obat akan masuk ke dalam peredaran darah dan kemudian didetoksifikasikan dalam hepar menjadi bentuk non toksik dan lebih polar agar mudah diekskresikan Martin et
al., 1987.
Sementara hati yang tidak sehat tidak bisa melakukan detoksifikasi secepat yang dilakukan oleh hati yang sehat, maka bila proses detoksifikasi lebih lambat dan
hati yang belum selesai bekerja men-detoksifikasi itu sudah diberi serangan racun- racun yang harus didetoksifikasi, akibatnya akan lebih banyak racun yang beredar ke
seluruh tubuh lewat darah. Sebagian racun yang tidak dapat diubah atau hanya sedikit berubah akan sulit dibuang dari tubuh karena lolos dari kerja hati. Akhirnya racun-
racun itu bersembunyi di jaringan tubuh berlemak, di otak, dan sel sistem saraf. Racun-racun yang tersimpan itu pelan-pelan akan ikut aliran darah dan menyumbang
penyakit-penyakit kronis BPOM, 2004 dalam Dewi, 2010.
2.2.3 Toksikologi dan Kerusakan Hepar Hati
Hati adalah organ terbesar dan secara metabolisme paling kompleks di dalam tubuh. Organ ini terlibat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian besar obat dan
toksikan. Jenis zat yang belakangan ini biasanya dapat mengalami detoksifikasi, tetapi banyak toksikan dapat dibioaktifkan dan menjadi lebih toksik. Hepatosit sel parenkim
hati merupakan sebagian besar organ itu. Hepatosit bertanggung jawab terhadap peran sentral hati dalam metabolisme. Sel-sel ini terletak diantara sinusoid yang terisi
darah dan saluran empedu. Sel kupffer melapisi sinusoid hati dan merupakan bagian penting dari sistem retikuloendotelial tubuh. Toksikologi hati dipersulit oleh berbagai
kerusakan hati dan berbagai mekanisme yang menyebabkan kerusakan itu Lu, 1994.
Menurut Lu 1994, menyatakan bahwa toksikan dapat menyebabkan berbagai jenis efek toksik pada berbagai organel dalam sel hati, mengakibatkan berbagai jenis
kerusakan hati seperti: a.
Perlemakan hati steatosis Perlemakan hati adalah hati yang mengandung berat lipid lebih dari 5. Adanya
kelebihan lemak dalam hati dapat dibuktikan secara histokimia. Meskipun berbagai toksikan itu akhirnya menyebabkan penimbunan lipid dalam hati,
Universitas Sumatera Utara
mekanisme yang mendasarinya beragam. Mungkin mekanisme yang paling umum adalah rusaknya pelepasan trigliserid hati ke plasma. Karena trigliserid hati hanya
disekresi bila dalam keadaan tergabung dengan lipoprotein. b.
Nekrosis hati Nekrosis hati adalah kematian hepatosit. Nekrosis dapat bersifat fokal sentral,
pertengahan, perifer atau masif. Biasanya nekrosis merupakan kerusakan akut. Beberapa zat kimia telah dibuktikan atau dilaporkan menyebabkan nekrosis hati.
Nekrosis hati merupakan suatu manifestasi toksik yang berbahaya tetapi tidak selalu kritis karena hati mempunyai kapasitas pertumbuhan kembali yang luar
biasa. Kematian sel terjadi bersama dengan pecahnya membran plasma. Tidak ada perubahan ultrastruktural membran yang dapat dideteksi sebelum pecah. Namun,
ada beberapa perubahan yang mendahului kematian sel. Perubahan morfologik awal antara lain berupa edema sitoplasma, dilasi retikulum endoplasma, dan
disagregasi polisom. Terjadi akumulasi trigliserid sebagai butiran lemak dalam sel. Perubahan yang terdahulu merupakan pembengkakan mitokondria progresif
dengan kerusakan krista, pembengkakan sitoplasma, penghancuran organel dan inti, dan pecahnya membran plasma.
c. Kolestasis
Jenis kerusakan hati yang biasanya bersifat akut ini, lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan perlemakan hati dan nekrosis, jenis kerusakan hati ini juga
lebih sulit diinduksi pada hewan, kecuali mungkin dengan steroid. d.
Sirosis Sirosis ditandai oleh adanya septa kolagen yang tersebar disebagian besar hati.
Kumpulan hepatosit muncul sebagai nodul yang dipisahkan oleh lapisan berserat ini. Patogenesisnya tidak sepenuhnya dimengerti, tetapi dalam sebagian besar
kasus, tampaknya sirosis berasal dari nekrosis sel tunggal karena kurangnya mekanisme perbaikan. Kemudian keadaan ini menyebabkan aktivitas fibroblastik
dan pembentukan jaringan parut. Tidak cukupnya aliran darah di dalam hati mungkin menjadi faktor pendukung.
e. Degenerasi parenkimatosa
Menurut Tambunan 1994 menyebutkan bahwa, degenerasi lemak atau degenerasi parenkimatosa yang terjadi dihati adalah degenerasi yang sangat sering
ditemukan. Sitoplasma menjadi membengkak yang berisi lemak, sehingga inti
Universitas Sumatera Utara
terdesak ke pinggir. Sedangkan menurut Robbins Kumar 1992, menyatakan bahwa kadang-kadang lemak berkumpul dalam bercak-bercak kecil tanpa
pemindahan inti. f.
Degenerasi hidropik Menurut Chang 1986 dalam Keliat 2011 menyatakan bahwa masuknya air
biasanya akan membentuk vakuola-vakuola jernih, kecil, dan banyak. Selanjutnya vakuola tersebut bersatu dan menghasilkan vakuola lebih besar atau vakuola
tunggal yang menempati di dalam sitoplasma dan menggantikan inti sel. Perubahan ini diikuti dengan sel mengalami pembengkakan dan sitoplasma
tampak keruh. Kejadian ini sering disebut Hydropic degeneration. Pada pengamatan ultrastruktural, degenerasi hidropik ini menunjukkan terjadinya
pembengkakan mitokondria. g.
Karsinogenesis Karsinoma hepatoseluler dan kolangiokarsinoma adalah jenis neoplasma ganas
yang paling umum pada hati. Jenis karsinoma lainnya antara lain angiosarkoma, karsinoma kelenjar, karsinoma trabekular, dan karsinoma sel hati yang tidak
berdiferensiasi. Sejumlah besar toksikan diketahui menyebabkan kanker hati pada hewan. Namun, karsinogenisitasnya pada hati manusia belum pasti. Sebaliknya,
peran vinil klorid sebagai penyebab angiosarkoma pada manusia tidak diragukan lagi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat