Uji Efikasi Nyamuk Efektivitas dan Penerimaan Formula Antiserangga Alami

Hasil analisis menggunakan rancangan acak lengkap menunjukan bahwa perbedaan jenis bahan aktif tidak berpengaruh signifikan terhadap kelumpuhan lalat. Perbedaan konsentrasi bahan aktif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kelumpuhan lalat. Hasil uji lanjut Duncan menunjukan bahwa konsentrasi 2.5 dan 5 berpengaruh sama terhadap kelumpuhan lalat tapi pada konsentrasi 7.5 pengaruhnya berbeda dibandingkan dengan semua perlakuan konsentrasi. Uji lanjut Duncan dapat dilihat pada Lampiran 10. Berdasarkan analisis statistik tersebut, racun kontak yang terkandung dalam bahan aktif minyak daun cengkih dan minyak serai wangi memiliki kinerja yang sama dalam melumpuhkan lalat. Efek dari racun kontak baru terlihat pada perlakuan konsentrasi 5, sedangkan pada konsentrasi 2.5 tidak ada lalat yang jatuh. Lalat yang jatuh terus meningkat jumlahnya pada perlakuan 7.5. Ini menunjukan bahwa semakin tinggi konsentrasi, lalat yang jatuh semakin banyak. Peningkatan konsentrasi menyebabkan kelumpuhan lalat juga meningkat. Ini disebabkan oleh paparan racun terhadap lalat semakin banyak. Lalat lumpuh karena dalam bahan aktif mengandung racun kontak. Menurut Harris 1987 sitronela bersifat racun dehidrasi desiscant saat kontak dengan serangga. Hart 1990 menyatakan bahwa eugenol merupakan senyawa fenol yang memiliki gugus alkohol sehingga dapat melemahkan dan mengganggu sistem saraf. Fardaniyah 2007 telah melakukan penelitian tentang daya tolak minyak serai wangi terhadap lalat hijau. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa daya proteksi minyak serai wangi terhadap lalat yang hinggap semakin meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi, yaitu pada konsentrasi 0, 2.5, 5, 10, 20, 40 memiliki daya proteksi 93.6, 94.2, 96.6, 97, 98.6, dan 99.8. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Fardaniyah 2007 tersebut. Minyak serai wangi dalam penelitian ini dikontakkan langsung dipaksa kontak dengan lalat, sedangkan penelitian Fardaniyah 2007 tidak. Namun demikian, data tersebut dapat dijadikan pendukung karena peningkatan konsentrasi menyebabkan lalat dapat mendeteksi adanya peningkatan bahaya racun pada bahan aktif, dan terjadi paparan racun yang lebih banyak pada kosentrasi bahan aktif yang lebih tinggi.

4.2.2 Uji Efikasi Nyamuk

Nyamuk uji yang digunakan adalah nyamuk Aedes aegypti. Pengujian dilakukan dari pukul 7.30-16.00. Ini adalah waktu nyamuk Aedes aegypti sedang aktif. Sebagaimana menurut Wijana dan Ngurah 1982 Aedes aegypti termasuk nyamuk day biter aktif menghisap makanan di siang hari. Efektivitas formula antiserangga alami dalam melumpuhkan nyamuk pada konsentrasi 2.5, 5 dan 7.5 dengan bahan aktif minyak daun cengkih adalah 10, 18, 33, dengan bahan aktif minyak serai wangi adalah 10, 17, 32, dan dengan bahan aktif campuran minyak daun cengkih dan minyak serai wangi adalah 8, 18, dan 32. Adapun produk pembanding, dapat melumpuhkan 100 nyamuk. Hasil uji efikasi nyamuk diilustrasikan oleh Gambar 14. Gambar 14 menunjukkan bahwa formula antiserangga alami memiliki efektivitas yang rendah dalam melumpuhkan nyamuk yaitu paling tinggi mencapai 33. Respon nyamuk terhadap antiserangga alami dan produk pembanding saat pengujian berbeda. Nyamuk yang sesaat setelah disemprot dengan mortein sebagian besar langsung jatuh. nyamuk yang tidak langsung jatuh, menempel ke dinding alat dan beberapa menit kemudian juga jatuh. Sedangkan nyamuk yang disemprot dengan antiserangga alami, ada yang langsung jatuh dalam waktu dua menit setelah penyemrotan, tapi sebagian besar menunjukan respon limbung, yakni nyamuk terbang rendah dan jatuh, kemudian terbang rendah dan jatuh lagi. Ada juga nyamuk yang menempel di dinding beberapa menit, kemudian jatuh. Setelah 20 menit pengamatan, masih ada nyamuk jatuh yang menunjukan respon loncatan saat akan dipindahkan ke dalam gelas plastik. Setelah 24 jam perawatan dengan pemberian pakan sukrosa 10 dalam kapas basah, nyamuk yang mati tidak menunjukan adanya gerakan saat disentuh dengan cotton bud, sedangkan nyamuk yang masih hidup memberikan respon gerakan atau menempel ditutup kasa bagian atas gelas plastik. Nyamuk yang jatuh tidak semuanya mati, tetapi setelah perawatan 24 jam, ada nyamuk yang masih hidup atau pulih kembali. Gambar 15, 16, dan 17 menunjukan persentase nyamuk yang mati dan pingsan dengan perbedaan konsentrasi pada setiap jenis bahan aktif. Data hasil uji efikasi nyamuk dapat dilihat pada Lampiran 11. 10 18 33 10 17 32 8 18 32 100 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2.5 5 7.5 Mortein K el um puh an N ya m uk Perlakuan Konsentrasi minyak daun cengkih minyak serai wangi campuran minyak daun cengkih dan minyak serai wangi produk pembanding 8.3 10 13.3 1.7 8.3 20 10 20 30 40 2.5 5 7.5 K el um puh an N ya m uk Konsentrasi Minyak Daun Cengkih mati pingsan 6.7 3.3 11.7 3.3 13.3 20 10 20 30 40 2.5 5 7.5 K el um puh an N ya m uk Konsentrasi Minyak Serai wangi mati pingsan Gambar 14. Efektivitas formula antiserangga alami dalam melumpuhkan nyamuk Aedes aegypti Gambar 15. Persentase nyamuk yang mati dan pingsan dengan bahan aktif minyak daun cengkih Gambar 16. Persentase nyamuk yang mati dan pingsan dengan bahan aktif minyak serai wangi Hasil analisis menggunakan rancangan acak lengkap menunjukkan bahwa perbedaan bahan aktif tidak berpengaruh signifikan terhadap kelumpuhan nyamuk. Perbedaan konsentrasi bahan aktif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kelumpuhan nyamuk. Hasil uji lanjut Duncan menunjukan bahwa konsentrasi 2.5 dan 5 memberikan pengaruh yang sama terhadap kelumpuhan nyamuk, tetapi pada konsentrasi 7.5 pengaruhnya berbeda dibandingkan dengan semua perlakuan konsentrasi lainnya. Kecuali perlakuan dengan bahan aktif minyak daun cengkih, perbedaan tingkat konsentrasi memberikan pengaruh yang berbeda satu sama lain terhadap kelumpuhan nyamuk. Analisis sidik ragam uji efikasi nyamuk dapat dilihat pada Lampiran 12. Berdasarkan analisis statistik tersebut, racun kontak yang terkandung dalam bahan aktif minyak daun cengkih dan minyak serai wangi memiliki kinerja yang sama dalam melumpuhkan nyamuk. Efek dari racun kontak sudah terlihat pada perlakuan konsentrasi 2.5. Nyamuk yang jatuh terus meningkat jumlahnya pada perlakuan 5 dan 7.5. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi bahan aktif, nyamuk yang jatuh semakin banyak. Peningkatan konsentrasi menyebabkan peningkatan jumlah nyamuk yang lumpuh dalam penelitian ini disebabkan oleh paparan racun kontak yang semakin banyak. Penelitian serupa telah dilakukan oleh Kiswanti 2009 yang melakukan uji efikasi produk gel penolak nyamuk terhadap Culex quinquefasciatus . Hasil penelitiannya menunjukan jumlah nyamuk yang jatuh setelah 6 jam dan dinyatakan mati, pada konsentrasi serai wangi 10 adalah 26,67, pada konsentrasi 15 sebanyak 52 dan pada konsentrasi 20 mencapai 60. Nyamuk mati atau pingsan disebabkan oleh racun kontak yang terkandung dalam bahan aktif. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Harris 1987 bahwa sitronela bersifat racun dehidrasi desiscant saat kontak dengan serangga dan mati akibat kehilangan cairan terus menerus. Hart 1990 menyatakan bahwa eugenol merupakan senyawa fenol yang memiliki gugus alkohol sehingga dapat melemahkan dan mengganggu sistem saraf. Mutchler 1991 diacu dalam Setyaningrum 2007 menerangkan bahwa mekanisme kerja racun kontak sitronela adalah dengan menghambat enzim asetilkolinesterase, sehingga terjadi fosforilasi asam amino serin pada pusat asteratik enzim bersangkutan. Gejala keracunannya timbul karena adanya penimbunan asetilkolin yang menyebabkan gangguan sistem saraf pusat, kejang, kelumpuhan pernafasan, dan kematian. 6.7 5 18.3 1.7 13.3 13.3 10 20 30 40 2.5 5 7.5 K el um puh an N ya m uk Konsentrasi Campuran Minyak Daun Cengkih dan Minyak Serai Wangi mati pingsan Gambar 17. Persentase nyamuk yang mati dan pingsan dengan bahan aktif campuran minyak daun cengkih dan minyak serai wangi

4.2.3 Uji Hedonik