Teknik Pengumpulan Data Pengelolaan dan Analisa Data Pembahasan

4.3.2. Sampel penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi penelitian, yaitu seluruh ibu hamil yang terinfeksi HIV pada periode tahun 2008 sampai 2011 di RSUP Haji Adam Malik Medan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik total populasi sampling.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun data yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis data sekunder. Data sekunder penelitian ini adalah ibu hamil dengan HIV yang diperoleh melalui data rekam medik dari RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2008 sampai 2011, kemudian hal – hal yang diperlukan dicatat dan dikumpulkan sesuai kebutuhan penelitian.

4.5. Pengelolaan dan Analisa Data

Untuk mendapatkan hasil yang akurat, dibutuhkan pengolahan dan analisis data secara tepat. Pada penelitian ini, data yang didapat akan diolah dan kemudian dianalisis menggunakan program SPSS. Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan melihat presentase data yang telah terkumpul dan disajikan ke dalam tabel distribusi frekuensi: 1. Editing Dilakukan pemeriksaan kelengkapan data-data yang telah terkumpul. Bila terdapat kekurangan dalam pengumpulan data akan diperbaiki dengan baik. Universitas Sumatera Utara 2. Coding Data yang telah terkumpul dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer. 3. Entry Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer 4. Cleaning Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam computer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data 5. Saving Penyimpanan data untuk siap dianalisis Universitas Sumatera Utara BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian RSUP Haji Adam Malik merupakan Rumah Sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335MenkesSKVIII1990. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik adalah Rumah Sakit Rujukan vertical yang meliputi provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, Riau.sejak tanggal 6 September 1991 RSUP Haji Adam Malik ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502MenkesIX1991. RSUP Haji Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan rawat jalan dan untuk perawatan rawat inap mulai berfungsi tepatnya pada tanggal 2 Mei 1992. RSUP Haji Adam Malik ini beralamat di jalan Bunga Lau No. 17, Medan, terletak di kelurahan Kemenangan, Tuntungan. Dibangun di atas tanah seluas ± 10 Ha dan Letak RSUP H. Adam Malik ini agak berada di daerah pedalaman Djammin Ginting yang merupakan jalan raya menuju kearah Brastagi.

5.1.2. Deskripsi Pusat Pelayanan Khusus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan

klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan merupakan wadah pelayanan khusus yang didirikan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi individu maupun kelompok berisiko terinfeksi HIVAIDS berupa konseling pra – testing, tes HIV, dan konseling pasca test. Jika hasil test menunjukkan penderita positif HIVAIDS, klinik ini bekerjasama dengan bagian Case Support and Treatment CST untuk memberikan perawatan dan pengobatan terhadap penderita secara intensif. Universitas Sumatera Utara

5.1.3. Deskripsi Karakteristik Individu

Dalam penelitian ini,karakteristik individu yang dipilih menjadi sampel adalah penderita HIV yang memiliki status kehamilan di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2008 – 2011. Data penelitian yang digunakan ada8,8lah data skunder, yaitu data yang berasal dari rekam medis pasien. Data yang diambil berasal dari tiga kurun waktu, yaitu data rekam medis dari tahun 2008 – 2011. Jumlah keseluruhan penderita HIV yang memiliki status kehamilan di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2008 – 2011 adalah 34 orang.

5.1.2.1. Deskripsi sample berdasarkan tahun masuk

Distribusi data penelitian berdasarkan tahun masuk pasien HIV dengan kehamilan pada tahun 2008 – 2011 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.1. Distribusi jumlah kasus HIV pada kehamilan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2008 – 2011 Tahun Frekuensi Persentase 2008 3 8.8 2009 8 23.5 2010 10 29.4 2011 13 38.2 Total 34 100 Berdasarkan tabel 5.1 kelompok sampel dari tahun 2008 – 2011 terjadi peningkata. Distribusi terbanyak pada tahun 2011, didapati pasien sebanyak 13 orang 38,2 . Pada tahun 2010 sebanyak 10 orang pasien 29,4 dan pada tahun 2009 sebanyak 8 orang 23,5 . Kelompok sampel dengan distribusi terendah adalah pada tahun 2008 ditemukan pasien sebanyak 3 orang 8,8 . Universitas Sumatera Utara Gbr. 5.1. Distribusi kasus HIV pada kehamilan berdasarkan tahun

5.1.2.2. Deskripsi sampel berdasarkan sosiodemografi

Distribusi data penelitian berdasarkan sosiodemografi usia, tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan pasien HIV pada kehamilan tahun 2008 – 2011 dapat dilihat pada tabel berikut. 2008 2009 2010 2011 8,80 23,50 29,40 38,20 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Kejadian HIV Pada Kehamilan Berdasarkan Sosiodemografi Pasien Variable Frekuensi Persentase Usia 20 1 2.9 21 – 25 7 20.6 26 – 30 19 55.9 31 – 35 6 17.6 36 – 40 1 2.9 Total 34 100 Tempat tinggal Medan 18 52.9 Luar kota medan 16 47.1 Total 34 100 Pendidikan SMA 24 70.6 PT 10 29.4 Total 34 100 Pekerjaan Ibu rumah tangga 32 94.1 Karyawati 2 5.9 Total 34 100 Status perkawinan Menikah 29 85.3 Cerai 2 5.9 Tidak diketahui 3 8.8 Total 34 100 Berdasarkan tabel 5.2. sesuai dengan demografi pasien. Diperoleh data penderita HIV pada ibu hamil paling banyak dijumpai pada usia produktif, pada Universitas Sumatera Utara kelompok usia 26 – 30 tahun sebanyak 19 orang 55,9. Ibu hamil penderita HIV lebih banyak berasal dari kota Medan dibandingkan dari luar kota Medan. Pasien yang berasal dari kota Medan ada sebanyak 18 orang 52,9. Ibu hamil penderita HIV yang berpendidikan SMA lebih banyak dibanding dengan ibu hamil yang berpendidikan perguruan tinggi. Pada pasien yang berpendidikan SMA sebanyak 24 orang 70,6. Kelompok ibu hamil penderita HIV yang bekerja sebagai ibu rumah tangga adalah sebanyak 32 orang 94,1. Kelompok ibu hamil yang menderita HIV dengan status perkawinan menikah adalah 29 orang 85,3.

5.1.2.3. Deskripsi sampel berdasarkan faktor resiko

Distribusi data penelitian yang menunjukkan faktor resiko pada pasien HIV dengan kehamilan pada tahun 2008 – 2011 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Faktor Resiko Kejadian HIV Pada Kehamilan Faktor resiko Frekuensi Persentase Heteroseksual 33 97.1 Lain – lain 1 2.9 Total 34 100.0 Berdasarkan tabel 5.3. diperoleh data, proporsi penderita HIV pada kehamilan berdasarkan faktor resiko penularan yang terbanyak adalah hubungan heteroseksual melalui suami ODHA yaitu sebanyak 33 orang 97,1, dan disebabkan hal lain seperti penggunaan jarum suntik sebanyak 1 orang 2,9. Universitas Sumatera Utara

5.1.2.4. Deskripsi sampel berdasarkan konseling VCT

Distribusi data penelitian yang menunjukkan kegiatan konseling VCT pada pasien HIV dengan kehamilan pada tahun 2008 – 2011dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Kejadian HIV Pada Ibu Hamil Berdasarkan Konseling VCT Konseling VCT Frekuensi Persentase Konseling pre -test Ya 34 100.0 Tidak - - Total 34 100 Testing HIV Ya 34 100.0 Tidak - - Total 34 100 Konseling post -test Ya 33 97.1 Tidak 1 2.9 Total 34 100 Berdasarkan dari tabel 5.4. bahwa semua penderita HIV pada kehamilan mendapatkan konseling pre – test dan melakukan testing HIV, sebanyak 34 orang 100. Tetapi, pada konseling post – test ada ibu hamil yang tidak mendapatkan konseling sebanyak 1 orang 2,9. Universitas Sumatera Utara

5.1.2.5. Deskripsi Sampel Berdasarkan ARV Profilaksis

Distribusi data penelitian yang menunjukkan bahwa pasien HIV dengan kehamilan menerima ARV profilaksis pada tahun 2008 – 2011 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Kejadian HIV Pada Ibu Hamil Berdasarkan Menerima ARV Profilaksis Status ARV Frekuensi Persentase Ya 28 82.4 Tidak 6 17.6 Total 34 100.0 Berdasarkan tabel 5.5. kejadian HIV pada kehamilan yang menerima ARV profilaksis sebanyak 28 orang 82,4, sementara yang tidak menerima ARV profilaksis sebanyak 6 orang 17,6.

5.1.2.6. Deskripsi Sampel Berdasarkan Tahun Masuk Dan Penerimaan Profilaksis ARV

Distribusi pada penelitian jika ditinjau dari angka kejadian setiap tahun dan kelompok penderita HIV pada kehamilan yang menerima ARV profilaksis dapat dilihat pada tabel berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6. Distribusi Berdasarkan Tahun Masuk Dan Penerimaan Profilaksis ARV Tahun Status penerimaan ARV Ya Tidak N N 2008 3 100 2009 8 100 2010 9 90 1 10 2011 8 61.5 5 38.5 Total 28 82.4 6 17.6 Berdasarkan tabel 5.7. penerimaan ARV pada ibu hamil semakin menurun. Dari tabel terlihat, bahwa pada tahun 2011 terdapat sebanyak 5 orang 38,5 ibu hamil tidak menerima ARV profilaksis, dan pada tahun 2010 sebanyak 1 orang 10.

