan organ ini menjadi sangat besar Powel piper, 1989. Dan apabila proses metabolisme tidak berjalan dengan normal, maka akan menimbulkan berbagai
penyakit, salah satunya adalah penyakit yang terjadi di hepar. Dimana sel-sel yang terdapat di hati akan terdeposit sehingga akan mengalami perubahan Jayanti, 2011.
Mukono 2005 dalam Susilowati, 2009, menyatakan bahwa organ hepar memiliki kapasitas yang lebih tinggi dalam mengikat senyawa kimia, sehingga bahan
kimia lebih banyak terkonsentrasi pada organ hepar dibandingkan organ lainnya. Selain itu, hepar juga mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan toksikan dengan
kapasitasnya yang lebih tinggi dalam proses biotransformasi toksikan Amalina., 2009. Terdapat dua hal yang menjadi penyebab utama kerusakan hati yaitu pertama,
dimana hati menerima ±80 suplai darah dari vena porta yang mengalirkan darah dari sistem gastrointestinal, sehingga memungkinkan banyak senyawa toksik yang berasal
dari tumbuhan, fungi, bakteri, logam, mineral dan senyawa kimia lain yang diserap ke darah portal ditransportasikan ke hati. Yang kedua, hati menghasilkan enzim yang
mampu melakukan biotransformasi pada berbagai macam zat eksogen maupun endogen untuk dieliminasi oleh tubuh Carlton McGavin, 1995 dalam W
ardanela, 2008.
4.4 Gambaran Mikroskopis Hepatosit Setelah Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman