Dasar Hukum Pembentukan ICPO-Interpol

64 BAB III TINJAUAN YURIDIS PEMBENTUKAN ICPO-INTERPOL KERJASAMA DENGAN POLRI

A. Dasar Hukum Pembentukan ICPO-Interpol

Interpol memiliki anggaran dasar berupa ICPO-INTERPOL Constitution and General Regulation, anggaran dasar tersebut terbagi ke dalam sebelas bagian yang menguraikan pokok-pokok tujuan organisasi, kegiatan dan struktur, bagian dari ketentuan umum yang merupakan fondasi inti dari organisasi, dan memberikan mandat yang sangat luas. 54 Tujuan organisasi diuraikan dalam Pasal 2. Yang berisi, pertama adalah untuk memastikan kerja sama seluas mungkin antara semua otoritas polisi dan, kedua untuk mendirikan dan mengembangkan lembaga untuk menekan kejahatan hukum biasa. Mandat yang diberikan kepada organisasi demikian agak umum dan ruang lingkupnya memungkinkan untuk memperbesar cara organisasi dalam operasi sesuai dengan kebutuhan zaman dan situasi yang berbeda. Pasal 2 selanjutnya menetapkan bahwa kerjasama polisi internasional yang akan dilakukan dalam “Semangat Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia”, dengan demikian meletakkan landasan bagi kewajiban organisasi untuk menghormati hak-hak dasar dan kebebasan individu dalam tindakannya. Hal ini dilengkapi dengan Pasal 3 Konstitusi, yang kadang-kadang disebut sebagai “Klausa Netralitas”. Pasal ini menyatakan bahwa untuk menjamin kerja 54 www.interpol.int, The Constitution, diakses pada tanggal 12 mei 2012 Universitas Sumatera Utara sama seluas mungkin antara otoritas polisi dari Negara anggotanya, dilarang keras bagi organisasi untuk melakukan intervensi atau kegiatan yang bersifat politik, militer, agama atau ras. Bagian selanjutnya dari Konstitusi mengatur aplikasi, modifikasi dan interpretasi dari Konstitusi. Sebuah ketentuan utama adalah bahwa “Aplikasi Konstitusi ditetapkan oleh Majelis Umum melalui Peraturan Umum dan Lampiran” Mereka juga menyediakan prosedur untuk menjadi Negara Anggota Organisasi, untuk anggaran dan untuk hubungan dengan organisasi lain. Dengan cara ini, mandat diletakkan untuk organisasi itu sendiri untuk memberikan aturan dan peraturan lainnya dalam rangka untuk menentukan kerangka sehari-hari untuk operasi Interpol di Negara tersebut. Bagian selanjutnya dari Konstitusi menggambarkan struktur Organisasi dan memberikan definisi dari masing-masing tubuh Interpol dan perannya masing-masing, yaitu : a. Majelis Umum General Assembly ; b. Komite Eksekutif Executive Committee ; c. Sekretariat Jenderal General Secretariat ; d. Biro Pusat Nasional National Central Bureau ; e. Penasihat Advisers ; f. Komisi Pengawasan Data-data Interpol Commission for the Control of Files. Universitas Sumatera Utara 1. Tugas dan Fungsi ICPO-Interpol a. Prinsip Dasar Interpol Dalam penanganan kejahatan internasional, seperti yang telah diuraikan pada bab pendahuluan, diperlukan kerjasama internasional karena tidak ada satupun negara di dunia yang dapat memerangi kejahatan internasional sendirian. Hal ini disebabkan banyaknya permasalahan yang timbul dalam hal penanggulangan kejahatan berdimensi internasional, antara lain : 55 1 Keterbatasan kewenangan sesuai batas negara dan yurisdiksi. Kewenangan aparat penegak hukum didalam melakukan kegiatan penegakan hukum dibatasi oleh suatu wilayah yang berdaulat penuh sebagai batas dari yurisdiksi hukum yang dimilikinya. Sedangkan di sisi lain, para pelaku kejahatan dapat bergerak dengan lebih bebas melewati batas negara sepanjang didukung dengan dokumen keimigrasian yang memadai. Pada umumnya kecepatan gerak penegak hukum jauh tertinggal dari kegesitan pelaku baik dalam upaya melarikan diri atau menghilangkan barang bukti. Karena meskipun telah ada kesepakatan kerjasama untuk menangani kejahatan, namun dalam pelaksanaannya harus melalui proses birokrasi yang sulit. 2 Perbedaan Sistem Hukum 55 Upaya POLRI dalam Menanggulangi Kejahatan Transnasional. MABES POLRI. Jakarta. 2006. Hal. 7 Universitas Sumatera Utara Kendala yuridis lebih disebabkan oleh adanya perbedaan sistem hukum pidana di antara negara anggota. Ada negara yang menganut sistem kontinental dan ada pula yang menganut sistem anglo saxon. Perbedaan besar terutama terdapat dalam sistem peradilan pidana yaitu ada yang menganut due process model lebih menitikberatkan pada perlindungan hak asasi manusia bagi tersangka, sehingga menimbulkan birokrasi yang cukup panjang dalam peradilan pidana dan ada yang memilih crime control model menekankan efisiensi dan efektifitas peradilan pidana dengan berlandaskan asas praduga tak bersalah lebih menitikberatkan pada proses yang lebih praktis. 56 Persoalan yuridis lain adalah berkenaan dengan masalah kriminalisasi jenis-jenis kejahatan internasional. Belum semua negara sudah mampu menerapkan undang-undang untuk memerangi kejahatan internasional. 3 Perjanjian antara negara belum memadai. a. Perjanjian Ekstradisi Perjanjian Ekstradisi diantara negara-negara masih sangat terbatas. Upaya untuk mengembangkan perjanjian ekstradisi dengan negara lain tidaklah mudah, karena sering terbentur dengan adanya conflict interest dari masing-masing negara. Selain itu, sekalipun sudah ada 56 Dalam perspektif criminal procedure hukum acara pidana, Hebert L Packer dalam The Limited of The Criminal Sanction mengemukakan dua model dalam beracara. Kedua model itu adalah crime control model dan due process model. Crime control model memiliki karakteristik efisiensi, mengutamakan kecepatan dan presumption of guilt praduga bersalah sehingga tingkah laku kriminal harus segera ditindak dan si tersangka dibiarkan sampai ia sendiri yang melakukan perlawanan. Crime control model ini diumpamakan seperti sebuah bola yang digelindingkan dan tanpa penghalang. Sementara due process model memiliki karakteristik menolak efisiensi, mengutamakan kualitas dan presumption of innocent praduga tidak bersalah sehingga peranan penasihat hukum amat penting dengan tujuan jangan sampai menghukum orang yang tidak bersalah. Herbert L. Packer, The Limited of The Criminal Sanction Universitas Sumatera Utara perjanjian ekstradisi, dalam kenyataannya proses penyerahan seorang pelaku kejahatan dari satu negara ke negara lain, biasanya melalui suatu proses yang sangat lama, bahkan sampai lebih dari satu tahun. Oleh karenanya faktor perjanjian ekstradisi memerlukan kecermatan dalam penanganannya sehingga tidak krusial sebagai penghambat proses penanganan kejahatan yang berlingkup lintas negara. b. Perjanjian bantuan timbal balik dibidang proses pidana Bagi negara-negara yang belum memiliki perjanjian ekstradisi, masih terbuka kemungkinan terjadinya penyerahan seorang pelaku kejahatan dari satu negara ke negara lain dapat melalui apa yang dinamakan mutual legal assistance in criminal matters, yaitu upaya memberikan bantuan kerjasama penerapan hukum dalam penanganan kasus kriminal yang biasanya dilakukan dengan asas resiprositas timbal balik. Namun penerapan dengan cara ini terkadang dikritik sebagai suatu tindakan yang menyalahi aturan hukum lainnya misalnya tentang perlindungan HAM. 57 Kerjasama kepolisian internasional dalam wadah Interpol selalu dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut : 58 1 Menghormati kedaulatan negara. 57 Supt. Budiman Parangin-angin, Mutual Legal Assistance MLA, Majalah Interpol, 2006, hal. 59 58 Sardjono, Op. Cit., hal. 13-14. Universitas Sumatera Utara Kerjasama didasarkan pada tindakan yang diambil oleh kepolisian negara anggota, dilaksanakan dalam batas dan undang-undang negara masing- masing. 2 Penegakan hukum dari undang-undang kejahatan. Bidang kegiatan organisasi dibatasi pada pencegahan kejahatan dan penegakan hukum yang berhubungan dengan kejahatan hukum. Inilah satu-satunya yang menjadi dasar perjanjian di antara semua negara anggota. 3 Universalitas. Setiap negara anggota dapat bekerjasama dengan negara anggota lainnya dan faktor geografi atau bahasa tidak boleh menghalangi kerjasama. 4 Persamaan di antara semua negara anggota. Semua negara anggota diberikan pelayanan yang sama dan mempunyai hak yang sama, tanpa mengindahkan kontribusi keuangan kepada organisasi. 5 Kerjasama dengan badan-badan lain. Kerjasama diperluas melalui NCB National Central Bureau dengan badan- badan yang bertugas dibidang penanganan kejahatan negara masing-masing. 