pusat disposisi metabolik dari semua obat dan bahan asing yang masuk tubuh Dirjen POM, 2000 dalam Hapsari, 2010 termasuk andaliman. Kerusakan sel hepar jarang
disebabkan oleh suatu substansi secara langsung, melainkan seringkali oleh metabolit toksik dari substansi yang bersangkutan Robins Kumar, 1992.
Hati merupakan organ paling sering rusak Lu 1995. Karena metabolisme obat berbagai senyawa terutama terjadi dalam hati, sehingga kemungkinan terjadinya
kerusakan organ ini menjadi sangat besar Powel piper, 1989. Dan apabila proses metabolisme tidak berjalan dengan normal, maka akan menimbulkan berbagai
penyakit, salah satunya adalah penyakit yang terjadi di hepar. Dimana sel-sel yang terdapat di hati akan terdeposit sehingga akan mengalami perubahan Jayanti, 2011.
Mukono 2005 dalam Susilowati, 2009, menyatakan bahwa organ hepar memiliki kapasitas yang lebih tinggi dalam mengikat senyawa kimia, sehingga bahan
kimia lebih banyak terkonsentrasi pada organ hepar dibandingkan organ lainnya. Selain itu, hepar juga mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan toksikan dengan
kapasitasnya yang lebih tinggi dalam proses biotransformasi toksikan Amalina., 2009. Terdapat dua hal yang menjadi penyebab utama kerusakan hati yaitu pertama,
dimana hati menerima ±80 suplai darah dari vena porta yang mengalirkan darah dari sistem gastrointestinal, sehingga memungkinkan banyak senyawa toksik yang berasal
dari tumbuhan, fungi, bakteri, logam, mineral dan senyawa kimia lain yang diserap ke darah portal ditransportasikan ke hati. Yang kedua, hati menghasilkan enzim yang
mampu melakukan biotransformasi pada berbagai macam zat eksogen maupun endogen untuk dieliminasi oleh tubuh Carlton McGavin, 1995 dalam W
ardanela, 2008.
4.4 Gambaran Mikroskopis Hepatosit Setelah Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman
Zanthoxylum acanthopodium DC.
Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap gambaran mikroskopis hepar yang diberi perlakuan ekstrak n-heksan buah andaliman pada masa pra implantasi 0-3 hari
dan masa pasca implantasi 6-14 hari ditemukan adanya perubahan sel baik itu sel hepatosit normal maupun yang mengalami degenerasi parenkimatosa, degenerasi
Universitas Sumatera Utara
hidropik dan kematian sel nekrosis.
Menurut Bhara 2009, kerusakan hepar
berhubungan erat dengan perdarahannya dan suatu susunan unit yang lebih kecil yaitu asinus hepar yang merupakan konsep terbaru dari unit fungsional hepar terkecil.
Hepatosit merupakan sel dengan bentuk polihedral yang mempunyai permukaan 6 atau lebih, dengan membran sel yang jelas dan inti bulat di tengah. Sel yang besar
dengan inti besar atau memiliki inti 2 dapat ditemukan karena adanya mitosis.
Gambar 4.4 Gambaran Mikroskopis Hepatosit Setelah Pemberian Ekstrak N-
Heksan Buah Andaliman
Zanthoxylum acanthopodium DC. dengan Pewarnaan HE dan Perbesaran 400X.
