kaidah hukum internasional tentang ekstradisi yang baru tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat internasional.
b. Asas-asas ekstradisi
Asas kejahatan ganda.
78
Kejahatan yang dijadikan sebagai alasan untuk meminta penyerahan oleh Negara-peminta kepada Negara-diminta, haruslah
merupakan kejahatan atau tindak pidana menurut hukum pidana kedua Negara Negara-peminta dan Negara-diminta. Jia hanya merupakan kejahatan menurut
hukum pidana Negara-peminta tetapi tidak merupakan kejahatan menurut hukum pidana Negara-diminta ataupun sebaliknya, maka permintaan Negara-peminta
tidak memenuhi asas kejahatan ganda. Asas ini mencerminkan, bahwa perbuatan orang yang diminta tidak dibenarkan menurut hukum pidana nasional kedua
Negara yang juga berarti bahwa perbuatan itu adalah kejahatan menurut kesadaran hukum dan rasa keadilan dari rakyat kedua Negara dan oleh karena itu si
pelakunya harus diadili dan jika terbukti bersalah harus dijatuhi hukuman yang setimpal. Jika hanya merupakan kejahatan menurut hukum pidana salah satu
pihak saja, berarti, tidak adanya kesamaan dalam kesadaran hukum dan rasa keadilan dari rakyat kedua Negara terhadap perbuatan orang yang diminta. Oleh
karena itu wajarlah jika dia dikenakan kondisi yang menguntungkan bagi dirinya, yakni, dia harus tidak diserahkan atau dengan kata lain permintaan Negara-
peminta harus ditolak.
78
Ibid. hal. 139
Universitas Sumatera Utara
Asas Kekhususan.
79
Negara-peminta hanya boleh mengadili dan atau menghukum orang yang diminta atau diserahkan, hanya atas dasar kejahatan yang
dijadikan alasan untuk menyerahkannya oleh Negara-diminta kepada Negara- peminta. Jika misalnya Negara-diminta berdasarkan atas lima macam kejahatan
misalnya, pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, pembakaran rumah, dan korupsi kemudian Negara-diminta setelah memproses permintaan Negara-
peminta tersebut sesuai dengan hukum nasionalnya, kemudian memutuskan bahwa permintaan ekstradisi Negara-peminta atas orang yang diminta itu dapat
dikabulkan, tetapi hanya atas tiga jenis kejahatan saja pembunuhan, pemerkosaan, dan pembakaran rumah, sedangkan atas kejahatan pencurian dan
korupsi dinyatakan tidak dapat dikabulkan karena misalnya tidak cukup ada bukti yang menguatkannya. Jika kemudian orang itu diserahkan oleh Negara-diminta
kepada Negara-peminta, maka Negara-peminta hanya boleh mengadili dan atau menghukum orang yang diminta hanya atas ketiga jenis kejahatan itu saja. Namun
asas kekhususan ini dapat dikecualikan dalm dua hal; yakni jika Negara-diminta menyetujui orang yang diminta tersebut diadili dan atau dihukum atas kejahatan
lainnya setelah menerima permintaan dari Negara-peminta untuk mengadili orang yang diminta atas kejahatan yang lainnya itu, atau, jika orang yang diminta atau
telah diserahakan itu sendiri menyetujui untuk diadili atas kejahatan tersebut.
Asas tidak menyerahkan warganegara.
80
Negara-diminta dapat menolak permintaan ekstradisi dari Negara-peminta, apabila orang yang diminta adalah
warganegaranya sendiri. Namun asas ini tidak bersifat mutlak, sebab Negara-
79
ibid
80
Ibid
Universitas Sumatera Utara
diminta dapat mengambil salah satu dari dua kemungkinan, yakni, menolak untuk menyerahkan warganegaranya, ataukah, menyerahkan warganegaranya kepada
Negara-peminta. Keputusan yang manapun akan diambil oleh Negara-diminta, sepenuhnya terletak pada Negara itu sendiri, sebagai perwujudan dari
kedaulatannya. Jika Negara-diminta menolak untuk menyerahkannya, maka Negara-diminta harus mengadili dan atau menghukum warganegaranya
berdasarkan atas hukum nasionalnya sendiri. Hal ini hanya bisa dilakukan, apabila Negara-diminta tersebut memiliki yurisdiksi untuk mengadili dan atau
menghukumnya. Akan tetapi jika tidak memiliki yurisdiksi, sebaiknya Negara- diminta menyerahkan warganegaranya yang diminta kepada Negara-peminta
untuk diadili dan atau dihukum sendiri oleh Negara-peminta. Diwajibkannya Negara-diminta untuk mengadili sendiri warganegaranya itu, adalah dengan
maksud supaya rasa keadilan dari rakyat Negara-peminta dapat dipulihkan. Dengan mengadili sendiri maka orang yang diminta tentu tidak terhindar dari
tuntutan hukum pidana atas perbuatannya itu. Meskipun dia berada di negaranya sendiri.
Asas tidak menyerahkan pelaku kejahatan politik.