6 Metode kerja fleksibel Walaupun telah diatur oleh prinsip-prinsip untuk menjamin keteraturan dan kelanjutan kerjasama, namun Interpol bekerja secara fleksibel dengan memperhitungkan perbedaan-perbedaan struktur dan situasi suatu negara anggota. Berdasarkan prinsip-prinsip ini berarti Interpol tidaklah merupakan tim yang mempunyai kekuasaan supranasional yang dapat bergerak keliling dunia Universitas Sumatera Utara untuk mengadakan penyidikan di setiap negara anggotanya. Kerjasama kepolisian internasional tergantung pada kegiatan koordinasi diantara kepolisian negara- negara anggota, dimana semua negara dapat saling meminta atau memberikan informasi atau pelayanan lain dalam masalah-masalah yang diperlukan. 59 Setiap organisasi yang dibentuk pasti memiliki tujuan-tujuan tertentu. menurut Pasal 2 Anggaran Dasar International Criminal Police Organization, tujuan didirikannya ICPO-Interpol adalah : 60 a. Menjamin serta memajukan kerjasama yang seerat-eratnya dalam lapangan maupun antar semua badan-badan kepolisian criminal dari Negara-negara di dunia yang menjadi anggota dalam lingkungan batas-batas masing-masing Negara, den gan semangat “Pernyataan bersama tentang Hak-hak asasi manusia” Universal Declaration of Human Rights b. Mendirikan atau memperkembangkan semua badan-badan yang efektif akan dapat membantu mencegah dan memberantas kejahatan. Sesuai dengan pendirian keorganisasian ICPO, maka fungsi ICPO dapat dibedakan dalam dua fungsi yaitu : 1. Fungsi Pemberantasan Kejahatan Internasional; 2. Fungsi Kerjasama Internasional. Ad.1 Fungsi Pemberantasan Kejahatan Internasional 59 Ibid, hal. 14. 60 Pasal 2 ICPO-Interpol Constitution. Universitas Sumatera Utara Bassiouni 61 , sebagai penggerak utama dalam bidang hukum Kejahatanpidana internasional, menyebutkan bahwa suatu tindak pidana internasional harus mengandung tiga unsur yakni : 1. Unsur internasional ini meliputi : a. unsur ancaman secara langsung terhadap perdamaian dunia; b. ancaman secara tidak langsung atas perdamaian dan keamanan di dunia c. dan menggoyahkan perasaan kemanusiaan 2. Unsur transnasional meliputi unsur : a. tindakan yang memiliki dampak terhadap lebih dari satu negara; b. tindakan yang melibatkan atau memberikan dampak terhadap warga negara dari lebih satu negara; c. dan sarana prasarana serta metode-metode yang dipergunakan melampaui batas teritorial suatu negara. 3. Unsur kebutuhan necessity termasuk ke dalam unsur kebutuhan akan kerjasama antara negara negara untuk melakukan penanggulangan. Dari pengertian Bassiouni ini dapat dilihat bahwa kejahatan transnasional itu adalah kejahatan yang tidak mengenal batas teritorial suatu negara borderless. Modus operandi, bentuk atau jenisnya, serta locus tempus delicti nya melibatkan beberapa negara dan sistem hukum pelbagai negara. 61 Cherif Bassiouni, Introduction to International Criminal Law. Transnational Publisher, 2003 Universitas Sumatera Utara Bidang pemberantasan kejahatan internasional dilakukan dalam tiga bidang yang berlainan namun ketiganya saling melengkapi satu sama lainnya, yaitu : a. Pertukaran keterangan polisi Keterangan polisi ini harus ditafsirkan secara luas yaitu menyangkut keterangan polisi baik yang bersifat preventif dan represif. Keterangan ini bisa berwujud : 1. Dokumen yang berisi tanda pengenal atau sidik jari; 2. Bukti-bukti tentang kejahatan yang dilakukan; Pertukaran keterangan polisi ini ditujukan untuk pemberian informasi pada: 1. Negara anggota ICPO kepada Negara ICPO lainnya. 2. Negara anggota ICPO kepada Sekretaris Jendral ICPO. b. Identifikasi Penjahat yang Dicari atau dicurigai Identifikasi mengenai penjahat yang dicari ini merupakan hal yang penting dalam melacak orang yang dicari. Sebab seseorang dapat merubah identitasnya. c. Penangkapan terhadap Orang yang dimintakan ekstradisi Universitas Sumatera Utara Penangkapan penjahat-penjahat internasional merupakan segi yang menarik perhatian dalam bidang pemberantasan kejahatan internasional. Sebelum penangkapan dilakukan maka tugas ICPO adalah : a. Memastikan tempat keberadaan pelaku kejahatan; b. Tidak adanya kesangsian terhadap pelaku kejahatan; c. Adanya surat perintah penangkapan; d. Adanya kepastian bahwa si pelaku akan dimintakan ekstradisi.

2. Peranan ICPO-Interpol dalam Ekstradisi

Peranan ICPO-Interpol dalam ekstradisi ini secara tegas juga diatur dalam perjanjian ekstradisi antara Indonesia dengan Australia 1994, sebagaimana diatur dalam Pasal 10 sebagai berikut : 1. Dalam keadaan mendesak Negara Pihak dapat menggunakan saluran International Criminal Police Organization untuk melakukan penahanan sementara atas seseorang yang dicari, sementara menunggu disampaikannya permintaan ekstradisi melalui saluran diplomatik; 2. Permintaan tersebut harus memuat uraian tentang orang yang dicari, pernyataan yang menyatakan bahwa permintaan ekstradisi akan disampaikan melalui saluran diplomatik, pernyataan mengenai adanya salah satu dokumen yang disebutkan dalam ayat 2 pasal 1 yang memberikan wewenangan untuk menahan orang tersebut, pernyataan Universitas Sumatera Utara mengenai hukuman yang dapat dijatuhkan atau yang telah dijatuhkan atas kejahatan itu, jika diminta oleh Negara diminta, pernyataan singkat mengenai perbuatan atau kealpaan yang diduga merupakan kejahatan; 3. Setelah menerima permintaan tersebut Negara yang diminta wajib mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menjamin penahanan orang yang dicari dan Negara Peminta secepatnya akan diberitahu mengenai hasil permintaan tersebut; 4. Seseorang yang ditahan berdasarkan permintaan tersebut dapat dibebaskan sesudah waktu 45 hari terhitung sejak tanggal penahannya jika permintaan ekstradisi yang dilengkapi dokumen yang ditentukan Pasal 11 belum diterima; 5. Ayat 4 pasal ini tidak akan menghalangi dilaksanakannya tata cara untuk mengekstradisi orang yang dicari itu jika permintaan diterima sesudah itu. Pasal 10 ayat 1 perjanjian ekstradisi Indonesia-Australia 1994 62 menegaskan bahwa dalam keadaan mendesak kedua pihak dapat menggunakan saluran ICPO-Interpol untuk melakukan penahanan sementara, sambil menunggu permintaan ekstradisi melalui saluran diplomatik. Ad.2 Fungsi Kerjasama Internasional 62 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1994 Universitas Sumatera Utara Dalam bidang kerjasama internasional peranan ICPO-Interpol antara lain untuk melakukan pertukaran informasi, sebab Interpol sebenarnya bukan merupakan badan yang bertugas melakukan penahanan atau penyidikan terhadap orang yang melakukan kejahatan. Pelaksanaan tugas Interpol dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Biro Pusat Nasional National Central Bureau atau NCB yang bertugas khusus penyelenggara hubungan dengan badan-badan lain yang serupa di masing-masing Negara. NCB di suatu Negara bertugas membantu Polri dalam pelacakan terhadap orang yang dicari ; b. Sekretaris Jendral sebagai badan yang menampung semua informasi dari NCB-NCB di masing-masing Negara yang kemudian menginformasikan pada semua anggota-anggotanya di setiap Negara. Sedangkan tugas dari NCB-Interpol Indonesia sendiri secara khusus adalah sebagai penyelenggara kerjasama koordinasi melaui wadah ICPO- Interpol dalam rangka mendukung upaya penanggulangan kejahatan internasional transnasional dan kegiatan “peace keeping operation” dibawah bendera PBB serta menyelenggarakan kerjasama internasional antar Negara dalam rangka mendukung pengembalian Polri. Dalam melaksanakan tugas tersebut, maka NCB-Interpol Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut: 63 1. Sebagai perumusanpengembangan petunjuk-petunjuk serta prosedur hubungankerja sama luar negeri. 63 www.interpol.go.id, Tugas dan Fungsi NCB-Interpol Indonesia, diakses pada 13 Mei 2012 Universitas Sumatera Utara 2. Pelaksanaan kerjasama dengan Negara-negara anggota ICPO-Interpol dan organisasi internasional lainnya dalam rangka penanggulangan kejahatan internasionaltransnational crime. 3. Pembinaan perwira penghubungLiaison Officer LO Polri di luar negeri. 4. Penyelenggaraan komunikasi, korespondensi, pertukaran data dan informasi dengan instansi terkait, NCB Negara lain, organisasi lain baik di dalam maupun di luar negeri. 5. Penyelenggaraan kegiatan protokoler kunjungan tamu ke luar negeri, penjemputan tamu dari dan keluar negeri serta courtesy call kepda Kapolri. 6. Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait di dalam maupun luar negeri tentang keikutsertaan Polri dalam misi operasi pemeliharaan perdamaian Peace Keeping Operation dibawah bendera PBB.

