Prof. DR. Dr. Hasan Sjahrir, SpSK

PERBAIKAN TESIS MAGISTER HUBUNGAN ANTARA OBAT ANTI EPILEPSI DENGAN KOGNITIF DAN BEHAVIOR PADA PASIEN EPILEPSI Tanggal : 02 April 2013 Oleh : dr Siska Imelda Tambunan

1. Prof. DR. Dr. Hasan Sjahrir, SpSK

Pertanyaan :  Uji statistik pada tabel 11 dan 13 diganti, jangan menggunakan penggabungan sel.  Dimana letak anatomi gangguan behavior seperti depresi dan cemas?  Bagaimana patofisiologi obat anti epilepsi menyebabkan gangguan behavior?  Bagaimana tata cara penulisan kesimpulan yang benar?  Untuk apa digunakan uji t itu?  Pada batasan operasional harus dari kepustakaan yang valid dan tidak semua kriteria eksklusi dimasukkan ke batasan operasional. Jawaban :  Tabel 11. hubungan antara jenis OAE dengan kognitif diganti menjadi uji Kolmogorov-Smirnov. MMSE p Digit Span p Normal Terganggu Normal Terganggu n n n n VPA 18 58,1 2 6,4 0,021 20 64,5 0,014 PHT 4 12,9 5 16,2 4 12,9 5 16,2 CBZ 2 6,4 2 6,4 Total 22 71 9 29 26 83,8 5 16,2 Universitas Sumatera Utara  Tabel 13. Hubungan antara jenis OAE dengan behavior diganti menjadi uji Kolmogorov-Smirnov. BDI p BAI p Minimal+Ringan Sedang+Berat Minimal+Ringan Sedang+Berat n n n n VPA 18 58,1 2 6,4 0,001 17 54,7 3 9,7 0,79 PHT 9 29,1 6 19,5 3 9,7 CBZ 1 3,2 1 3,2 1 3,2 1 3,2 Total 19 61,3 12 38,7 24 77,4 7 22,6  Gangguan behavior terjadi akibat adanya gangguan neurotransmiter serotonin, norepinefrin, dopamine di sistem limbik depresi dan amygdala ansietas.  Terdapat beberapa variabel yang terbukti menunjukkan hubungan antara obat anti epilepsi dengan gejala depresi, yaitu: peningkatan neurotransmiter inhibitor GABAergic , defisiensi asam folat, politerapi dan adanya sklerosis hippocampal, forced normalization dan riwayat gangguan afektip. Politerapi OAE dapat menyebabkan kadar asam folat yang rendah di serum, eritrosit atau LCS. Asam folat mempunyai peranan penting pada susunan saraf pusat, reaksi transmethylation, dan berhubungan dengan metabolisme monoamine. Bila kadar neurotransmiter monoamine seperti serotonin, norepinefrin dan dopamin rendah atau gangguan metabolisme dapat menyebabkan depresi.Mula, 2009  hal 68 Phenitoin dapat menginduksi perburukkan fungsi behavior oleh karena penurunan aktifitas enzim asetilkolinesterase di hippokampus, serebellum dan korpus striatum. Efek phenobarbital terhadap behavior akibat penurunan pelepasan neurotransmiter dan eksitasi postsinaptik dengan cara memblok ca 2+ memasuki neuron dan dengan peninggian maksimal respon GABA. Efek carbamazepine terhadap behavior yang menguntungkan Universitas Sumatera Utara disebabkan beberapa faktor, yaitu: 1 Struktur CBZ yang mirip dengan tricyclic antidepresant, 2 Efek stabilisasi pada sistem limbik yang dimediasi oleh pelemahan neurotransmiter eksitatorik glutamanergik dan pengurangan discharge neuronal paroksismal di sistem limbik. 3 Penuruanan turnover dopamin dan norepinefrin, 4 Efek meningkat pada serotonin. Sedangkan efek asam valproat yang menguntungkan behavior adalah 1 Efek GABA-ergic dimana terjadi peningkatan neurotransmisi dan regulasi reseptor b GABA yang memodulasi aktifitas noradrenergik yang memegang peranan penting gangguan afek bipolar, 2 Pengurangan aktifitas glutamat dekarbosilase di korteks frontal, 3 Pengurangan GABA di cairan liquor serebri. Kantoush dkk, 1998, terdapat di hal.34  Penulisan kesimpulan telah diperbaiki.  Uji t digunakan untuk analisa comparative antara data numerik dengan data numerik atau data numerik dengan data kategorik ordinalnominal.  Batasan operasional telah diperbaiki. Saran :  Hubungan antara dosis obat anti epilepsi dengan kognitif dan behavior tidak perlu dibuat oleh karena dosis yang diberikan masih dalam rentang dosis yang normal.  Kelemahan penelitian ini adalah tidak diketahuinya status kognitif dan behavior pasien=pasien tersebut sebelum mendapat terapi.  Tabel 11 dan tabel tabel 14 jangan menggunakan pengabungan sel. Prof. DR. Dr. Hasan Sjahrir, SpSK Universitas Sumatera Utara

2. Prof. Dr. Darulkutni Nasution, SpSK