5.2. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kejadian HIV pada kehamilan sepanjang tahun 2008 sampai 2011 dengan mengobservasi rekam medis pasien di RSUP. H. Adam Malik, Medan. Di dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah penderita HIV yang mengalami kehamilan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik pada tahun 2008 – 2011. Pada tabel 5.1. Terlihat bahwa terjadi peningkatan kejadian HIV pada ibu hamil yang sangat signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 terjadi kasus sebanyak 8,8 dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 38,2 . Pada referensi lain, Dari penelitian Rakgoasi 2005, menyatakan bahwa selama tahun 1992 – 2002 tingkat prevalensi HIV diantara pengunjung klinik antenatal di Bostwana meningkat dari 13,8 menjadi 35,4. Dan pada tahun 2005 prevalensi HIV di Universitas Sumatera Utara antara ibu hamil meningkat 37,4. Menurut Muhaimin 2011 peningkatan ini sangat mungkin disebabkan oleh semakin gencarnya informasi tentang HIV AIDS diberbagai media sehingga menggugah para ibu – ibu muda untuk datang secara sukarela memeriksa status HIV nya. Pada tabel 5.2. Diperoleh data penderita HIV pada ibu hamil paling banyak dijumpai pada usia produktif, dengan kelompok usia 26 – 30 tahun sebanyak 19 orang 55,9, dan terendah pada kelompok usia 20 tahun sebanyak 1 orang 2,9 dan kelompok usia 40 tahun sebanyak 1 orang 2,9. Hal ini juga dinyatakan oleh dinas kesehatan Medan, bahwa penderita HIV lebih banyak ditemukan pada usia produktif antara 25 – 30 tahun Dinkes Medan, 2010. Dari penelitian Rakgoasi 2005 di Botswana, ditemukan sebanyak 38,6 kasus HIV pada kehamilan dengan kategori usia 21 – 29 tahun. Dan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan di RSUP H. adam Malik tahun 2006 – 2007 bahwa proporsi tertinggi pada penderita HIV AIDS adalah penderita dengan kelompok usia 20 – 39 tahun sebesar 86,7 Anastasya, 2010. Hal ini dapat disebabkan karena terkait dengan gaya hidup dan mobilitas yang terjadi baik dalam pekerjaan, bersosialisasi dengan orang lain maupun dalam aktivitas lain. Dari tabel 5.2. yang telah disajikan dapat dilihat bahwa proporsi penderita HIV pada kehamilan yang tertinggi adalah penderita dengan tingkat pendidikan SMA yaitu sebesar 70,6. Dan dari penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan HIV yang dilakukan oleh Nurviana data 2005 – 2007 di RSUD Pirngadi Medan juga menemukan bahwa penderita HIV terbanyak ada pada tingkat pendidikan SMA yaitu sebesar 75,6. Penelitian yang dilakukan Muhaimin 2011 menyatakan sebagian besar responden berpendidikan menengah ke atas sebesar 40. Hal ini dapat disebabkan seks tidak mengenal tingkat pendidikan melainkan berpengaruh terhadap prilaku seseorang Anastasya, 2010. Dari tabel 5.2. yang telah disajikan dapat dilihat bahwa proporsi penderita HIV pada kehamilan berdasarkan status perkawinan tertinggi adalah dengan status menikah sebesar 85,3. Dari penelitian yang dilakukan Anastasya 2010, proporsi penderita HIV berdasarkan status perkawinan tertinggi adalah dengan status menikah sebesar 42,5 dan terendah dengan status tidak tercatat sebesar Universitas Sumatera Utara 15,9. Hal ini dapat disebabkan karena memang penderita yang terkena berada pada kelompok usia 26 – 30 tahun yang merupakan kelompok usia produktif dan muda, sehingga banyak penderita yang sudah kawin ataupun belum kawin. Dari tabel 5.2. yang telah disajikan dapat dilihat bahwa proporsi penderita HIV pada kehamilan berdasarkan daerah tempat tinggal tertinggi adalah penderita yang bertempat tinggal di wilayah kota medan yaitu sebesar 52,9 dan yang terendah adalah diluar kota medan sebesar 47,1. Dari penelitian sebelumnya, menurut daerah tempat tinggal yang terbanyak adalah di dalam kota Medan yaitu sebanyak 143 orang 63,3. Hal ini dapat terjadi karena di wilayah kota Medan cenderung memiliki sarana yang memungkinkan masyarakat untuk berhubungan dengan banyak orang dan melakukan hubungan seksual beresiko secara lebih bebas Anastasya, 2010. Dari tabel 5.2. data yang telah disajikan dapat