81
Negara-diminta harus menolak menyerahkan orang yang diminta apabila menurut Negara-diminta,
kejahatan yang dijadikan sebagai alasan untuk meminta penyerahannya kejahatan politik. Dengan penolakan ini, maka orang yang diminta mendapat perlindungan
dari Negara-diminta, dan oleh karena itu Negara-diminta juga tidak boleh mengadili sendiri orang yang diminta. Ini berbeda dengan penolakan
81
Ibid. hal. 140
Universitas Sumatera Utara
menyerahkan warganegaranya sendiri. Jika Negara-diminta menolak untuk menyerahkan warganegaranya, Negara tersebut wajib untuk mengadili sendiri
warganegaranya itu atas kejahatan yang dijadikan alasan untuk meminta penyerahannya oleh Negara-peminta, demi memulihkan rasa keadilan dan
kesadaran hukum dari rakyat Negara-peminta. Dalam hal kejahatan politik, penolakan untuk menyerahkan pelakunya orang yang diminta, didasarkan atas
kewajiban semua pihak untuk menghormati hak asasi manusia, yakni bahwa setiap orang memilki hak atas pandangan dan keyakinan politiknya masing-
masing, meskipun berbeda bahkan bertentangan dengan keyakinan politik orang lain, bahkan dengan pandangan politik yang dianut dan diterapkan oleh pihak
yang sedang berkuasa jadi, dalam suatu kasus ekstradisi yang berkenaan dengan kejahatan politik, baik Negara-peminta maupun Negara diminta berkewajiban
untuk menghormati hak asasi dari orang yang diminta, yang salah satunya adalah hak untuk menganut pandangan dan keyakinan politik, meskipun berbeda atau
bertentangan dengan pandangan politik yang dianut oleh salah satu atau kedua pihak tersebut. Disamping itu, penolakan untuk menyerahkan pelaku kejahatan
politik, juga didasarkan atas pertimbangan, bahwa apa yang disebut “politik” itu penuh dengan ketidakpastian, serba relative dan subyektif. Demikian juga halnya
dengan “kejahatan politik” itu sendiri yang serba relative dan subyektif
Asas nenon bis in idem.
82
Permintaan Negara-peminta harus ditolak apabila orang yang diminta sudah dijatuhi putusan oleh suatu badan peradilan
yang sudah memiliki kekuatan mengikat yang pasti atas kejahatan yang dijadikan
82
Ibid
Universitas Sumatera Utara
sebagai alasan untuk meminta penyerahannya oleh Negara-peminta. Asas ini sebagai salah satu asas dari hukum pidana nasional dan internasional juga
merupakan asas dari ekstradisi. Adapun tujuan dari asas ini adalah memberikan jaminan kepastian hukum bagi setiap orang pada umumnya, orang yang sudah
dijatuhi putusan pidana dengan kekuatan mengikat yang pasti pada khususnya, bahwa dia tidak boleh lagi diadili dan atau dijatuhi hukuman untuk kedua kali
atau lebih atas kejahatan yang telah dilakukannya. Mengenai badan peradilan, tidak terbatas pada badan peradilan Negara-peminta ataupun Negara-diminta,
tetapi juga badan peradilan Nasional Negara-negara lain di dunia termasuk juga badan peradilan nasional Negara-negara lain di dunia, dan termasuk juga badan-
badan peradilan internasional seperti Mahkamah Militer Internasional di
Nurenberg 1945 dan di Tokyo 1946, Mahkamah Kejahatan Perang dalam kasus
ex-Yugoslavia 1993 dan Mahkamah Kejahatan Perang dalam kasus Rwanda 1994 serta mahkamah pidana internasioal 1998
Asas kadaluwarsa.
83
Permintaan Negara-peminta harus ditolak oleh Negara-diminta apabila kejahatan yang dijadikan sebagai alasan untuk meminta
penyerahan atas orang yang diminta sudah kadaluwarsa menurut hukum nasional Negara-diminta. Dengan daluwarsanya kejahatan itu menurut hukum nasional
Negara-diminta, meskipun belum tergolong daluwarsa menurut hukum nasional Negara-peminta, maka orang yang bersangkutan tidak boleh diserahkan. Dengan
demikian dia menikmati kepastian hukum atas kasus dan dirinya dari permintaan dan tentu saja juga dari tuntutan pidana Negara-peminta. Dalam hal ini, tampak
83
Ibid. hal.141
Universitas Sumatera Utara
ada dua hukum yang berbeda dalam pengaturannya terhadap kejahatannya itu, yakni, hukum Negara
–peminta yang belum menggolongkannya sebagai kadaluwarsa dan hukum Negara-diminta yang sudah menggolongkan
kejahatannya sebagai sudah kadaluwarsa. Sesuai dengan salah satu prinsip hukum pidana, bahwa terhadap orang yang bersangkutan akan dikenakan hukum yang
lebih menguntungkan dirinya, yang dalam hal ini adalah hukum Negara-diminta.
c. Ekstradisi terselubung