B. Dasar Hukum Kerjasama ICPO-Interpol dengan POLRI

Dokumen yang terkait

Peranan Polri dalam Mengembangkan Kerjasama Internasional Guna Penanggulangan Kejahatan Narkotika yang Terorganisir

1 47 136

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ketentuan-Ketentuan Hukum Indonesia Tentang Pengembalian Tersangka Tipikor Yang Melarikan Diri Keluar Negeri

0 0 11

Analisis Yuridis Perjanjian International Criminal Police Organization (Icpo Interpol) Dengan Polri Dalam Menangkap Pelaku Kejahatan Korupsi Yang Melarikan Diri Ke Luar Negeri

0 0 8

Analisis Yuridis Perjanjian International Criminal Police Organization (Icpo Interpol) Dengan Polri Dalam Menangkap Pelaku Kejahatan Korupsi Yang Melarikan Diri Ke Luar Negeri

0 0 1

Analisis Yuridis Perjanjian International Criminal Police Organization (Icpo Interpol) Dengan Polri Dalam Menangkap Pelaku Kejahatan Korupsi Yang Melarikan Diri Ke Luar Negeri

0 0 21

Analisis Yuridis Perjanjian International Criminal Police Organization (Icpo Interpol) Dengan Polri Dalam Menangkap Pelaku Kejahatan Korupsi Yang Melarikan Diri Ke Luar Negeri

0 0 19

Analisis Yuridis Perjanjian International Criminal Police Organization (Icpo Interpol) Dengan Polri Dalam Menangkap Pelaku Kejahatan Korupsi Yang Melarikan Diri Ke Luar Negeri Chapter III V

0 1 53

Analisis Yuridis Perjanjian International Criminal Police Organization (Icpo Interpol) Dengan Polri Dalam Menangkap Pelaku Kejahatan Korupsi Yang Melarikan Diri Ke Luar Negeri

0 1 2

Bareskrim Polri Menangkap tiga pelaku peretas situs online

0 0 1

Efektifitas Bantuan Timbal Balik dalam Masalah Pidana (Mutual Legal Assistance in Criminal Matters) Studi Kasus Pemulangan Koruptor Yang Melarikan Diri Keluar Negeri - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 92