a. Vena Centralis, b. Sel Hepatosit Normal, c. Degenerasi Parenkimatosa, d. Binuklear,
e. Degenerasi Hidropik, f. Nekrosis
Kerusakan sel hepar berupa degenerasi parenkimatosa dapat dilihat pada gambar 4.4. kerusakan seperti ini dapat ditemukan pada kelompok kontrol pelarut
CMC 1, ekstrak n-heksan buah andaliman 2, 4 dan 6 baik pada pemberian pra
b a
c
d e
f
Universitas Sumatera Utara
implantasi 0-3 hari maupun pasca implantasi 6-14 hari. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan oleh senyawa yang dikandung dalam ekstrak n-heksan buah andaliman
seperti terpenoid dan steroid yang memiliki sifat antibakteri dan insektisida Indriani, 2007 yang mengakibatkan hepar tidak mampu mendetoksifikasi senyawa tersebut
yang secara terus menerus diberikan dengan konsentrasi yang tinggi. Selain intu faktor eksternal juga dapat mempengaruhi terjadinya kerusakan. Seperti halnya yang
dikatakan oleh Nababan 2012 bahwa pemberian pakan dan minum, faktor stres atau penyakit serta daya tahan tubuh dan kerentanan tikus terhadap limgkungan luar juga
berpengaruh terhadap tingkat kerusakan sel hepar. Selain itu, pemberian perlakuan secara terus menerus juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap fungsi sel
hepar.
Degenerasi vakuola atau pembengkakan sel merupakan indikasi terjadinya perlemakan hati. Pada keadaan ini sel hati tampak membesar. Perlemakan hati
merupakan tahap awal terjadinya kerusakan dalam hati Robins dan Kumar, 1995. Menurut Lu 1995, mekanisme yang mendasari terjadinya penimbunan lipid dalam
hati adalah rusaknya pelepasan trigliserida hati ke plasma. Sehingga trigliserida hati hanya disekresi bila dalam keadaan tergabung dengan lipoprotein, maka terdapat
beberapa mekanisme penimbunan lipid di hati yaitu: dengan penghambatan sintesis satuan protein dari lipoprotein, penekanan konjugasi trigliserida dengan lipoprotein,
rusaknya oksidasi lipid oleh mitokondria, dan penghambatan sintesis fosfolipid. Selain itu peningkatan degenerasi parenkimatosa pada hati dapat disebabkan oleh sebagian
besar toksikan memasuki tubuh melalui sistem gastrointestin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Macfarlane et al. 2000 dalam Wardanela, 2008, bahwa suplai darah hati
diperoleh dari saluran pencernaan. Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus halus lalu masuk ke hati melalui vena porta, kemudian melewati sinusoid menuju vena
sentralis. Toksin yang menyerang jaringan non adiposa akan menyebabkan berkurangnya aktivitas enzim seluler kemudian menyebabkan jaringan organ
misalnya hati tidak mampu memetabolisme lemak yang ada dan terjadilah akumulasi lemak pada sel.
Seperti halnya dengan kerusakan degenerasi parenkimatosa, kerusakan sel hepar berupa degenerasi hidropik juga ditemukan pada kelompok kontrol pelarut
Universitas Sumatera Utara
CMC 1, ekstrak n-heksan buah andaliman 2, 4 dan 6 baik pada pemberian pra implantasi 0-3 hari maupun pasca implantasi 6-14 hari. Namun pada kelompok
kontrol pelarut CMC 1 ditemukan lebih rendah dibanding perlakuan ekstrak. Menurut Nababan 2012, kerusakan seperti ini merupakan akibat dari gangguan
metabolisme, sehingga membentuk vakuola pada sel hepatosit. Sedangkan menurut Underwood 1992, degenerasi hidropik merupakan keadaan sel ketika sitoplasmanya
pucat dan membengkak dalam kaitannya dengan akumulasi cairan. Pada kejadian edema intraseluler yang ringan disebut pembengkakan berawankeruh, selanjutnya
meningkatkan cairan dan membengkaknya organel pada sitoplasma dan berpenampakan seperti bervakuol. Hal ini terjadi akibat kegagalan dalam pengaturan
homeostasis normal dan meregulasi pemasukan dan pengeluaran air.