dilihat bahwa proporsi penderita HIV pada kehamilan berdasarkan pekerjaan yang tertinggi adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu 94,1. Hal ini dapat dilihat dari data KPA 2012 secara kumulatif, jumlah kasus HIV sejak tahun 2005 hingga September 2012 berjumlah 1.103, yang lebih banyak diderita ibu rumah tangga ketimbang yang menjadi pekerja sex. Dan dari penelitian yang dilakukan Muhaimin 2011 sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga sebesar 76. Pada tabel 5.3. dari penelitian yang telah disajikan bahwa faktor resiko pasien HIV dengan kehamilan paling tinggi disebabkan Karena hubungan heteroseksual sebanyak 33 orang 97,1. Pada referensi lain, proporsi penularan HIV melalui hubungan seksual baik heteroseksual maupun homoseksual sangat mendominasi yaitu mencapai 60. Sedangkan penularan melalui jarum suntik sebesar 30, dan sebagian lainnya tertular melalui ibu dan anak kehamilan, transfusi darah serta melalui pajanan saat bekerja HTA, 2010. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Anastasya 2010 di RSUP H. Adam Malik Medan bahwa proporsi penderita HIV tertinggi berdasarkan faktor risiko penularan adalah melalui hubungan seksual yaitu sebesar 57,1. Hal ini dapat disebabkan karena pada kelompok usia produktif merupakan Universitas Sumatera Utara kelompok usia yang aktif dalam melakukan aktivitas seksual, dan penggunaan obat – obatan maupun jarum suntikdi dominasi oleh kaum muda. Pada tabel 5.4. dari penelitian yang telah disajikan bahwa semua pasien HIV pada kehamilan melakukan konseling VCT, yang meliputi konseling pre testing sebanyak 34 orang 100, testing HIV 34 orang 100, dan konseling post- testing sebanyak 33 orang 97,1. Rakgoasi 2005, menyatakan bahwa hal ini dapat terjadi karena pelayanan kesehatan tidak menawarkan ataupun pasien tidak mendapatkan informasi lebih banyak tentang HIV dan konseling HIV. selain itu, dari penelitian yang dilakukan Jourdain G 2004 diantara perempuan yang datang ke pusat kesehatan untuk perawatan antenatal, melakukan konseling dan tes HIV berkisar antara 25 sampai 90, namun hanya 64 yang datang kembali untuk mengambil hasil mereka. Tujuan dari konseling ini, adalah kegiatan konseling yang menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIVAIDS, mencegah penularan HIV, mempromosikan perubahan perilaku yang bertanggungjawab, pengobatan ARV dan memastikan pemecahan berbagai masalah terkait dengan HIVAIDS depkes, 2006. Pada tabel 5.5. Dari penelitian yang telah dilakukan penderita HIV pada kehamilan yang menerima profilaksis ARV sebanyak 28 orang 82,4 dan ibu tidak menerima profilaksis sebanyak 6 orang 17,6. Obat antiretroviral ARV yang ada sampai saat ini baru berfungsi untuk menghambat multiplikasi virus, belum menghilangkan secara total keberadaan virus dalam tubuh ODHA. Walaupun demikian, ARV merupakan pilihan utama dalam upaya pengendalian penyakit guna menurunkan kadar virus Chris, 2005. Tujuan pemberian ARV pada ibu hamil, di samping untuk mengobati ibu, juga untuk mengurangi risiko penularan perinatal kepada janin atau neonatus. Jumlah virus dalam plasma ibu masih merupakan faktor prediktor bebas yang paling kuat terjadinya penularan perinatal karena itu, semua wanita hamil yang terinfeksi HIV harus diberi pengobatan antiretrovirus ARV untuk mengurangi jumlah muatan virus. Setiawan, 2009. Pada tabel 5.6. penerimaan ARV pada penderita HIV pada kehamilan semakin menurun. Terlihat dari tabel, bahwa terjadi penurunan dari tahun 2010 Universitas Sumatera Utara yang tidak menerima profilaksis ARV sebesar 10 dan penurunan semakin meningkat pada tahun 2011 menjadi 38,5. Hal ini dapat disebabkan karena pelayanan kesehatan tidak menawarkan ataupun pasien tidak mendapatkan informasi lebih banyak tentang HIV dan konseling, test ataupun pengobatan HIV Rakgoasi, 2005. Oleh karena terlihat adanya peningkatan kasus HIV pada ibu hamil dari tahun ke tahun, sedangkan terjadi penurunan pemberian ARV profilaksis maka perlu keadaan ini ditinjau dari tahun ke tahun. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan