BAB 1 PENDAHULUAN
2.1. Latar Belakang
HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, adalah virus retrovirus. Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Bila virus
HIV tersebut menjadi tidak terkendali dan telah menyerang tubuh dalam jangka waktu lama maka infeksi virus HIV tersebut dapat berkembang menjadi AIDS
Acquired Immune Deficiency Syndrome Fauziah dkk, 2010. Virus ini menyerang organ - organ vital sistem kekebalan tubuh manusia, dengan mengikat
reseptor CD4+ pada sel T, makrofag, dan sel dendritik. Reseptor CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik.
Berdasarkan data dari United Nation Program on HIV AIDS UNAIDS, 2008 67 infeksi HIV di dunia terdapat di kawasan Sub
– Sahara Afrika. Dan Menurut WHO, prevalensi HIV pada wilayah Asia
– pacific memikul beban terberat kedua setelah afrika, dengan perkiraan 4,9 juta dan 95 diantaranya
berada di 9 negara asia, yaitu : Camboja, China, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Papua New Guinea PNG, Thailand dan Vietnam. Pada laporan Michael
R. Bloomberg 2011, pada tanggal 30 september 2011, sebanyak 110.736 orang telah di diagnosis dan dilaporkan terkena HIV di NEW YORK CITY dan ini
merupakan kenaikan 1,7 dari tahun 2009, dan 12 dari tahun 2006. Pada tahun 2010, ada 3481 didiagnosa HIVAID di NEW YORK CITY 7,6 pada pria
dan 48,3 pada wanita. Di Indonesia dari hasil statistik kasus HIVAID 2011, jumlah kasus HIV
dari tahun 2005 – 2011 meningkat pesat. Pada tahun 2005 ditemukan sebanyak
859 kasus, tahun 2006 meningkat menjadi 7195 kasus, tahun 2007 terjadi penurunan menjadi 6048 kasus, tetapi pada tahun 2008 terjadi peningkatan
kembali yang sangat tinggi sebanyak 10462 kasus, pada tahun 2009 menurun
Universitas Sumatera Utara
menjadi 9793, hingga pada tahun 2010 kasus HIV mencapai 21591 dan tahun 2011 terdapat 21031 kasus. Di Sumatera Utara, didapatkan bahwa prevalensi
kasus AIDS per 100.000 penduduk adalah 3,97. Data ini menandakan penanganan HIVAIDS di Indonesia masih belum memadai Ditjen PP PL kemenkes RI,
2011. HIV dapat ditularkan melalui cairan vagina, air mani ataupun darah
penderita HIV yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini biasanya terjadi melalui hubungan seksual, baik secara oral, anal maupun vaginal, transfusi darah yang
terinfeksi HIV, pemakaian jarum suntik secara bersama – sama ataupun dari ibu
hamil yang terkena HIV kepada bayi yang di kandungnya pada saat hamil ataupun saat melahirkan baratawidjaja, rengganis 2009.
Transmisi HIV dari ibu kepada janin dapat terjadi saat intrauterine 5 –
10 saat persalinan 10 – 20 dan pascapersalinan 5 – 20 . Kelainan
yang dapat terjadi pada janin adalah berat badan lahir rendah, bayi lahir mati, partus preterm, dan abortus spontan Daili, 2008. Khusus untuk resiko penularan
dari ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada bayi yang di kandungnya pada masa persalinan biasanya terjadi karena : adanya tekanan pada plasenta sehingga terjadi
sedikit pencampuran antara darah ibu dengan darah bayi lebih sering terjadi jika plasenta mengalami radanginfeksi, bayi terpapar darah lendir serviks pada
saat melewati jalan lahir atau karena bayi kemungkinan terinfeksi akibat menelan darah lendir serviks pada saat resusitasi Fauziah dkk, 2010.
Angka penularan vertikal dari ibu ke bayi sangat bervariasi pada berbagai populasi. Tanpa pencegahan, angka rata
– rata penularan HIVdari ibu ke bayi sekitar 14 - 42.
Angka penularan vertikal di Negara maju seperti Amerika Serikat dan eropa barat berkisar antara 15 - 20, sedangkan dinegara yang sedang
berkembang angka penularan vertical adalah 40 Green, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.1. Rumusan Masalah