Mekanisme respon terhadap pembengkakan sel akut degenerasi hidropis biasanya melibatkan kerusakan membran sel, kegagalan sel dalam memproduksi
energi, serta gangguan enzim. Degenerasi hidropik terjadi sebagai respon kehilangan homeostasis sekunder sel terhadap hipoksia, toksin, radikal bebas, virus, bakteri dan
perlukaan bermediasi imun. Patogenesia terjadinya degenerasi hidropik berawal dari hipoksia yang menyebabkan penurunan produksi ATP sehingga sodium dan air masuk
ke dalam sel, potasium keluar sel. Hal ini mengakibatkan peningkatan tekanan osmosis dan menyebabkan banyak air yang mengalir ke dalam sel. Kemudian sisterna
rerikulum endoplasmik menggelembung, ruptur, dan membentuk vakuol. Untuk selanjutnya terjadi vakuolisasi meluas dan disebut dengan degenerasi hidropis
McGavin et al. 2007 dalam W
ardanela, 2008
Selanjutnya kerusakan sel hepar berupa nekrosis juga dapat ditemukan pada kontrol pelarut CMC 1, ekstrak n-heksan buah andaliman 2, 4 dan 6 baik pada
pemberian pra implantasi 0-3 hari maupun pasca implantasi 6-14 hari. Namun kejadian nekrosis pada perlakuan ekstrak n-heksan buah andaliman lebih dominan
ditemukan dibandingkan pada perlakuan kontrol pelarut CMC 1, terutama pada ekstrak n-heksan buah andaliman konsentrasi 6 PA
3
dan PB
3
yang merupakan kejadian tertinggi ditemukannya nekrosis. Hal ini dikarenakan konsentrasi 6
merupakan konsentrasi tertinggi yang diberikan pada mencit, sehingga diduga mengandung senyawa seperti terpenoid, steroid, dan minyak atsiri yang lebih tinggi
Universitas Sumatera Utara
yang mampu meningkatkan kerusakan sel hepar mencit. Hal tersebut didukung oleh penelitian Wijaya et al., 1999 bahwa senyawa yang paling banyak dikandung dalam
ekstrak andaliman adalah terpenoid, kemudian Houghton dan Raman 1998 dalam Parhusip et al., 2005 menyatakan bahwa ekstrak heksana mengandung komponen
senyawa yang bersifat non polar, seperti lilin, lemak dan minyak atsiri. Menurut Robbinson 1995, bahwa senyawa terpenoid dapat digunakan sebagai insektisida dan
berdaya racun terhadap hewan tinggi.
Menurut
Cheville 1999 dalam Wardanela, 2008, meskipun nekrosis sel hati juga terjadi pada kelompok kontrol namun tidak termasuk dalam kejadian patologi karena
dalam keadaan normal nekrosa juga dapat terjadi. Sedangkan m
enurut Lu 1994, nekrosis hati adalah kematian hepatosit. Nekrosis dapat bersifat fokal sentral,
pertengahan, perifer atau masif. Biasanya nekrosis merupakan kerusakan akut. Beberapa zat kimia telah dibuktikan atau dilaporkan menyebabkan nekrosis hati.
Nekrosis hati merupakan suatu manifestasi toksik yang berbahaya tetapi tidak selalu kritis karena hati mempunyai kapasitas pertumbuhan kembali yang luar biasa.
Kematian sel terjadi bersama dengan pecahnya membran plasma. Tidak ada perubahan ultrastruktural membran yang dapat dideteksi sebelum pecah. Namun, ada
beberapa perubahan yang mendahului kematian sel. Perubahan morfologik awal antara lain berupa edema sitoplasma.
Nekrosis adalah kematian sel atau jaringan pada organime hidup. Inti sel yang mati terlihat lebih kecil, kromatin dan serabut retikuler menjadi berlipat-lipat. Inti
menjadi lebih padat dan kemudian sel menjadi eosinofilik kariolisis. Sel hepar yang mengalami nekrosis dapat meliputi daerah yang luas atau daerah yang kecil Kasno,
2003.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan